01

230 53 14
                                    

Seoul, 10 Juni 2013

.
.

Langit sore di bulan Juni tampak sangat indah. Musim panas membuat langit biru terlihat sangat jelas ditemani angin yang berhembus cukup kencang. Suasana yang menyenangkan untuk sekadar berjalan-jalan sore sebelum matahari semakin turun dan menghilang di kaki langit.

Sebagian besar penduduk Seoul berjalan santai di sepanjang jalanan kota, ada juga yang duduk di bangku taman sambil bercengkrama ditemani minuman dingin, ada pula yang mendinginkan diri di dalam kafe menjauhi sinar matahari.

Semua memiliki kesibukan masing-masing, termasuk Yeojun. Ia sibuk dengan musik yang mengalir dari earphone, sambil berjalan di atas trotoar.

Hanya dalam hitungan hari, ia akan debut dan menjadi seorang idol dalam industri musik Korea. Menyenangkan jika mengingat fakta bahwa impian akan segera terwujud, tetapi beban berat juga mulai menumpuk di bahu. Menjadi seorang idol artinya harus siap terlihat sempurna di kamera, di depan reporter dan jurnalis, juga di hadapan masyarakat.

Memikirkannya saja sudah membuat Yeojun menghela napas. Maka dari itu, hari ini ia meminta izin dari manajer grup mereka, untuk berjalan-jalan sebentar. Berharap setelah menghirup udara jalanan kota, ia menjadi lebih tenang dan lebih siap untuk debut.

Ia melihat foto keluarga di layar ponselnya. Ia melihat dirinya yang masih kecil di foto itu, duduk di pangkuan ibunya, sedangkan kakak laki-lakinya duduk di pangkuan ayahnya. Sebuah senyum singkat muncul di balik masker hitam yang ia pakai.

Ia kembali teringat perkataan orangtuanya. Ia ingat bagaimana orangtuanya meragukan dan tidak mendukung impiannya menjadi idol. Dengan semua keraguan itu, Yeojun berjanji untuk membuktikan bahwa ia bisa menjadi anak yang membanggakan orangtuanya, sekalipun impian yang ingin diraih adalah hal yang terlihat mustahil.

Yeojun telah memantapkan dirinya. Ia tidak mau mundur dan menyerah pada impiannya.

Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Berlatih. Ia sudah berjanji untuk membuktikan pada orangtuanya, maka ia akan berusaha keras dan memaksimalkan segala kemampuannya. Maka perusahaan adalah tujuan kakinya melangkah.

Kali ini langkahnya lebih cepat agar ia segera mencapai perusahaan, berlatih bersama anggota lain, dan--

"Ah- maaf."

Yeojun hampir bertabrakan dengan seseorang ketika ia hendak berbelok.

"Tidak, saya yang minta maaf karena hampir menabrak anda." Ucap Yeojun sambil sedikit membungkukkan badannya. Ia pun bersiap melanjutkan langkahnya namun terhenti karena sebuah tangan menahannya.

"Maaf, kalau anda ada waktu, bolehkah saya meminta bantuan?"

"Bantuan?"

Yeojun tahu ia sudah bertekad untuk segera kembali ke agensi dan berlatih, tetapi perempuan yang menahannya itu memiliki logat yang khas dan tidak asing sehingga membuatnya memilih untuk mendengarkan sebentar.

"Begini, saya dari Daegu."

Benar, itu aksen atau dialek Daegu. Tempat Yeojun lahir, tumbuh, dan berkembang sebelum ia pindah ke Seoul untuk mengejar impiannya.

"Saya baru saja sampai disini. Saya mencari sebuah agensi, tetapi aplikasi maps di ponsel saya tidak bekerja dengan benar, saya sudah mengambil brosur peta di halte tetapi itu tidak membantu. Mungkinkah anda bisa membantu saya sebentar?"

Tentu saja ada dorongan untuk membantu seseorang yang berasal dari kampung halamannya.

"Mungkin saya bisa membantu. Agensi apa yang anda cari?"

Perempuan itu mengeluarkan sebuah surat dari saku jaket yang ia kenakan lalu menunjukkannya pada Yeojun.

"Pineapple Entertainment? Dari sini, anda bisa terus ke arah utara, lurus di jalan raya ini."

"Apakah jauh? Apa saya bisa berjalan kaki atau menaiki bus?"

"Cukup jauh dan pasti melelahkan jika berjalan kaki. Lebih baik menaiki bus atau taksi."

"Ah baiklah. Terima kasih banyak."

Yeojun mengangguk. "Ah iya, mungkin brosur peta di halte itu tidak berguna karena agensi itu baru saja pindah beberapa bulan yang lalu.

"Begitu rupanya. Kalau begitu, apakah saya bisa menunggu taksi di sini?"

"Iya, seharusnya cukup mudah menemukan taksi di jam seperti ini."

Mereka terdiam selama beberapa saat. Setelah merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Yeojun pamit karena ia harus kembali ke agensi. "Kalau begitu--"

"Maaf, boleh saya bertanya sesuatu?" Perempuan itu menyela. "Apa mungkin anda seorang idol?"

"Bukan. Apa saya terlihat seperti idol?"

"Ah maaf, saya hanya merasa aura anda seperti seorang idol dan cukup familiar."

Yeojun hanya mengangguk kecil lalu kembali melanjutkan niatnya untuk berpamitan. "Kalau begitu, saya harus pergi sekarang. Semoga anda bisa segera tiba di tempat tujuan anda."

Perempuan itu tersenyum. "Terima kasih, semoga hari anda menyenangkan."

Setelah itu Yeojun kembali melangkahkan kakinya dan berjalan cepat menuju ke agensi. Mungkin Jaehoon dan Taebin sudah pulang dari sekolah, jika benar seperti itu, maka ia harus siap mendapat omelan dari koreografer atau manajer karena terlambat datang.

Ia langsung pergi ke kafetaria untuk mencari minuman dingin. Tempat itu tidak terlalu luas sehingga ia bisa dengan mudah melihat anggota lain sedang berkumpul.

"Kau darimana saja? Aku kira kau kabur." Celetuk Soohyun.

"Hanya mencari angin." Jawab Yeojun setelah meneguk segelas air dingin.

Namgyu mengamati Jeonwoo yang duduk di depannya, sibuk dengan buku. "Jeonwoo-a, kau bisa berhenti mengerjakan tugasmu. Setidaknya istirahat sebentar sebelum berlatih."

"Tugasku cukup banyak hyung, jika aku menundanya sampai selesai berlatih, mungkin aku harus begadang lagi hari ini."

"Hei, kami kan bisa membantumu. Kami juga pernah mendapatkan materi itu, tenang saja." Sahut Soohyun.

Namgyu mengabaikan ucapan Soohyun dan memilih untuk mengobrol denga Yeojun. "Hyung, saat kau keluar tadi, apa ada yang mengenalimu?"

Semua mata tertuju pada Yeojun. Tentu saja Soohyun dan Jeonwoo juga ingin dengar. Bisa dikenali oleh orang awam adalah suatu kebahagiaan bagi grup rookie.

"Ada."

Senyum sumringah terlihat diwajah ketiga anggota itu. Bukan hanya mereka, Jaehoon dan Taebin yang baru saja tiba pun ikut berdiri untuk mendengarkan. Mereka seharusnya langsung pergi untuk berganti pakaian tetapi itu bisa ditunda.

"Kenapa kalian belum ke practice room?" Hansol yang baru saja tiba memecah keheningan di kafetaria.

"Yeojun hyung bilang, ada yang mengenalinya di jalan." Jeonwoo menjawab pertanyaan Hansol sambil tersenyum.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Hansol untuk ikut tersenyum saat mendengar kabar itu. "Benarkah? Apa yang dia katakan? Lalu bagaimana kau menjawabnya, hyung?"

"Dia bertanya apakah aku ini seorang idol."

"Lalu?" Taebin terlihat sangat bersemangat.

"Aku jawab saja, bukan."

"Sudahlah. Ayo berlatih." Sahut Hansol

Namgyu sebagai leader, bangkit dari tempat duduknya lalu mengarahkan anggotanya. "Jaehoon dan Taebin kalian segera berganti pakaian, lalu ke practice room. Yang lain, ayo ke practice room sekarang."

"Pasti menyenangkan kalau kita punya penggemar sebelum debut." Celetuk Soohyun. Ia sebenarnya sedang menggoda Yeojun karena tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan penggemar bahkan sebelum debut.

"Heol padahal aku merasa itu jawaban yang benar." Yeojun berbicara pada dirinya sendiri.

"Iya kau benar. Hanya saja kau sepertinya tidak bisa membuat seseorang menjadi penggemar baru kita." Balas Soohyun

shineling | yoongi jieunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang