Prolog

59 24 66
                                    

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatu

Ketemu lagi sama author, nih, di Sequel Lilian dan Pangeran Katak. Bagi pembaca baru, bisa baca cerita sebelumnya agar tidak bingung. Sebagai pembuka, aku kasih prolog dikit, ya.

Suara ketukan ujùng kuku ke permukaan meja kayu, menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di ruangan yang temaram itu. Kain korden yang melambai karena tiupan angin, tidak juga mampu untuk memalingkan pandangan dua orang yang sedang fokus menatap seorang pria berjaket jeans. Pria itu berdiri menghadap sang majikan yang sedang bermuram durja.

"Sudah kubilang, jaga semua informasi dari dia!" bentak pria yang sedang duduk di belakang meja kerjanya.

Pria berjaket jeans makin menundukkan wajahnya, ia mencoba menyembunyikan ketakutannya.

"Sudah, Pak. Tetapi, sepertinya seseorang mengetahui semuanya dan memberitahu beliau."

Terdengar suara hembusan kasar dari pria yang sedang duduk di sofa.
Pria yang ada di belakang meja kerja segera menoleh padanya. Ia terlalu takut untuk bertanya, karena ia paham betul sifat dari pria yang sedang duduk di sofa. Kembali ia menatap tajam pria berjaket jeans.

"Beliau terlalu ingin tahu hingga itu bisa membahayakan nyawanya," cicit pria berjaket jeans dengan suara lirih.

Pria yang duduk di sofa menggeliat pelan. Jantungnya tidak nyaman, hatinya mulai tak tenang. Jemarinya merogoh sebuah benda berwarna hitam yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik jas-nya.

"Aghhh, gadis bodoh! Kenapa dia selalu menyulitkan dirinya sendiri! Rasa penasarannya terlalu tinggi, hingga aku ingin dia-."

"Diam!" Pria yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan itu, akhirnya angkat bicara. "Biar aku yang urus dia. Jangan ada yang berani sentuh dia! Karena dia ... adalah istriku! Lilianku!"

Semua mata menatap tajam pada pria yang sekarang telah berdiri tegak dengan kedua tangan yang ada di pinggangnya. Dia adalah Reza.

"Jalankan sesuai rencana! Biar Lilian, menjadi tanggung jawabku! Awas, kalau kalian berani menyentuhnya!" titah Reza tegas.

"Ta—tapi, Za. Aku ha .... "

"Urus Gunawan Company! The LuRe dan Lilian adalah urusanku!" bentak Reza disertai sebuah todongan senjata yang mengarah ke kepala pria di depannya.

Pria itu seketika mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Jangan pancing emosiku. Kamu mengenal dengan baik tentang aku. Jadi, jangan buat aku marah, Kakakku tersayang."


Semoga cepet up part satu. Tekañ tombol bintang dan bantu vote yang banyak jika ingin tahu kelanjutannya.

Aku publish karena terlalu lama mengendap di draf. Walaupun slow update, tapi akan aku lanjutin cerita ini sampai end.

Denpasar, 14 Juni 2021

Rumianii

My LilianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang