Part 22~Dibuang~

3.2K 235 21
                                    

Penyesalan selalu diakhir, kalau diawal itu permulaan. Agar manusia seperti kalian mengerti arti kehilangan.
~frisaarkeano~

Penantian selalu berakhir indah, namun penantianku berakhir menyakitkan. Ribuan luka kalian torehkan, namun ribuan kali pula maaf kuberikan. Akankah semesta mempunyai hasrat untuk menyudahi penderitaan ini. Karena diri sudah lelah pada takdir buruk yang menghampiri.
~alukaalkenzia~

•••
H

ai semua🤗
Afa comeback.

Aku senang sama komen kalian pada part kemaren, makasih ya yang udah ikut terbawa suasana:)😊

Vote and comment yang banyak dong! Maksa:) wkwk

Siapin kata-kata buat mereka ya.

Happy reading🤗

"Dokter! Dokter, tolong selamatkan anak saya,"teriak Fernan menggelegar ke seluruh koridor rumah sakit kemudian membaringkan Aluka di bankar.

Bukannya segera mengambil tindakan, seluruh perawat di rumah sakit hanya mengamati. "Woy! Kalian buta?! Cepat tangani ini,"bentak Fernan.

"Ba- baik Tuan Fernan,"jawab seorang perawat seusia 25 tahun. "Cepat panggil dokter Frisa!"titahnya pada suster lain.

Dengan penuh kekhawatiran, Fernan mendorong bankar Aluka. Gadis itu masih memejamkan matanya sempurna dengan bibir yang pucat seperti mayat.

"Anda tunggu diluar Tuan,"ucap suster tadi dengan menutup pintu.

Fernan merosot tepat di depan pintu, hatinya hancur melihat anak yang selalu ia sakiti ternyata sangatlah menderita selama ini. Air matanya tidak ada henti-hentinya luruh mengingat setiap perkataan Aluka yang sangat rapuh dan sakit hati. "Gue bodoh! Gue Ayah paling b*r*ngs*k! Maafin Papa Aluka,"teriak pria itu dengan menjambak rambutnya frustasi.

"Apa yang keluarga anda lakukan pada anak itu lagi Tuan Fernan?"tanya dingin Dokter Frisa.

Fernan mendongak menatap Frisa tak kalah dingin dan sengit,"b*ngs*t! Apa yang lo lakuin di sini?! Cepat tangani anak gue! Atau nyawa lo yang jadi taruhannya,"ancam Fernan dengan menarik kerah kemeja Frisa.

"Rupanya penyesalan memang selalu berada diakhir Tuan,"ujar Dokter Frisa kemudian pergi masuk ke ruang IGD dan meninggalkan Fernan yang sudah mematung di tempat.

"F*ck! Nggak! Kamu nggak boleh ninggalin Papa Aluka, nggak untuk yang kedua kalinya,"lirih pria itu dengan isak tangis.

Bugh... Bugh... Bugh... Bugh...

Fernan memukuli dinding rumah sakit dengan brutal untuk menyalurkan segala rasa sakit dan ketakutan dalam dirinya. Bahkan, tangannya sudah memerah dan mengeluarkan darah. "Kamu nggak boleh ninggalin Papa sayang. Papa nggak mau kehilangan orang yang berharga dalam hidup Papa lagi,"racaunya dengan meringkuk di pojok dan bahu bergetar hebat menahan tangis. Ingatan tentang kehilangan seseorang yang memberi warna dalam hidupnya kembali berputar, rasa sesak dalam dadanya tidak dapat ia hindari.

Ceklek

Suara pintu terbuka dan menampakkan Dokter Frisa dengan wajah lelah dan penuh peluh. Fernan langsung bangkit dan menghampirinya,"gimana keadaannya?"tanya Fernan sedikit gemetar.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang