||PENJELASAN||-2

5 2 0
                                    

-CERITA HANYA FIKSI BELAKA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN-
-CERITA HANYA IMAJINASI SANG PENULIS-
-ENJOY-
-HAPPY READING-

-👑-


"Hentikan!.." Teriakku seorang diri di ruang bawah tanah seraya menggeliat diatas kasur.

Lalu seketika suara yang sebelumnya menggema hebat di telingaku itu seperti mendengar apa perintahku, suara-suara itu berhenti berbisik di telingaku dengan cepat. Aku pun menarik nafas dalam seolah-olah usai dikejar sesuatu yang menyeramkan yang membuatku sampai tersengal-sengal.

"Hahh, hahh, hahh.."

Aku memegangi dadaku yang terasa sakit karena aku mengambil nafas yang terlalu dalam.

"Dasar lelaki ingusan sialan!.." Aku pun mengurungkan niatku untuk mengurung diri di sini karena aku tengah memuncakkan amarah dan ingin pergi ke kamar Theo lagi untuk menanyakan apa maksud dari semua ini.

Aku berjalan di sepanjang lorong kastil sambil berdengus kesal di setiap langkahku.

Dan tibalah aku didepan kamar Theo untuk kedua kalinya di hari ini. Aku menggebrak pintu kamarnya lebih keras dari sebelumnya menggunakan salah satu kakiku, karena secara mendadak kakiku terasa lebih baik seperti sedia kala dan tidak merasakan satu rasa sakit pun termasuk lenganku yang merasa sudah sembuh seperti sihir.

"Bruakkk!!.."

Sampai-sampai engsel pintu kamar Theo seperti mau copot dibuatku.

Orang yang ada di kamar Theo selain pemilik kamarnya adalah adiknya yaitu Cheo.

"Astaga!! L-Lily??!...kamu kenapa?!.." Cheo menghampiriku tapi dengan cepat aku menepis tangannya saat akan menyentuh bahuku.

"Lily???.." Tanya Cheo yang sepertinya sangat sakit hati karena perlakuanku seperti ini padanya.

Aku berjalan kearah Theo dengan pandangan gelap dan di mataku hanya dipenuhi sebuah amarah yang menggebu-gebu.

"Apa itu tadi??.." Pertanyaan pertamaku dengan nada yang masih biasa tapi seperti menekan.

"Karena kau kabur dariku tanpa hormat.." Jawabnya yang membuat hatiku semakin terasa panas.

"Jawab dengan benar!.." Aku berjalan semakin dekat dengan Theo.

Dan kini aku berada di samping kasurnya sementara ia masih duduk manis diatas kasur sambil menatapku heran.

"Aku sedang tidak ingin emosi Lily. Kau bisa menanyakan itu pelan-pelan, kenapa harus dengan cara kasar??.." Kini Theo menjawab dengan nada menekan.

"Aku tak peduli apa keluhanmu! Sekarang cepat jawab apa maksud dari semua itu?!.." Aku sudah merasa frustasi akan perlakuannya kepadaku.

Theo berdiri dari duduknya dan menghadapku secara langsung. Aku berada didepannya bahkan mungkin kurang lebih hanya sisa beberapa puluhan centi aku berdiri didepannya.

Tanpa pikir panjang aku langsung memukul dengan kuat perut Theo. Tapi sayangnya usahaku digagalkan olehnya lantaran tangannya lebih cepat bereaksi lalu memegangi kepalaku dan ia memundurkan satu langkahnya agar tanganku yang ingin memukulnya ini tidak sampai pada dirinya.

"Dasar sialan!! Pria tua bangka masih saja seperti anak-anak!! Aku membencimu!! Aku tidak ingin melihatmu!! Aku ingin kau membebaskan ku agar aku bisa lari dari neraka ini!! Aku muak!! Aku ingin kau segera mati!!!..." Kataku sambil terus berusaha untuk meraih tubuhnya sementara kepalaku masih Theo tahan dengan satu tangannya.

WH0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang