1. Asrama Sincy

20 17 49
                                    


Hari ini musim semi , udara sangat segar sekali. Burung-burung berkicau dengan riang. Bunga tulip bermekaran di sepanjang jalan. Sekarang pukul 09.00 pagi. Jalanan sudah di penuhi orang yang ingin berfoto dengan bunga tulip.

Flow berjalan dengan riang sambil sesekali tangannya menoel salah satu bunga tulip.

Flow lebenzon.
Anak yatim piatu yang besar di asrama Sincy. Asrama yang terkenal dengan kedisiplinannya. Flow sudah sejak kecil berada di sana. Mungkin sejak lahir.

Flow membuka gerbang asrama dengan hati-hati. Menutupnya secara perlahan. Melihat sekitarnya dan merasa aman lalu ia melanjutkan langkahnya ke dalam.

Asrama Sincy adalah asrama yang luar biasa. Dimana setiap kali memasuki gerbang utama , rasanya saat masuk sudah berada di dunia yang berbeda. Para penghuni asrama juga bukan orang biasa, Mereka mempelajari sihir .

"HEY!!"

Langkah kaki Flow terhenti seketika kala seseorang memanggilnya dari belakang. Ia sangat kenal dengan suara itu, suara yang selalu menghantui pikirannya.

Perlahan Flow memutar tubuhnya, menatap seseorang di depannya dengan cengiran kaku.

"I-iya?" Jawab Flow gugup.

Aster Sheen. Gadis berambut ikal pirang yang sangat mudah tersenyum oleh hal apapu. Dia juga penghuni asrama Sincy. Aster 2 tahun lebih muda dari Flow. Tapi mereka teman sekelas. Ya karna otaknya yang encer dia bisa naik kelas lebih dulu.
Dia punya kemampuan yang luar biasa, bisa berkomunikasi lewat pikiran. Membuat kilatan cahaya lewat jemari lentiknya.

"Dari mana kamu ?"

Aster hanya menatap ,tapi Flow sudah mengerti. 

"Dari dunia yang lain , melihat bunga bermekaran dan aku punya sesuatu untukmu" 

Jawab Flow mencoba mencairkan suasana yang dirasanya sangat canggung.

Perbedaan waktu juga di alami di asrama Sincy. Disini sudah pukul 21.00 malam. Bintang sudah bertaburan di langit , rembulan sudah di singgasananya.

Flow membuka ransel berwarna coklat miliknya. Mengeluarkan lolipop yang tadi dia beli lalu memberikan lolipop tersebut kepada Aster.

Mata Aster langsung berbinar menatap lolipop ditangan Flow. Mengambilnya dengan senang dan menyihirnya agar tak terlihat.

"Terima kasih" ucap Aster

"Sama-sama"

"Emm kenapa belum tidur ?" Tanya Flow

"Kau pikir aku akan bisa tidur nyenyak saat bocah bandel sepertimu berkeliaran di luar huh?"

"Aku Flow , aku bisa menjaga diriku sendiri , lain kali tidur saja , tidak usah menungguku"

"Cih dasar bocah"

"Jangan menatapku seperti itu lagi , kau hanya pantas tersenyum dengan tatapan berbinar bukan menyeramkan seperti tadi."

Flow mengacak-acak rambut Aster.

"Cepat tidur , selamat malam"

Flow berlari sambil tangannya melambai ke arah Aster.

Aster membalas lambaian Flow dengan girang.

Setelah itu Aster menghilang seperti hantu.

***

Flow menaiki tangga dengan hati-hati , lilin-lilin di dinding sudah di matikan yang tandanya semua sudah tertidur di kamar masing-masing.

Lorong kamar malam ini terasa sangat lembab , dinding yang terbuat dari batu seakan berkeringat. Flow membuka pintu kamarnya dan masuk dengan segera.

Seperti biasanya , dia disambut oleh 2 orang temannya. Haris dan Hugo.

Saudara kembar yang sama sekali tidak pantas di sebut kembar. Perbedaan muka , sifat serta watak sangat kentara di diri mereka.

Haris Huston. Cowok bertubuh agak berisi namun tampan dan sangat banyak bicara. Pipi chubbynya sangat menggemaskan seperti bakpao.

Hugo Huston. Cowok berambut lurus rapi yang mempunyai tatapan mematikan, sangat pendiam dan suka ketenangan.

Setelah melihat siapa yang datang , Hugo kembali ke aktifitas kesukaannya.
Menatap ke arah jendela , entah apa yang dia pandangi.

"Dasar bocah sialan , kau dari mana saja huh ?" tanya Harris sambil mengekor pada langkah Flow.

Flow duduk di ranjangnya , menatap Haris jengah. Kalau dia abaikan pertanyaannya pasti tidurnya akan tak nyenyak.

"Habis liat bunga di luar"

Flow menjawabnya singkat dan buru-buru menyingkap selimutnya.

Haris memanyunkan bibirnya.

Menatap Flow dan Hugo bergantian.

"Ish kenapa aku harus ditakdirkan berteman dengan es batu dan batu bata ?" Gumamnya lirih.

Dia naik ke ranjangnya dan bersiap untuk tidur.

Kamar tidur mereka terdiri dari 3 ranjang.

Ranjang Flow di ujung kiri , lalu ranjang Hugo di tengah dan ranjang Haris di ujung kanan. Setiap ranjang selalu bergandengan dengan laci kecil tempat meletakkan buku.
Ada 3 lemari pakaian dan 1 kamar mandi.

Sebenarnya ini dulu hanya kamar Flow tapi sejak si kembar pindah ke asrama Sincy jadi Flow harus berbagi kamar dengan mereka.

Waktu terus berjalan , dengkuran kecil mulai terdengar di ruangan yang dominan coklat tersebut. Hugo menatap langit malam dengan sendu , seperti ada rindu yang tiba-tiba tercipta.

Hugo mengepalkan tangannya kuat , menggertakan gigi rapinya , matanya berubah merah dan dia berubah menjadi kelelawar.

Terbang bebas ke langit , memutar-mutar di sekitar bangunan dan menghilang entah kemana.

***

Seperti biasa, Aster tidur berdua dengan Lucy di Pusat kesehatan asrama.

Malam itu ia tak bisa tidur seperti malam-malam sebelumnya. Entah apa yang dia pikirkan tapi otaknya selalu memikirkan hal yang ia sendiri tak tahu.

Ia menatap sekitarnya dan berhenti di Lucy.

Lucy Velicya. Gadis berambut sebahu , badan tinggi ramping. Dia mempunyai keahlian yang hampir sama dengan Aster tapi dia tidak bisa berkomunikasi lewat pikiran.

Aster terus memindai tubuh Lucy dengan seksama , bagaimana bisa Lucy dulu tinggal sendirian disini ? Merawat orang yang sakit seorang diri.

Ia pernah bertanya pada Lucy "Mereka kan punya kekuatan , masa iya bisa terluka dan harus dirawat"

"Mereka punya kekuatan untuk melindungi diri bukan menyembuhkan diri" jawaban Lucy.

Senyum tipis muncul di bibir Aster kala mengingat Lucy pernah kesal karna seorang pasien muntah di bajunya.

Malam semakin larut , Aster menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan memejamkan matanya.

Asrama SincyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang