Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.~Happy reading~
------------------------------------------------------
BAB 22
BERUBAHAku masih berani berjuang saat hatimu membatu
Tapi aku akan angkat tangan kalau ada wanita lain yang terlibat
~Carlista Rona~Akibat mimpi itu, sikap Rizal menjadi berubah. Dia menjadi dingin lagi terhadap Lista. Dia tidak akan berucap kalau tidak ditanya oleh Lista maupun bi Yuli. Awalnya Lista baik-baik saja, dia tidak mempermasalahkan karena itu juga akibat dari kesalahannya sendiri. Dia pun berusaha sabar menghadapi suaminya. Tapi sikap Rizal semakin menjadi-jadi. Sudah dua hari suaminya itu tidak pulang ke rumah. Setiap malam Lista selalu menghubunginya, tapi tidak pernah diangkat oleh Rizal. Bahkan dia selalu me-reject panggilannya, dan berakhir dengan ponselnya yang dimatikan. Dan kini, pada hari ketiga, Lista tidak mau menyerah begitu saja. Sudah jam sembilan malam, tapi suaminya belum juga pulang. Lista pun terus menghubungi Rizal. Tidak peduli jika nanti suaminya sampai mematikan ponselnya lagi. Namun di luar dugaan, panggilannya diterima. Lista pun tersenyum lebar.
"Halo?"
Senyumnya perlahan luntur saat mendengar suara halus yang menjawab panggilannya. Dahinya mengernyit, kenapa suara wanita yang menjawab panggilannya. Padahal Lista yakin kalau itu nomer Rizal. Dia sudah meminta bi Yuli untuk mengatur kontak Rizal di panggilan tercepat pertamanya. Jadi tidak mungkin kalau dia salah nomer.
"Rizal di mana?" tanyanya.
"Ini siapa?" Bukannya menjawab, wanita yang berada dibalik panggilan itu justru bertanya balik padanya, membuat emosi Lista mengalami peningkatan.
"Harusnya saya yang tanya, Anda siapa? Kenapa Anda yang mengangkat panggilan di ponsel suami saya?"
Terdengar kekehan di balik sana. "Apa? Suami? Nggak salah? Maaf ya, Mba. Di sini tidak ada namanya. Jadi, saya yang seharusnya tanya, Anda siapa?"
Lista sontak tersenyum getir. Ternyata Rizal tidak menyimpan nomernya. Padahal saat hubungan mereka sudah lumayan baik, Lista pernah menghubunginya beberapa kali untuk menanyakan kapan suaminya pulang. Matanya kini berkaca-kaca, ternyata hubungan baik mereka tidak sebaik yang Lista kira.
"Siapa?"
"Nggak tahu, Pak. Bapak udah selesai mandinya?"
"Udah."
Tubuhnya seketika menegang saat mendengar percakapan singkat di balik ponselnya. Lista pun segera mematikan panggilannya. Tubuhnya kini terasa lemas, air mata yang sudah terbendung di pelupuk mata pun akhirnya meluap. Dia tidak percaya dengan percakapan yang baru saja didengarnya. Apa katanya tadi, mandi? Sebagai orang dewasa tentu Lista tahu, otaknya pasti akan berpikiran jauh ke sana. Untuk apa di waktu malam hari, seorang perempuan dan laki-laki di tempat yang sama, apalagi bertanya soal mandi. Apakah selama tiga hari ini suaminya memang seperti itu? Lista menunduk, menumpahkan tangisannya di sana. Kini tidak hanya fisiknya yang sakit, tapi juga batinnya.
Lista sudah ikhlas jika Rizal dingin lagi terhadapnya. Tapi Lista tidak sanggup jika Rizal punya wanita lain di luar sana saat statusnya masih menjadi suaminya. Bagaimanapun Lista seorang wanita yang hatinya mudah terluka, dia tidak sanggup dengan segala hal yang berbau perselingkuhan. Apalagi jika suaminya itu sampai melebihi batas, melakukan hal yang dilarang agama. Lista menggeleng cepat dalam tangisannya. Ya Allah, Lista bahkan tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Semoga ini hanya prasangkanya, semoga Rizal tidak sejauh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadan Untuk Carlista
ChickLitJudul Awal: The First and Last Ramadan [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [DON'T COPY MY STORY] Kenapa? Karena hukumnya haram sayang, 😉😊 karena ini murni hasil dari pikiranku sendiri, dan nyari idenya itu nggak gampang 😊 Carlista Rona, seorang ga...