Malam Yang Berbeda

18 8 0
                                    

Setelah akad, aku ke kamar Rizki. Duduk di depan cermin. Para perias sedang sibuk memake-up ku. Aku membuka handphone ku. Melihat foto wisuda ku. Mengingat kali pertama aku bercanda dengan ketiga sahabatku. Kami mempunyai rencana untuk menikah bareng, diwaktu yang sama. Karena rasanya pasti sangat lucu sekali.
"Mbak, sekarang ganti pakaiannya yah. Ini pakaian adatnya, Mbak." perintah wanita yang sedang merias ku. Aku mengabaikannya. Tiba-tiba Bunda Sindi sudah berdiri di belakang ku sembari memegang kedua bahuku.
"Gapapa... Kalau kamu enggak mau pakai baju adat. Tapi ingat sayang, menikah hanya sekali. Jangan sia-siakan kesempatan ini." katanya. Lalu dia pergi begitu saja.
"Kalian boleh keluar!" kata Rizki yang berdiri di depan pintu menyuruh para perias untuk meninggalkan kami berdua di dalam kamar. Aku masih fokus dengan handphone ku. Rizki berdiri di belakang ku. Dia pun berani untuk berbicara sok akrab denganku.
"Nay, teman-temanku ngajakin foto. Jadi, ayolah kamu keluar!" perintahnya.
'Masa bodoh, aku tidak peduli itu.' jawabku dalam hatiku dengan netra ku masih fokus pada foto wisuda ku.
"Kata Bunda, kalau ada orang yang lagi ngajakin bicara tapi di cuekin berarti dia lagi ngebatin di dalam hati." ucapnya sambil berbisik di telinga ku dan melihat handphone ku.
"Ooh... Kamu juga ingin teman-teman mu datang yah, Nay?" tanyanya. Lalu dia menjawab pertanyaannya sendiri, "Nanti kita buat pesta juga di rumah kamu, Nay." Aku meletakan handphone ku dan beranjak dari tempat duduk ku. Mengambil baju adat. Ku bawa ke ruang ganti di kamar mandi Rizki. Ketika tangan ku mendorong pintu kamar mandi, dengan gesit Rizki menarik tangan ku dan memanggil ku. "Eh, Nay..." Aku tidak menoleh sama sekali dan cepat-cepat melepaskan pegangannya.
"Mau ganti baju yah? Jangan dikamar mandi. Kamu ganti aja disini." katanya.
"Jaga batasan mu!" sahut ku menoleh ke arahnya sembari membulatkan kedua netra ku. Dia malah tertawa.
"Akhirnya kamu bisa ngomong juga. Alhamdulillah. Maksud aku, kamu ganti disini dan aku pergi, Nay. Kamu kunci aja dari dalam." katanya lalu dia membalikkan badannya sembari memperingatkan ku "Jangan masuk kamar mandi ku yah!"

                         ****

Aku keluar menggunakan pakaian adat. Aku mengambil riasan yang akan menutup seluruh wajah ku. Sebuah riasan yang berantai berwarna keemasan. Wajahku tidak terlihat lebih jelas. Para perias membantu ku untuk berjalan menuju pelaminan. Rizki dengan bangganya memperkenalkan aku dengan beberapa temannya. Mereka mengajak foto bersama. Kemudian aku ditinggal sendirian. Karena mereka mengajak Rizki untuk bernyanyi. Kak Yasmin menghampiri ku. Dia menemani ku dipelaminan. Tak hanya teman-teman Rizki yang mengabadikan moment terburuk ini. Keluarga ku juga mengabadikannya dengan sebuah kamera.

                               ****

Pukul 00:56 Wib, aku sudah membersihkan badan ku dari beberapa make-up dan baju-baju yang sangat berat. Aku memakai baju tidur tante Sindi. Hijabku juga tidak aku lepaskan. Aku melihat keluarga ku yang sudah pulang meninggalkan aku sendirian disini. Lagi-lagi di depan cermin aku duduk sembari menatap wajah ku. Seharian aku lelah melakonkan pentasan drama ini. Krakk... suara pintu kamar terbuka. Langkah kakinya dapat ku tebak, dia tidak lain adalah pemilik kamar ini.
"Suka banget yah duduk melamun di depan cermin?" tanya Rizki yang membuka kancing bajunya satu persatu. Aku bisa melihat dari pantulan cermin di depanku. Saat dia hendak membuka kemejanya dengan sembarangan, sentak aku menutup kedua mata ku. Suara langkah kaki mulai mendekat ke arah ku.

Balai RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang