Lavia menikmati tehnya sambil menatap keluar kafe, dimana orang orang ramai berjalan jalan.
Saat itulah Elena mendekati Lavia dan bertanya, "Nyonya, kenapa kita harus menutup kafe lebih cepat? Apakah kakak kakakku akan datang?" Tanyanya penasaran.
Lavia baru menaruh cangkir tehnya ketika tiba tiba saja tiga orang muncul dan membungkuk hormat padanya.
Elena tau tentang Gorza dan Wolf, tapi tidak dengan dengan wanita cantik berkulit hitam diantara keduanya.
Elena mau tak mau, memperhatikan. Meski berkulit gelap, wanita itu memiliki paras yang cantik dan elegan. Telinganya memiliki bentuk yang lebih panjang dari telinga pada umumnya dan runcing diujungnya.
Rambutnya berwarna perak dan dikuncir ekor kuda tinggi. Matanya kecil dan tajam, terlihat indah dengan pupil mata yang bahkan lebih berkilau daripada perak.
"Ilfa? Kau disini?" Sementara Elena termenung, Lavia justru mengerutkan keningnya karena kehadiran yang tidak disangka sangka.
Wanita itu adalah Ilfa bon Latortezia. Ya, dia adalah murid keduanya, setelah Gorza. Ilfa berasal dari rasa dark elf yang penyendiri dan sulit ditemukan.
Lavia menemukan Ilfa di tanah budak ketika wanita itu masih berusia 15 tahun, sedangkan dirinya baru saja menginjak umur dewasa yaitu 18 tahun.
Dari seluruh muridnya, Lavia bisa mengatakan bahwa Ilfa adalah yang paling protektif terhadap dirinya. Dia bahkan akan mengoceh tentang noda kecil di baju Lavia.
"Yang mulia, Ilfa memberi hormat pada anda" Ilfa menunduk makin sopan.
"Gorza menyapa guru"
"Wolf disini guru~!"
Gorza dan Wolf juga ikut memberi hormat pada Lavia.
"Aku meminta kalian menyelidiki, bukan membawa teman bermain lainnya.." Lavia menghela nafas kesal.
Jika Ilfa datang, maka kedatangan 2 murid paling menyebalkannya yang lain juga tinggal menghitung waktu. Dan ini benar benar merepotkan.
Kenapa hidup damai tanpa menjadi siapa siapa itu sesulit ini sih?! Lavia ingin menjambak dirinya sendiri didalam hati.
"Yang mulia, sudah kewajiban saya untuk selalu berada di dekat anda" Ilfa menjawab dengan singkat dan padat, dan itu membuat Lavia makin kesal.
Lavia benar benar merasa ingin menumburkan kepala Gorza dan Wolf ke tembok sekarang juga! Kenapa dua muridnya itu selalu membawa masalah?
Lavia memelototi Gorza dan Wolf sementara kedua muridnya itu berusaha menghindari tatapannya.
"I-itu.. Guru.. Ilfa lah yang tiba tiba mengikuti kami!" Wolf memberi alasan lebih dulu.
"Y-ya! Itu Ilfa yang ikut kesini tanpa izin. Kami sudah berusaha menghindar, guru..." Entah kenapa, Gorza merasakan keringat dinginnya makin deras keluar.
"Hah..." Lavia memijat pelipisnya dan mengeluh sebentar. Setelah itu dia menatap murid muridnya itu dengan serius.
"Jadi, apakah kalian mendapatkan informasinya?" Tanya Lavia dengan wajah serius.
Ilfa adalah yang maju lebih dulu untuk menjawab Lavia.
"Ini berhubungan dengan persaingan kursi ratu mafia, Yang mulia. Keluarga Alonso sepertinya ingin menarik sisi yang kuat sebagai dukungannya dalam persaingan ini" Jelas Ilfa.
"Hah.. Sebenarnya sejak kapan aku mempertandingkan kursiku itu.." Lavia menghela nafas berat.
"Lalu apa hubungannya dengan menghancurkan kediaman duke Andalas?" Kemudian dia bertanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The metamorphosis of a villain
Romance[Original story by Aleiarr♡] [Follow Ar ya kalo kalian suka ceritanya, janji!] Sejarah mafia dimulai ketika senjata mulai berevolusi di semua kekaisaran. Dan legenda dunia mafia hari ini dimulai oleh keluarga paling disegani di benua, Keluarga Lator...