'8 Betrayed, or not?

3.7K 372 161
                                    

Vote before you read

⊙︿⊙⊙︿⊙⊙︿⊙

"KAU baik-baik saja, kan, Dad?."

"Ya, berkatmu. Doa seorang anak yang berbakti, akan selalu terkabulkan dengan cepat. Terima kasih, anakku."

Laura menyunggingkan senyuman. Suara lembut itu mengartikan semuanya, sapaan hangat yang dijadikan Laura sebagai penyemangat hari ini. Tidak lain, Ayahnya sendiri. Melampiaskan rasa rindu yang terbentang jauh karena jarak. Setidaknya, untuk saling mengabari, Laura tidak pernah melupakan hal tersebut.

"Tidak ada yang menyiapkan roti pagi untuk mu sementara waktu, Mengapa Daddy berfikir kau tidak akan bertahan lama disana?, Bagaimana hari-hari mu?. Jika tidak betah, Jangan berfikir lama untuk kembali. Uang kita sudah banyak, kau tidak perlu mencari uang lagi, Laura." ucap pria itu membalas.

Laura tidak berhenti tersenyum, dan juga terkekeh. Dia terduduk santai dikursinya dengan komputer yang sudah menyala, menyempatkan banyak waktu untuk berbicara lama bersama ayahnya sebelum Jimin datang ke kantor hari ini.

"Dad, berhenti membahas hal yang sama. Bukankah sudah ku katakan berkali kali-"

"Balas budi. Selalu saja seperti itu, kau juga tidak beritahu Daddy, pria mana yang berani menarik anak kesayanganku terbang ke Korea. Ayolah, Kau masih berusaha menyembunyikan nya, Laura?."

"Tidak menyembunyikan, tetapi menunggu waktu tepat untuk diberitahukan. Daddy 'kan pria yang penuh kesabaran, bisa menunggu sebentar lagi?...."

Pria itu terdengar menghembuskan nafasnya lirih, membuat Laura semakin terkekeh, terkadang tingkah Ayah nya ini benar-benar menggemaskan. "Iya, Kau memang selalu pintar dalam berbicara. Jika perlu apapun, jangan sungkan menghubungi Daddy, mengerti?."

"Tentu saja!,"

"Dan, Apapun yang kau lakukan disana. Jangan melewati batas, Jeon Laura. Kau tidak perlu mengikut campuri semua hal yang tidak seharusnya kau Pegang, Jangan menjadikan tujuan 'balas budi'mu sebagai sebuah alasan. Keselamatan nomor satu. Dunia ini jahat, jangan percaya pada siapapun selain Daddy dan dirimu sendiri. Berjanjilah padaku."

Inilah orang tuanya. Pria yang hangat dipanggil Daddy oleh Laura itu memang selalu saja menasehatinya. Sebagai tanda rasa perhatian seorang ayah pada anak nya sendiri. Laura tersenyum dan mengangguk kemudian, "Selalu kuingat."

Hiraeth • Pjm Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang