Titik Balik

450 16 2
                                    


Sabtu pagi, seharusnya Petra menggunakan waktu liburnya ini untuk beristirahat dari kegiatannya sepekan. Nyatanya banyak hal yang membuat pria itu tidak bisa tidur nyenyak. Petra mengacak-acak rambutnya frustasi. Tidak menyangka masalah hati bisa sampai sepelik ini.

"Yosika, maafkan saya," gumam Petra putus asa.

Sejak subuh tadi, Petra terus melamun di sofa mansionnya. Matahari kian meninggi, Petra belum juga beranjak dari sana. Minuman kaleng yang sudah kosong di tangannya, diremukkan sampai tidak berbentuk lagi.

Petra mengambil ponsel, lalu jemarinya mengarah ke halaman buku telepon.

"Starla, kita perlu bicara," kata Petra dengan nada tegas.

Setelahnya , Petra mengirim sebuah pesan pada Starla di mana dan kapan mereka bertemu.

"Starla, saya benar-benar minta maaf. Saya tidak bisa berpura-pura lagi," kata Petra terus terang. "Saya ingin membatalkan perjodohan kita."

Awalnya Starla terkejut. Tapi dia juga mengerti bahwa perasaan tidak bisa dipaksakan. Starla tersenyum.

"Terima kasih, Pak Petra," balas Starla yang membuat Petra bingung.

"Kenapa malah berterima kasih? Bukannya kamu harusnya marah sama saya?"

Starla menggeleng memberi pemahaman.

"Saya menyukai orang lain," jawab Starla tanpa ada kebohongan. Kini giliran Petra tersenyum.

"Saya juga menyukai orang lain."

"Yosika?" terka Starla.

"Kamu tahu dari mana?"

Starla menyunggingkan bibirnya sembari melipat tangannya di depan dada.

"Bapak tahu? perempuan punya sensor intuisi yang kuat. Dari sikap Pak Petra ke Yosika, dari cara bapak cemburu, dan mencuri pandang diam-diam ke arah Yosika, itu sudah menunjukkan ketertarikan bapak sama dia."

Petra terkekeh. "Kamu benar," jawab Petra tanpa mengelak.

"Apa gara-gara perjodohan itu, kamu menangis kemarin ini?" tanya Petra tiba-tiba terlintas kejadian di mana Starla menangis.

Sorot mata Starla berubah sendu.

"Iya, Pak. Tapi sepertinya sudah terlambat."

"Kenapa?"

"Dia sudah sama orang lain," jawab Starla dengan kepala tertunduk.

Starla kembali mengangkat kepalanya teringat sesuatu.

"Omong-omong, nanti bagaimana kalau orang tua kita tahu kita menolak perjodohan ini?" ujar Starla sedikit panik.

"Biar saya yang menjelaskan nanti."

Starla jauh lebih tenang sekarang, demikian pula dengan Petra. Ia harus meluruskan permasalahannya satu per satu.

***

Siang menjelang sore, Petra sudah berada di depan kos Yosika. Ia berulang kali menghubungi wanita itu, tetapi teleponnya tersambung ke kotak pesan.

Dua jam Petra menunggu di dalam mobil, sampai akhirnya orang yang dicari muncul. Yosika sempat dibuat kaget oleh Petra yang mendadak menarik tangannya untuk ikut masuk ke mobilnya.

"Apa-apaan sih?" teriak Yosika berusaha melepaskan tangannya.

"Masuk." Yosika enggan beranjak dan masih berusaha melepaskan tangannya.

"Aku nggak mau jadi objek mainan Pak Petra. Aku mohon pak," mohon Yosika, namun Petra tidak menghiraukannya.

Petra mendorong lembut punggung Yosika agar wanita itu duduk di kursi penumpang.

"Pakai seat belt nya," perintah Petra lagi.

Mau tidak mau Yosika menurut.

Selama perjalanan, keheningan menyelimuti mereka sampai tiba di tempat tujuan. Yosika mendelik ke arah Petra, namun pria itu tidak menghiraukannya.

"Bapak mau ngapain ajak aku ke apartemen bapak?" ujar Yosika panik.

Tangan Petra menyambar cepat memegang pergelangan Yosika hingga wanita itu tidak bisa lagi menghindar dan ikut bersama Petra. Langkah Petra besar-besar menyusuri lorong apartemen membuat Yosika kuwalahan mengikutinya.

"Aku mau pulang, pak," ujar Yosika sesaat setelah masuk ke dalam apartemen milik Petra.

"Saya minta maaf," kata Petra akhirnya membuka suara.

"Bapak nggak salah, jadi nggak usah minta maaf."

Petra menatap Yosika secara intens.

"Saya minta maaf karena tidak jujur terhadap perasaan saya."

"Maksud bapak?"

"Saya sayang sama kamu," ucap Petra tegas.

Yosika menghela napas panjang. Ia menunduk sebentar lalu kembali menatap Petra. Yosika tersenyum samar.

"Sudahlah, Pak. Nggak usah pura-pura lagi. Aku tahu bapak menyukai Starla. Aku paham posisiku, pak. Aku tidak pantas untuk bapak."

Petra menggeleng kuat-kuat memprotes setiap kata yang diucapkan Yosika.

"Kamu salah paham,Yos. Saya terpaksa, demi perjodohan orang tua kami," jelas Petra langsung pada inti masalah.

"Kenapa bapak tidak menolak kalau tidak suka?" protes Yosika.

"Itu karena..."

"Sudahlah, aku capek pak. Sikap dingin bapak kemarin telah memberiku jawaban," ucap Yosika sambil melangkahkan kaki keluar apartemen Petra.

Sementara, Petra memukul tembok di sampingnya, melampiaskan amarah dan kekesalannya. Kenapa semuanya jadi begitu rumit.

***

(2 May 2021)

Crush on You [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang