25. |A| Suami ngeselin

207 19 0
                                    

Happy Reading 💚

Di dalam taksi Rania hanya diam memandangi jalanan luar yang akan membawanya sejenak meninggalkan kota kampusnya.

Sedikit kesal di rasanya, melihat orang yang di sampingnya sedang asyik main HP, sedangkan dia di anggurkan begitu saja.

Begitu sibukkah ia, hingga tak lepas pandangan dari HP. Tapi begitupun Rania mengerti kondisi laki-laki itu, yang sekarang ber notabene suaminya, yang lagi fokus untuk mengurus skripsi, sekaligus usaha yang di bangunnya.

"Kak,"

"Hmm,"

Rania masih memandangi Angga yang tak menoleh ke arahnya, membuatnya mendengus kesal, ini ke 3 kalinya panggilan itu, tapi Angga sedikitpun tak menoleh padanya.

Angga yang mendengar nafas berat itu langsung menoleh dengan senyuman hangat.

"Ada apa?" tanyanya dengan sedikit memiringkan tubuhnya ke arah Rania.

"Gak jadi."

"Kamu marah?" tanya Angga dengan lembut.

"Enggak!"

"Lihat aku. Rania," ucapnya sembari terus memandangi Rania.

Rania yang sudah tak tahan melihat wajah tampan dan tatapan hangat dari suaminya itupun akhirnya ia mengalah.

"Sibuk banget ya sama HP nya?" tanya Rania dengan alis naik sebelah.

"A.. "

"Aku ngerti kok, pasti lagi ngurusin cafe, atau gak mungkin skripsi." ucap Rania langsung memotong perkataan Angga.

"Jadi lanjut aja, aku ngerti kok." lanjut Rania kembali pandangannya keluar.

Angga yang melihat itu terkekeh, sungguh menggemaskan sekali menurutnya. Sedangkan Rania memandang heran Angga, tidak ada yang lucu mengapa ketawa.

"Lihat ni," ucap Angga menyodorkan HP nya kepada Rania.

"Gemes banget kan, pipinya itu chabi banget. Cantik." ucap Angga dengan senyum pepsodent nya, setelah selesai urusan dengan pekerjanya di cafe, ia pun menerima chat beruntun dari grup SMP nya.

Rania yang melihat gambar beby di situ sedikit menyunggingkan senyumnya, benar kata Angga, sangat menggemaskan.

"Dia itu anak teman aku, kemaren baru lahiran, nih pada heboh ngucapin di grup."

"Iya lucu, jadi pengen punya adek." ucap Rania dengan mata berbinar.

Angga kembali terkekeh dengan geleng-geleng kepala melihat tingkah gemas Rania.

"Ya kali adek Na, cocoknya anak. Saatnya sekarang kamu punya anak, bukan adek. "

Rania melolotkan matanya kaget, entah kenapa pipi Rania berubah menjadi panas, ia menenguk salivanya dengan berat. Sedangkan Angga tersenyum jahil.

"Gimana?" tanya Angga dengan senyum menggoda.

"A-apanya gimana?" tanya Rania gugup sembari menetralisir jantungnya yang kembali ber diskon.

"Itu, ANAK." ucap Angga dengan menekankan kata anak.

"Ih, apaan sih kak Angga pembahasannya kok situ sih. Rania masih kecil, masih 18 tahun, jadi awas kalau macem-macem ya sama aku." Ancam Rania dengan wajah kesal.

"Memangnya aku mau ngapain kamu?" tanya Angga dengan senyum jahil, yang sedari tadi menahan tawa melihat ekpresi gugup Rania.

"Ya—, mau i-itu kan?"

"Yang gimana? Kok bahasa kamu ambigu banget." ucap Angga dengan ekpresi pura-pura bingung.

"Ishh, tau ah." ucap Rania, keberuntunganannya telah sampai di tempat tujuan, dengan cepat Rania keluar dengan pipi pinky.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang