Masih adakah harapan untukku
***
Semula kamarnya yang rapi dan bersih harus berubah seperti gudang yang tak layak huni.
Naya menyaksikan kamarnya berantakan bak kapal pecah langsung terperangah, kaget bukan main.
Padahal tadi pagi sebelum dia pergi kamarnya baik-baik saja tapi sekarang kenapa jadi seperti ini.Melihat meja belajarnya kosong dia langsung berlari mencari semua benda yang dia letakkan diatasnya.
Semua fotonya baik dibingkai ataupun yang digantung didinding juga tidak ada bahkan jaket jeans milik Zou juga tidak ada.Tidak ada satu barang pun yang tersisa,semua kenangan bersama para sahabatnya tidak lagi berada di kamarnya.
Ada apa ini?Merasa ada yang tidak beres,dia melangkahkan kakinya keluar mencari tau apa yang terjadi.
"Ma... Mama."
Tidak ada jawaban.
"Nara,"panggilnya melihat kembarannya yang baru keluar dari dapur.
"Ada apa si Nay heboh banget,"tanya Nara memicingkan mata.
"Kamar gue kenapa berantakan dan semua barang-barang gue juga nggak ada."
Nara terkejut, perasaan tidak ada yang orang asing yang masuk kamarnya atau ada maling?
Melihat kobaran api yang membara dari balik jendela membuat Naya langsung berlari keluar, kenapa ada api menyala malam begini atau jangan-jangan......
"MAMA!"
Dugaannya benar, semua barang-barangnya sudah tergeletak ditanah dan hampir hangus terbakar.
"Kenapa barang-barang Naya dibakar?"tanyanya dengan wajah marah sambil berjalan menghampiri kobaran api untuk memadamkannya.
"Udah Nay jangan,"Nara menarik tangannya untuk menjauh.
"Tapi Ra itu....."Naya menunjuk dengan air mata yang siap turun.
Sidar mendekati Naya dan melemparkan selembar foto yang belum sempat dia bakar.
"Karena kelakuan nakal kamu membuat mama harus menjauhkan kamu dari teman-teman yang memprovokasi kejahatan,"ucapnya sambil berkacak pinggang."Berapa kali Mama bilang jauhi mereka! Tidak ada gunanya kamu berteman dengan orang yang tidak beretika seperti mereka."pekik Sidar dengan mata nyalang.
"Sudah cukup kamu membuat malu mama Naya.Mama lelah, sekarang kamu sendiri yang harus milih mau menuruti mama atau angkat kaki dari rumah ini.
KITA LIHAT NANTI SIAPA YANG AKAN MENANG,KAMU ATAU MAMA!"Setelah mengatakan itu Sidar langsung masuk kedalam, tidak perduli Nara yang terus memanggilnya.
Naya terduduk lemas, semua kenangannya bersama mereka telah tiada.Bahkan sepatu pemberian ayahnya juga ikut terbakar dan beberapa buku pelajaran yang ada diatas meja terkena imbasnya.
Dia menatap miris bingkai foto yang hangus terbakar, kenapa dunia seakan mempermainkannya.Naya mengusap pipinya kasar, sesakit apapun dia tidak akan meneteskan air matanya percuma, ketidakadilan ini pasti akan terbalas suatu hari nanti.
Nara mengusap bahunya yang gemetar,"udah gak papa.Yang terpenting lo sama mereka tetap bersama kan."
***
Mendengar penjelasan Nara tadi pagi membuat emosi Naya sudah tidak dapat dibendung lagi.Bagaikan bendungan jebol saat ini amarahnya sudah sampai ubun-ubun dan siap dikeluarkan.
Mora! Kurang ajar.
Dia pikir dia siapa seenaknya menjelekan dirinya didepan Mama.Tidak perduli disekolah sudah ramai yang penting dia bisa membalas Mora.
Melihat Mora yang berjalan sendiri membuat Naya mempercepat langkahnya.
Seperti kesetanan Naya langsung menjambak rambut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnaya ✓
Fiksi Remaja[ SELESAI ] Alnaya Hanslay Ayuningtyas dan Annara Hanslay Sidharta mereka kembar tapi berbeda,bisa dikatakan sangat sulit untuk membedakan keduanya,tapi siapa sangka justru kasih sayang yang mereka dapatkanlah yang berbeda. Seingat Naya sejak dia mu...