11 •• Mereka yang Menghilang ••

25 10 8
                                    

Kedua mata pria berambut cokelat terang itu terbuka perlahan. Seorang pria berambut perak terlihat duduk dengan tenang di depannya. Kedua tangannya diatas meja yang menyajikan berbagai hidangan. Senyuman tipis di wajahnya seakan menunjukkan betapa tampannya dia.

"Philips?" Gumamnya.

"Ya... 100 untukmu, Georgian Arthur von Dutch Duke of Sancaria..." ucap pria berambut perak itu sambil menyangga kepalanya dengan tangan kanan diatas meja.

Pandangan Arthur mengedar. Bangunan megah dan perabotan yang mewah. Ia mengenali tempatnya berada sekarang.

Istana.

"Aku dengar kau tinggal di Sancaria. Tapi bukan di kastil." Pria bernama Philips itu mengulurkan cangkirnya pada seorang pelayan yang ada di sisinya. Membuatnya menuangkan teh beraroma harum pada cangkirnya.

Kepala Arthur terasa pusing saat mendengar kalimat yang diucapkan pria itu padanya. Ia memijit keningnya pelan.

"Aku tinggal di kastil..." Arthur menjawab dengan gumaman.

"Tidak. Tempat itu benar-benar kumuh dan tak terurus saat aku datang mengeceknya." Philips menyeruput teh hangat di cangkirnya. Kembali memandang adiknya dengan kerutan di keningnya.

"Itu tidak mungkin. Aku tinggal disana." Arthur bersih keras dengan kalimat yang ia ucapkan.

"Keras kepala sekali..." Philips meletakkan cangkir di tangannya ke atas meja dengan keras. Hingga suara benturan terdengar mengejutkan.

"Orang-orangku melihatmu dengan seorang gadis cantik bulan lalu. Lalu kali ini aku meminta putri dari Earl Laurence untuk mencarimu disana. Dan saat kembali kalian mengaku tak mengingat apapun! Apa maksudnya?! Mempermainkan ku?!" Philips menyatukan kedua telapak tangannya. Memandang Arthur dengan wajah kesalnya.

Sudah dua bulan lebih ia memerintahkan orang mencari adik kecilnya ini di kota ujung negeri. Dengan harapan mereka dapat membawa bukti kematiannya. Atau setidaknya dia pulang dengan membawa seorang gadis berambut pirang untuknya. Namun rupanya hingga pria bertubuh jangkung ini berhasil ia temukan, justru nihil yang ia dapatkan.

Arthur pulang dengan selamat, tak ada bekas luka apapun di tubuhnya. Lalu tangannya pun kosong tanpa membawa gadis cantik berambut pirang sebagai hadiah untuknya.

Jangankan gadis berambut pirang. Ingatannya selama dua bulan saja menghilang tak bersisa.

"Kelly..."

Philips menegakkan pandangannya. Memperhatikan Arthur yang terlihat mengingat sesuatu.

"Kelly? Ah, maksudmu putri Earl Laurence? Dia ada di kediamannya. Kalian ini... Setelah ditemukan pengawal tiba-tiba saja tidak bisa diajak berbicara. Sudah dua bulan ini, kau tau? Ada yang mencuci otakmu?" Philips menjawabnya sambil menusuk satu potong makanan di hadapannya.

Pandangan pria berambut perak itu beralih mengikuti gerakan Arthur yang bisa dengan mudah melangkah menjauh dan keluar dari ruang makan.

Padahal selama dua bulan ini, adiknya itu bergerak pun harus di bantu. Makan disuapi, mandipun dimandikan. Berjalan juga dituntun. Dan tiba-tiba hari ini? Selain bisa menyebutkan namanya, dia juga bisa berlari meninggalkannya.

***

Bangunan di hadapannya memang tak semegah kastil tempatnya tinggal. Namun disana, ada seseorang yang menghargai dirinya lebih dari siapapun. Bahkan keluarganya sendiri.

Keluarga Earl Laurence yang merupakan penguasa tambang berlian di negeri Ecestarias, sejak ia kecil memang sudah sering mengunjunginya di istana bersama dengan putri semata wayangnya untuk menawarkan perhiasan hasil desain mereka sendiri.

My Empress | CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang