Seorang gadis berambut hitam panjang membuat pandangan terpaku padanya-tepatnya punggungnya. Tak bisa berkata. Hanya terdiam dengan mata terpaku sendu. Saat ingin memanggil, lidah terasa kelu. Meragu. Hingga akhirnya gadis itu menolehkan kepala. Menghadap cowok yang hanya bisa memandang punggungnya itu.
Si gadis menarik bibirnya ke atas. Tersenyum. Membuat cowok pendek itu terdiam. Hanya bisa memandangnya di bawah hujan bunga flamboyan. Matanya memanas, dia menggigit bibir bawahnya. Terlebih ketika gadis itu kini berbalik sepenuhnya. Menatap bola matanya, lalu kembali mengulum senyuman.
Senyuman teramat manis yang membuat dada terasa sesak. Membangkitkan perasaan bersalah yang sampai saat ini masih terpendam. Penyesalan pada hari itu. Hari di mana nyawa gadis itu terenggut sia-sia. Menghancurkan mimpi untuk bersama.
Di bawah hujan bunga flamboyan yang makin deras, Gamaliel hanya bisa menangis tanpa air mata. Menatap pilu pada gadis yang malah masih tersenyum padanya. Seolah melupakan kesalahan yang membuat nyawanya terenggut.
"Gamaliel," kata gadis itu menatap bola matanya, "bagaimana kabarmu?"
><
Gamaliel membuka matanya, lalu segera bangkit dari tempat tidur dengan napas terengah-engah. Dia memegangi wajahnya yang panik.
"Apa ... apa-apaan," gumamnya di tengah napas yang masih terengah.
Dia bergeser, duduk di sisi ranjang. Bola matanya menyuratkan rasa frustasi, dia tersenyum kecut sembari menggigit bibirnya. Tertawa kecut.
"Kenapa ... kenapa lo harus muncul lagi di mimpi gue?" gumam Gamaliel seraya kembali tertawa.
"Apa lo sebegitu dendamnya sama gue, Veera ...."
Gamaliel kembali menggigit bibirnya. Matanya kembali menyendu. Dia mendongakkan kepala, lalu menghela napas panjang.
"Shit."
Gamaliel bangkit dari tempat tidurnya, berjalan keluar dari kamar, menuju dapur untuk mengambil minuman dingin yang ada di kulkas. Berharap perasaan kacau setelah bangun tidurnya akan sirna setelah meminum segelas air dingin. Yah, semoga.
Dia menuangkan air dari dalam botol ke dalam gelas. Lalu, meminumnya sampai habis. Rasa kacau yang dirasakan sudah sedikit menguap, membuatnya menghela napas lega.
Setelah merasa tenang, dia tidak langsung kembali ke kamar, melainkan duduk terlebih dahulu di kursi meja makan. Menatap gelas yang sudah kosong melompong dan hanya menyisakan embun. Memikirkan mimpinya. Mimpi gadis berantai itu dan juga mimpi tentang Veera-mantan pacarnya.
Sebenarnya, jika disuruh memilih, tentu dia akan lebih memilih diteror gadis berantai itu dibandingkan diteror mantan pacarnya sendiri. Karena setiap melihat wajah Veera, dadanya menjadi sesak. Dan dia tak bisa mengendalikan dirinya.
Ya, gadis itu membuatnya gila.
Bahkan, walaupun hanya mengingatnya.
Sebenarnya, karena kewarasannya yang senang lumpuh tiap mengingat Veera, membuatnya sempat mendapat saran untuk pergi ke psikiater. Namun, dia menolak karena merasa itu tak perlu. Selain itu, dia juga merasa dapat mengobati dirinya sendiri.
Sayangnya, ternyata dia salah. Dia tak bisa mengobati dirinya sendiri. Karena setiap mengingat Veera, dia selalu menjadi gila. Kewarasannya selalu terkoyak. Dan dia tak bisa melawannya.
Sialan.
Namun, sejujurnya ada hal yang mengganjal dalam benaknya. Sebuah pertanyaan, mengapa mimpi tentang Veera bisa terulang kembali. Dan yang mengherankannya, mimpi itu kembali terputar setelah ia memimpikan gadis berantai itu.
Apakah ada hubungan di antara mereka berdua? Atau tidak.
Gamaliel menghela napas. Dia ingin tidur. Berhenti memikirkan pemikiran yang menganggunya. Namun, sialnya, sekarang dia tak merasakan kantuk sama sekali.
Ketika memprotes diri, tiba-tiba Gamaliel akan gadis yang mirip sekali dengan Veera-terkecuali kacamatanya. Mereka sekelas, itu berarti sudah hampir setahun sekelas. Namun, mengapa dia baru sadar jika gadis itu ada di kelasnya?
Dia menghela napas, tentu saja karena dia memang kurang peduli dengan orang-orang di kelasnya. Hanya terfokus pada matkul yang disampaikan dosen dan juga tugas yang nyaris setiap hari diberikan. Hal itu membuatnya tak banyak bergaul dengan teman sekelas-termasuk menghafal nama dan wajah mereka.
Gamaliel menatap langit-langit. Entah mengapa tiba-tiba saja dia menjadi penasaran dengan gadis itu. Namun, dia harus mengurus dahulu si gadis berantai 'kan? Tapi, gadis itu sudah tak lagi menghantuinya. Jadi, sepertinya masalah gadis itu sudah selesai, sehingga dia tak perlu lagi memikirkannya.
Benar. Dia tak perlu lagi memikirkan tentang gadis itu. Apalagi, dia juga tak mengenalnya. Dan yang terpenting, si gadis sudah tak lagi menerornya, yang berarti, dia sudah baik-baik saja. Masalah yang menimpanya sudah selesai.
Dan sekarang dia bisa melupakan tentang si gadis. Menuntaskan yang lebih penting. Mengatasi rasa penasarannya pada bunga flamboyan baru yang menarik perhatiannya.
02 Mei 2021
Oiya, tempo hari saya lupa kasih tahu kalau mulai bab 15, konfliknya jadi lebih dalem. So, prepare yourself, brota n sista.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
Fanfiction[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...