Aku menatap kesal laki-laki yang tengah duduk santai sambil memainkan poselnyadihadapanku. Sudah satu jam kami berada di kafe ini dengan kegiatan yang sama dari awalkedatangan dia yang asik dengan ponselnya sedangkan aku sibuk dengan laptop mengerjakantuga-tugas kuliah.
Ini memang keputusanku.Aku sudah menyepakatinya jadi apapun yang dia lakukan kepadaku, apapun yang dia perintahkan aku harus menurutinya.Ini semua aku lakukan untuk mama ku.
24 hari yang lalu
Hatiku bergetar mendengar penuturan dokter, saat ini aku tak tau harus berbuat apa.Ku langkahkan kakiku lunglai menuju ruang tunggu, disana sudah kulihat Nindy menatapkukhawatir. Saat tiba dihadapannya aku langsung memeluk erat sahabatku itu.
"nin....hiks.." Nindy membalas pelukanku mencoba memberikan ketenangan. "ninaku harus gimana ini? Mama harus menjalani kemoterapi, kankernya semakin berkembangnin..hiks.."
"aku bisa bantu kamu Din. Aku punya uang tabungan dan itu bisa kamu pakai" ucapnindy yang seolah-olah tau pergumulanku di keuangan.
"gak usah nin, aku ga mau ngebebani kamu. Walaupun aku sahabat kamu, aku gakbisa pakai uang tabungan kamu, tabungan kamu itu hak kamu" tutur ku menolak penwaranNindy.
"yaudah din, aku juga gak bisa maksa kamu, tapi kalau kamu butuh sesuatu kamubilang ke aku ya"
"makasih din" aku kembali memeluk sahabtku itu. Aku sangat beruntung mempunyaisahabat seperti Nindy yang selalu peduli dengan kondisiku.
"Din aku pulang ya udah malam banget nih. Besok kalau gak ada kelas aku sempatindatang kesini" ucap Nindy dan aku mengangguk.
"Hati-hati ya nin, jangan ngebut bawa mobilnya." Ujarku pada Nindy yang sedangmerapikan bawaannya.
"kamu juga Din, istirahat yang cukup. Kamu gak boleh sakit, nanti mama kamu siapayang jagain" nasehat Nindy.
"sip bos" aku berpose layaknya seorang prajurit kepada komandan yang membuat Nindy terkekeh.
Setelah kepergian Nindy beberapa saat yang lalu, aku pun memutuskan untuk kembalike kamar inap mama, namun baru selangkah kaki ku melangkah, seseorang tiba-tiba menariktanganku dan menghentikan pergerakannku.
"Tunggu!"ucap orang itu.
"Daren?"Aku bingung, mengapa Daren ada disini? Ada urusan apa dia denganku?Daren adalah teman seangkatan denganku. Kami satu fakultas tetapi beda prodi. Aku dandia tak pernah memiliki hubungan apapun, menyapa saja tidak pernah hanya salingmengenal begitu saja.Tapi entah mengapa malam ini dia menegurku.
"kita perlu bicara" ujar pria itu sambil menatap mataku tajam.
"bicara apa? Sepertinya aku gak pernah ada urusan apapun sama kamu" aku agakrisih dengan keberadaannya. Dia tiba-tiba saja datang lalu mengajakku berbicaraserius.Siapa dia?
"udah gak usah banyak tanya " tanpa basa-basi Daren langsung menarik tangankudan membawa ku keluar dari rumah sakit, lebih tepatnya ke parkiran dia membawaku. Kamisudah berdiri di depan mobil berwarna bronze, aku yakin mobil itu adalah mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Story (CERPEN)
FantasyBerisi kumpulan beberapa cerpen yang aku buat dan di ikutkan dalam berbagai lomba nasional. jika kalian ingin salah sau cerpen dibuatkan dalam bentuk cerita yang lebih panjang, Tinggalkan komentar saja