"Kenapa kau di sini?!" teriak Selena panik ketika mendapati Jose berdiri bersandar di pintu lemari sambil menatapnya tajam.
Mata itu tampak gelap dan bersinar secara bersamaan. Jose melipat tangannya di dada, bibirnya menyeringai kecil. Lalu, ia menghela napas.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya?" sahutnya singkat dan ketus. Ya, pertanyaan Jose sangat jelas. Selena tampak panik, bukan terkejut. Seolah, ia sudah menduga sebelumnya.
Selena menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhnya. Padahal, jelas-jelas kalau dirinya berpakaian lengkap. Bagaimana pun, itu hanya refleks karena seorang pria berada di dalam kamarnya. Ia mengingat-ingat kepingan ingatan di kepalanya. Cukup baik sekaligus buruk.
***
Malam sebelumnya pukul 23.20.
Selesai membaca beberapa informasi yang tersaji di internet. Selena berusaha meyakinkan diri. Ia telah mencetak beberapa lembar artikel berita dan membacanya untuk terakhir kali. Sudah tidak dapat dihitung berapa kali ia membaca catatan itu, bahkan hampir hafal di luar kepala.
"Mantra hanya berlaku pukul sebelas lebih sebelas sampai sebelas lebih dua puluh tiga menit. Itu berarti, waktuku tiga menit lagi, atau mencobanya besok?!" runtuknya seraya bangkit dari ranjang.
Selena mengambil sebuah lilin di atas piring, pemantik dan sticky note bertuliskan JOSÉ FERNANDEZ BANKS yang sudah disiapkan sebelumnya. Selena mendekatkan kertas yang telah dicetak ke arah lilin untuk memudahkan membaca. Di dalam aturan yang tertulis, seseorang perlu memilih sebuah pintu yang memungkinkan untuk menghubungkannya dengan pintu orang lain. Selain lemari, ia tidak memikirkan apa pun. Lagipula, ini hanya permainan dan banyak yang gagal. Mungkin, bisa saja ia salah satunya. Tentu satu hal yang pasti, ia sudah mencoba.
Selena menyalakan lilin di depan pintu lemari. Lalu ia mematikan seluruh lampu di apartemennya, kamar pun gelap total dan lilin menjadi satu-satunya sumber cahaya. Ia menempelkan tulisan kecil sticky note tadi di lemari. Kemudian, ia duduk bersila di depannya.
"Dua menit lagi," ujar Selena seraya mengecek ponselnya. "Baiklah, kau bisa melakukannya Selena! Ini hanya permainan!" ujarnya seraya menyemangati diri sendiri.
Akhirnya, Selena merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada. Matanya terpejam dan siap mengucapkan mantra.
Selena menarik napas dalam-dalam.
"Aku, Selena Elizabeth Slater mencintai José Fernandez Banks. Hubungkan hati dan jalan kami," Selena mengulanginya sebanyak tiga kali. Setelahnya, ia membuka matanya perlahan.
Sesuatu membuatnya takjub. Ia termenung sesaat, matanya membulat sempurna dan mulutnya menganga karena takjub, hingga akhirnya bangkit dari lantai. Pelan-pelan ia membuka pintu lemari yang entah bagaimana bisa bersinar dari celah-celahnya. Sinar itu membentuk persegi panjang menyesuaikan dengan bentuk pintu. Matanya refleks ia tutup dengan punggung tangan karena silau. Sebuah cahaya terang yang muncul tiba-tiba, lalu mulai meredup menampakkan sebuah pintu di sisi lain.
Selena diam sesaat. Bibirnya mengatup dan buru-buru ia tutup pintunya. Tepat ketika membukanya lagi, ia dapat melihat sebuah tempat asing. Selena dapat melihat sebuah ruangan yang semuanya tertata begitu rapi, dapur lengkap, sofa dan sebuah televisi besar. Namun, tatapannya berakhir di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka dengan lampu temaram.
Kaki kanannya melewati ambang pintu lebih dulu. Ia dapat merasakan kakinya menyentuh lantai keramik yang dingin, cukup berbeda dengan kaki kiri yang masih berpijak di karpet lantai kamarnya.
Ia memberanikan diri masuk ke sana. Ketika kedua kaki dan tubuhnya berpindah sempurna, ia memindai seluruh tempat. Ia tidak pernah berada di tempat seasing ini sebelumnya. Ruangan yang hampir kosong kecuali dengan perabot sederhana. Namun, fokusnya kembali ke kamar tadi. Ia melangkah pelan dan hati-hati. Ia masih berpikir bahwa semua ini mimpi dan akan berakhir dengan cepat. Jadi, bagaimana pun perlu menyelesaikannya secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Roommate (ONGOING)
Romance🇺🇸 Kepingan ingatan tentang Jose, lelaki tampan di masa lalu yang membuat hidup Selena berubah 180 derajat. Bertahun-tahun ia mencari dan mengubah diri. Namun, saat menemukannya, Jose tampak berbeda. Ia bukan pria yang dikenalnya dulu. Tak sekalip...