2 minggu berlalu, dan selama itu pula. Penyakit Ruri bisa disembuhkan, gadis itu kini sering terlihat berjalan-jalan bersama Kohaku keluar desa. Semua orang sangat bersyukur, kepala desa atau ayah nya Kohaku dan Ruri mengangkat Senku menjadi kepala desa Ishigami.
Ya, Ishigami. Nama belakang Senku.
Cukup mengejutkan untuk Senku dan juga (Y/N). Apalagi Senku yang tidak menyangka ternyata ayah angkat nya adalah pendiri desa Ishigami, bersama dengan 5 temannya. Ceritanya sangat panjang hingga membuat (Y/N) pusing sendiri mendengarnya.
Malam ini, adalah malam dimana pesta berlangsung, semua merayakan kejayaan Senku. Disisi lain, Ruri terlihat berbicara pada Senku, mengajak lelaki itu pergi kesuatu tempat bersama dengannya. Senku mengiyakan, namun. Ia juga mengajak (Y/N) bersamanya. Rasanya pisah jauh dari (Y/N) membuat Senku tidak bisa bernafas.
Lebay memang, tapi itulah kenyataan bagi mereka yang benar-benar telah jatuh cinta.
Dan, hal itu sekarang terjadi pada Senku. Tidak bisa dipungkiri, dirinya benar-benar jatuh cinta, bahkan berani mengklaim (Y/N) sebagai miliknya seorang, hanya dia. Rasanya bukan diri Senku, dimana lelaki penggila sains? Yang selalu mengatas namakan sains dibanding apapun.
Semua itu hilang. Tidak, bukan hilang. Hanya saja, posisinya kini tergeser oleh gadis drama, wanita-nya Senku. (Y/N) benar-benar membuktikan kalimatnya untuk membuat Senku jatuh hati, bahkan. Saking kuatnya cinta yang Senku berikan, ia seperti orang tidak waras jika tidak melihat wajah (Y/N).
Kini, Senku tidak perlu khawatir ataupun memendam rasa gengsi, karena wanita-nya adalah miliknya. Tangan kecil digenggam erat, seolah tidak membiarkan wanita yang berjalan dibelakang tertinggal atau sekedar menjaga jarak. Ruri bagaikan nyamuk disana, pengganti Taiju.
"Disini..adalah makam para pendiri desa Ishigami." Ucap Ruri pelan.
Setelah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka sampai pada suatu bukit, tidak terlalu tinggi. Namun diatas sana, terdapat satu batu nisan yang begitu membuat dada Senku bergetar. Dirinya semakin mempererat genggaman pada jemari, menghantarkan rasa panas yang membuat wanita dibelakang tertunduk malu.
"Aku akan tinggalkan kalian disini." Kata Ruri pelan, seraya tersenyum lembut kearah (Y/N).
Setelah kepergian Ruri, suasana yang awalnya normal menjadi canggung. (Y/N) sangat ingin menarik tangannya dari pegangan Senku, membiarkan lelaki itu sendiri menenangkan perasaan. Tapi, rasa tidak tega mengetuk hatinya.
"Haruskah aku pergi?" Tanya (Y/N) lembut. Matanya menatap dalam perubahan raut wajah Senku. Tangannya ditarik pelan, membawanya pada batu nisan teratas.
"Tidak, tetaplah disini. Bersamaku."
Itu bukanlah permintaan, namun sebuah perintah mutlak yang keluar dari bibir tipis Senku. (Y/N) hanya diam bak patung, dirinya lantas bingung harus menunjukkan ekspresi bagaimana. Bukannya tidak turut sedih, ia bahkan tidak begitu dekat dengan Byakuya, ayah Senku.
Walau (Y/N) sering beberapa kali melihat wajahnya di televisi, ataupun di handphone dulu. Matanya melirik dalam, wajah Senku menyendu. Walau lelaki itu menampilkan senyum, tidak bisa menutupi wajah sedihnya. Tubuhnya sedikit bergetar, dan (Y/N) merasakan getaran kecil itu juga.
"Sudah..lama ya?"
Senku menangis. Pertama kalinya (Y/N) melihat lelaki yang selalu bersikap tenang, bahkan sering kali menjahilinya. Kini, ia terisak pelan dengan kepala menunduk, tidak sanggup memperlihatkan wajah jeleknya dihadapan wanita yang ia renggut keperawananya.
"Senku.."
"Rasanya..seperti baru kemarin aku melihatnya. Ayah sialan!"
(Y/N) berwajah masam, apa-apaan kepala bawang ini? Apakah ia tidak takut kena azab? Padahal (Y/N) berniat memeluknya, dan memberikan bahu sebagai sandaran terbaik, namun batal. Setelahnya Senku terkekeh pelan, matanya yang sedikit membengkak memandang (Y/N).
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
Historia CortaSenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...