18. Dipatahkan Oleh Harapan🕊

45 9 9
                                    

Happy Reading

Saran ost : Cruel by Jeff Bernat

Btw kalau ada typo dan kalimat yang kurang jelas, silakan komen langsung saja, ya. Terima kasih ;). Just information, ini 3000 kata lebih, jadi lumayan panjang dari part sebelumnya. Selamat menikmati.

***

Menggaruk kepalanya pelan Hanna sekarang. Mengerang kasar seolah langit sudah runtuh di atas kepala. Niat hati akan memperbaiki suasana yang mulai menyuram di ruang kamar, justru malah semakin buruk saja ketika ia membaca pesan dari Nathan.

Tak tahu harus membalas apa, embusan napasnya terdengar berulang kali—menenangkan diri. Jika tak ia balas pesan ini, mustahil untuknya tidak bertemu masalah lagi di dalam pekerjaan yang nanti akan digelutinya di perusahaan Saylendra. Sementara, Nathan adalah CEO-nya, mana bisa ia membantah. Berarti sekarang, karena ia sudah di rekrut, Nathan telah menjadi atasan yang musti ia hormati.

“Balas dengan tenang. Hanna. Jangan sampai ada bahasa yang tidak menyenangkan. Perhatikan dan teliti terlebih dahulu,” ujarnya sendiri memberi ketenangan.

Perlahan kedua Ibu jarinya mulai beradu, mengetik dengan lincah di atas keyboard. Sesekali ia mengigigit bibir bawahnya, bingung dengan penyusunan kalimat yang tepat.

*Terima kasih, Bapak Nathan telah menghubungi Saya. Maaf, Pak, Saya lupa bahwa Bapak pernah mengirimkan pesan balasan. Bukan karena sibuk, tapi Saya memang jarang membalas pesan informal, terlebih dengan orang yang tidak terlalu Saya kenal akrab. Tabiat seperti ini di lain hari akan Saya perbaiki, mohon di maafkan jika ada salah kata. Maaf juga jika tidak berkenan di hati Anda. Terkait kapal pesiar Saya tidak memilikinya, Pak, terkecuali kapal-kapalan untuk anak kecil Saya masih koleksi sampai sekarang.*

Hanna dengan percaya diri mengirimkan pesan tersebut meski hatinya sementara berdegup kencang, masih takut akan respons apa yang akan diberikan. Hendak ingin keluar dari Whatsapp tiba-tiba pesan tersebut berubah dari centang dua abu-abu menjadi biru muda.

The heck?!” ia membuang ponselnya secara acak di atas meja, kaget dengan apa yang sebenarnya di pikirkan Nathan sekarang, kenapa begitu cepat ia membaca pesan orang lain. Bukankah dia bilang dia sibuk?!

“Aku pikir waktu luang seorang CEO hanya di gunakan untuk berpikir mencari peluang bisnis. Rupanya, bisa membalas pesan tak berguna juga.”

Sedang, dari ruang kamar mewah dengan ornamen kecokelatan serta begitu banyak lukisan-lukisan mahal terpampang di dindingnya, Nathan membaca pesan Hanna dengan seksama. Penuh fokus.

Saat membaca bagian akhirnya, bibirnya yang semula cuek tiba-tiba membuat senyum kecil di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat membaca bagian akhirnya, bibirnya yang semula cuek tiba-tiba membuat senyum kecil di sana.

“Kapal-kapalan? Dia sedang berniat membuat lelucon?!” Nathan menatap langit-langit kamarnya usai membaca pesan tersebut. Ia membasahi bibir bawahnya, sembari membuat semirik tanpa disadarinya di sudut bibir.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang