Gemma tidak mengerti mengapa tubuhnya masih bereaksi tehadap Biru persis seperti pertama kali mereka bertemu sebulan yang lalu. Auranya begitu megintimidasi, gerak-geriknya begitu mempesona dan caranya tersenyum miring—that demigod smile—mampu membuat wanita normal manapun mengalami malfungsi.
Meski ia yakin telah berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan reaksinya, namun tetap saja mulutnya menganga—meski tidak terlalu lebar—saat Biru berdiri di depan pintu rumahnya. Ia mengenakan polo putih—yang membuat kulitnya nampak berkilau layaknya karamel—dan celana jeans. Jelas Biru adalah definisi tampan tanpa harus berusaha.
"Didn't expect me coming?"
Gemma menggeleng cepat. Melakukan dua hal sekaligus; menjawab pertanyaan Biru dan mencoba mengalihkan kekagumannya yang super norak.
"Aku tau kamu pasti datang, meskipun aku udah bilang kamu nggak datang pun nggak apa-apa."
Gemma setengah terpaksa menuruti saran Biru untuk mengganti 'saya' dengan 'aku'. Biru bersikukuh bahwa mereka kini bukan lagi sekedar acquintance dan oleh karena itu menggunakan 'saya' nampak seperti hal konyol untuk dilakukan.
"Mana bisa aku bilang nggak kalo Kim yang minta?" sebuah cengiran menghiasi wajahnya, "Aku bawain donat buat Kim," ia menyerahkan bungkusan di tangan kanannya, "Dan buat mamanya aku nggak bawa donat sih, tapi..."
Tangannya beralih ke belakang punggungnya, meraih sesuatu yang nampaknya diselipkan di belakang celana jeansnya. Dan sebuket mawar merah muncul di hadapan Gemma.
Kali ini, Gemma tidak bisa menahan mulutnya yang melongo.
Ia tahu bahwa lelaki biasa memberi mawar merah kepada wanitanya, membuatnya terpesona dan melayang hingga langit ketujuh dan langit diatasnya dan diatasnya lagi. Tapi itu semua hanya ada dalam novel fiksi dan film-film drama yang membuat Gemma kadang menggeleng-geleng kepala saking tak percayanya.
Tapi disini, di dunianya, ia berdiri di depan pintu berhadapan dengan lelaki nyaris sempurna yang pernah dikenalnya, memberinya sebuket mawar merah. Menatapnya malu-malu seakan-akan wanita manapun punya kuasa untuk menolaknya.
Damn, Biru. Damn you.
"Alergi? Atau nggak suka?" tanya Biru dengan senyum dan kepercayaan diri yang sudah sepenuhnya memudar, ketika Gemma tak kunjung menerima pemberiannya.
"Speechless, actually." jawab Gemma sambil menerima bunga itu dan mempersilahkan Biru masuk dan duduk di sofa, "Baru tadi pagi kita anter Kim dan tiba-tiba..." Gemma tidak lagi bisa menjabarkan situasinya.
"Kecuali kamu nggak suka, baru kamu boleh nolak."
"Suka sih, tapi..."
"Nggak ada tapi." tukas Biru sambil menyentil puncak hidung Gemma, "Lagian kamu bilang lagi suka Bridgerton kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
RomancePerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...