- { 1 } -

4.4K 242 9
                                    

1. Tidak Sakit

 Tidak Sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangannya lurus ke depan. Dengan senyum yang terpanjang manis, jarinya tergerak untuk meraba benda yang ada di depannya.

"Kursi" kini ia menjalankan kakinya ke arah yang berlawanan. Jari nya kembali meraba benda yang tidak sengaja ia senggol.

Ia menampakkan kerutan di kening, "Ini apa?" Jari lentik itu meneliti kembali benda yang telah ia pegang.

Crakkkk

Ia tersentak kaget. Benda yang ia pegang seolah jatuh dan hancur. Sebenarnya, benda apa itu?

"RAGA!"

Panggilan keras tersebut membuatnya menoleh ke asal suara. Suara yang ia sangat kenali, suara sang kakak, "kenapa, kak?"

"Apa yang lo lakuin sama tugas gue, hah?!" Dari nada bicara jelas sangat tidak bersahabat. Sepertinya Raga telah membuat kesalahan.

"M-maafin aku, kak. Aku ga tau kalo itu tugas kakak. A-aku beneran ga sengaja, kak."

"MAKANYA DILIHAT DONG!" Tak berselang lama, ia kembali angkat suara. "Oh iya lupa, lo kan ga bisa ngeliat, hahaha."

Deg

"RAKA!"

Mendengar ada suara lain yang menyahuti, keduanya menoleh ke arah suara bariton tersebut. Ralat, hanya Raka saja yang melihat.

Pria dengan mantel hitam itu mendekati kedua insan yang ada di hadapannya. "Ngomong apa kamu barusan?" Tanyanya dingin, sudah di pastikan pertanyaan itu terlontar untuk Raka, bukan untuk Raga.

"Yang mana? Yang ngatain kalo dia buta?"

Plakkk

Raga menutup matanya dan meringis. Ia tahu pasti bahwa saat ini Rama—kakak pertama Raga—baru saja menampar Raka, kakak kedua Raga.

"JAGA UCAPAN KAMU, RAKA!" Bentak Rama murka. Ia tidak suka jika adiknya dihina seperti itu. Apa lagi yang menghina adalah adiknya yang lain.

"EMANG ITU FAKTA, KAK!" Raga semakin menutup matanya rapat-rapat kala mendengar suara dari Raka yang lebih tinggi.

"Kamu–"

"Kak Rama, Kak Raka. Udah ya, jangan ribut" lerai Raga, ia tidak ingin mendengar kedua kakaknya kembali bertengkar lagi.

"Urusin adik buta lo! Gue mau ngulangin tugas gue yang udah di hancurin sama tu bocah!" Setelah mengatakan hal tersebut, Raka memungut tugasnya yang telah tak terbentuk dan pergi ke kamar.

Rama mendekati Raga, ia menuntun sang adik agar duduk di sofa. "Ga usah dengerin apa kata Raka. Kakak tau, pasti rasanya sakit banget"

"Sakit? Siapa yang bilang aku ngerasa sakit?" Rama menatap sendu adik bungsunya, ia tahu apa yang akan di katakan Raga setelah ini. "Ucapan kak Raka benar adanya, kak. Aku emang buta. Mau di gimanain lagi emang aku di takdirin untuk buta. Kalo orang bilang aku buta, kakak jangan emosi. Aku ga ngerasain sakit kok, kak. Ucapan orang itu aku anggap sebuah bentuk semangat buat aku. Jadi, kakak jangan pernah tengkar sama kak Raka gara-gara hal ini, ya?"

Rama menghela nafasnya sejenak, "kakak ga janji."

"Kak–"

"Sekarang kamu istirahat aja, yuk! Sini kakak bantuin kamu ke kamar" Rama perlahan menuntun Raga menuju kamarnya. Rama tau, ia salah telah menampar Raka yang memiliki status sebagai adiknya. Tapi apakah pantas jika Raka menghina Raga seperti tadi? Hati kakak mana yang tidak sakit ketika melihat sang adik di hina? Ahhh masih ada yang seperti itu, Raka contohnya.

Sesampainya di kamar Raga, dengan perlahan Rama menidurkan Raga. Jika di pikir-pikir, ini masih sangat awal untuk tidur siang. Raga tidak boleh terlalu banyak pikiran, oleh sebab itu, biarkan Raga istirahat sejenak.

Rama menaikkan selimut hingga sebatas dada Raga, ia mengusap kening sang adik dengan penuh kasih sayang. "Kakak mau keluar sebentar, kamu istirahat, ya" Raga menjawabnya dengan anggukan, dan setelah itu Rama meninggalkan kamar Raga.

Di dalam kamar, terdapat Raga yang meneteskan air mata. Ia menangis dalam diam. "Kelemahanku hanya ada di kalian" lirihnya pelan.

Sedangkan di lain sisi, Rama tengah berjalan dengan tatapan tajam di rumah nya. Ia menaiki tangga dengan perasaan yang gusar.

"Maafin kakak, Raga. Tapi percayalah, ini kakak lakuin semata-mata hanya untuk kamu"

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-SmoothyCha

SEKUAT RAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang