~21 Juli 2010~
"Happy 21 my lovely daughter." ucap Choi Seunghyun sambil memeluk anaknya yang genap berusia 21 tahun itu.
"Thanks papi." ujar Lia dengan sangat senang.
"Hey, adik kecilku sekarang sudah besar. Happy birthday ya sayang. Sekarang kamu sudah legal. Tapi ingat ya.. Jangan menyalahgunakan usiamu untuk pergi ke club malam." ujar Lorenzo yang datang dari ruang kerjanya.
"Hei Kak Lorenzo. Iya kak.. Hehehe. Makasih kak. Kak Sana mana?" tanya Lia bersemangat.
"Kak Sana lagi pulang ke Jepang, mau urus papanya yang lagi sakit. Tumben kamu cari dia?"
"Iya kak, aku rindu sama kak Sana hehehe."
"Ayo sekarang, Lia tiup lilin dulu. Biar anak kesayangan papi make a wish bisa di umur ke 21 ini." ucap Choi Seunghyun sambil memberikan kue ulang tahun pada Lia.
Lia pun menutup matanya dan mulai meminta harapan dalam hatinya.
"Aku ingin berpetualang keliling dunia. Aku juga berharap, aku bisa menemukan lelaki yang cocok untuk menjadi jodohku." ucap Lia dalam hati lalu meniup lilin tersebut.
"Yeay, once again Happy 21 ya adek kecilku." ucap Lorenzo.
Lia tersenyum dan mengangguk pelan.
"Sebagai hadiah ulang tahun kamu yang ke 21, papi punya hadiah buat kamu."
"Apa tuh pi?"
Choi Seunghyun mengeluarkan tiket perjalanan ke tempat impian Lia yaitu Italia. Lia bebas berkeliling dan bebas menentukan kapan dia ingin pulang. Hal ini dia lakukan karena ia sangat ingin melihat indahnya kota Italia dan ia teringat dengan almarhumah istrinya, Park Bom. Ia pernah berjanji akan membawanya ke Italia, namun takdir berkata lain. Park Bom jatuh sakit dan Tuhan memanggilnya untuk 'pulang'. Saat itu, anak-anak mereka masih sangat kecil."Walaupun aku tidak bisa membawa istriku ke Italia, tapi setidaknya aku bisa membawa anakku kesana." ucap Choi Seunghyun sambil tersenyum kebapakan ketika melihat kebahagiaan Lia.
"Oh ya, Steven titip salam. Happy birthday katanya. Dia tidak bisa pulang seperti tahun lalu karena risetnya sedang ada masalah." ucap Lorenzo.
"Ah begitu, tidak apa-apa. Diberi ucapan juga aku sudah senang." ucap Lia sambil tersenyum manis.
"Walaupun hanya dirayakan bertiga, tetapi momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup ini tidak akan pernah aku lupakan." ucap Lia dalam hati.
"Oh ya pi, proyek kita dengan D-lite label sudah deal pi. Sudah aku uruskan semuanya." ucap Lorenzo sambil meneguk air dingin yang baru ia ambil dari kulkas.
"Oh, baguslah. Akhirnya kita bisa bekerja sama dengan D-lite. Padahal, susah sekali mau bekerja sama dengan dia. Apalagi sejak the Victory bangkrut dan sahamnya terkancing di dalam. D-lite jadi berhati-hati jika mau bekerja sama."
"Bukannya the Victory sudah jadi Soondoongri corporation?" tanya Lia.
"Iya, the Victory diambil alih dan menjadi Soondoongri corporation. Dulu kan the Victory dipegang dengan Serafino, lalu ada masalah dan pengambilan alih saham jadi sekarang the Victory tutup. Soondoongri corporation dipegang oleh Severino, adik kembarnya. Setau papi, Serafino memang tidak terlalu pandai dalam mengolah bisnis."
"Sayang sekali. Tapi aku dengar Severino sangat jahat dan kejam. Berbeda dengan kembarnya."
"Jangan bicara begitu. Itukan hanya rumor. Dia marah pasti ada alasannya kan?" ucap sang ayah bijak.
"Benar juga pi. Ya sudah aku tidak peduli. Hmm.. Bay the way, papi benar-benar tau membahagiakan anak-anak. Dulu waktu usiaku 21 tahun, aku diberikan tiket ke Liverpool. Lalu Steven ke Paris dan sekarang Lia ke Italia." ucap Lorenzo sambil tersenyum.
"Iya donk. Papi harus adil dengan anaknya. Kalau satu orang berangkat, semua harus merasakan juga. Walaupun destinasinya berbeda. Biar kalian ada pengalaman juga. Bisa rasakan dunia luar." ucap Choi Seunghyun bijak.Sejak kecil, Choi Seunghyun memang mendidik anaknya agar bisa mendapatkan pengalaman berharga dalam hidupnya. Jika ada anaknya yang bertengkar, sebagai seorang ayah, ia hanya menegur dan memberi pengertian pada sang anak. Bahkan, yang ditegur bukan hanya salah satunya atau melimpahkan kesalahan pada Lorenzo selaku anak pertama. Tetapi, dua anak yang terlibat tersebutlah yang akan ditegur. Hal itu Seunghyun lakukan agar tidak ada rasa cemburu dan iri pada diri anak-anaknya.
"Aku merasa kasihan dengan orang lain diluar sana yang tidak pernah mendapatkan perlakuan adil dari keluarganya. Aku ingin menolong tapi tidak tau caranya." ucap Lia polos.
Lia memang memiliki hati yang baik, tulus dan murni. Ia sangat tidak tega bila ada orang yang mengalami kekerasan. Walaupun Lia tidak pernah mengalami hal tersebut karena orang tuanya sangat baik padanya dan tidak pernah menegurnya dengan kekerasan, tetapi Lia sangat tau jika hal itu sangat sakit.
"Doakan saja semoga kehidupan mereka bisa berubah nanti. Kalau kamu bisa bantu secara finansial ya bantu saja." ucap Lorenzo.
"Tapi hati-hati Lia. Ada juga yang menipu dan memanfatkan." sambung sang ayah.
"Iya pi, aku paham kok. Oh ya pi, hmm.. Aku ingin berbagi dengan orang lain. Apa boleh? Hehehe kebetulan, banyak barangku yang sudah tidak terpakai lagi. Bajunya juga. Sudah ada beberapa yang aku sortir dan taruh di box."
"Boleh Lia. Itukan barangmu. Papi tidak akan melarang kalau itu untuk hal yang baik."
"Thank you pi." ucap Lia manja sambil memeluk ayahnya.Mereka pun makan dan foto bersama. Lia mengedit fotonya dengan menambahkan Steven dan almarhumah sang ibu.
"Walaupun mami sama kak Steven gak disini, tapi aku bisa buat keluarga kita lengkap lagi."
Ucapan polos Lia membuat sang ayah tersentuh. Walaupun ibunya sudah meninggal karena kanker paru-paru, Lia masih tetap mengingat sang ibu.
"Aku juga kangen mami. Hehehe.. Mami pasti senang melihat anak bungsunya sudah dewasa." ucap Lorenzo.
"Jelas, mami pasti bangga punya anak yang baik, pintar dan cantik seperti kamu Lia. Mami pernah pesan sama papi, Lia harus tetap jadi anak yang baik sama semua orang. Lia juga tidak boleh sombong apalagi tinggi hati."
Lia terharu mendengar perkataan sang ayah. Jujur saja, sejak kecil, Lia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu karena sang ibu sudah meninggal ketika Lia masih duduk di bangku TK. Walaupun demikian, Lia tumbuh menjadi anak yang lembut meskipun dibesarkan oleh seorang ayah.
"Of course pi, Lia pasti jadi anak yang baik seperti yang papi sama mami harapkan." ucap Lia sambil tersenyum.Lorenzo sangat senang melihat Julia yang tumbuh menjadi gadis yang baik, ramah, hangat dan tidak sombong. Lia tumbuh besar dari kasih sayang ayah dan kakak-kakaknya.
"I proud of you Lia. Mami will happy to see you growing up like this."-to be continue-
Hello everyone..
Maaf kalau fanfict ini agak kurang bagus ya. Hehehe.. ^^
Mohon di vote, comment dan Share biar aku semangat buat fanfictionnya ^^
Makasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace of torture
FanficJulia Choi atau yang akrab disapa Lia merupakan putri tunggal dari Choi Seunghyun yang merupakan seorang pebisnis terkenal dibidang garmen. Lia merupakan gadis yang baik, ramah, anggun, ceria dan sedikit manja. Lia selalu mendapatkan kasih sayang da...