"Bunuh dia!"
"Oppa!"
"Jangan berani menyentuhnya!"
"Katakan selamat tinggal pada saudaramu satu-satunya."
Dorr!!
"Perlukah kumutilasi tubuhnya didepanmu? Tapi dia terlihat sangat cantik."
"Oke, lakukan."
"Tidak, yang itu juga terbunuh!"
"Kau memintaku menghabisi semuanya bukan?"
"Namjoon, lari darisini!"
"Uhk!!"
Lampu menyala. Dan pria itu terbangun bersimbah keringat.
"Namjoon?"
Suara batuknya membangunkan Yoona yang sedang terlelap. Ia mengusap punggungnya penuh kasih bercampur panik. Lalu diraihnya gelas berisi air dari meja nakas dan ia berikan pada pria disampingnya.
Setelah beberapa saat mereka tenggelam dalam hening, Yoona memutuskan untuk mengambil alih situasi. Ia berinisiatif mengambil obat sesuai anjuran dokter Yoongi jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, lebih tepatnya mimpi buruk. Tetapi setelah menuruni ranjang, langkahnya terhenti karena ia dipanggil.
"Kenapa kau tidur bersama si brengsek ini?"
Dalam sunyi, detak jantung wanita mungil itu bergerak tak beraturan. Pupilnya membesar manakala Yoona melihat sepasang mata naga penuh amarah tengah menghujam padanya. Jelas, itu bukan Namjoon.
"... Kim?" tanyanya berusaha untuk tenang. Matanya berkeliaran kesana-kemari saat Kim mendekatinya perlahan-lahan.
"Sudah berapa lama aku menghilang?" tanya Kim dengan suara serendah lautan. Auranya sungguh menyeramkan, dan Yoona tak tahu harus berbuat apa.
"Satu minggu."
Kim melirik jam dinding yang waktunya menunjukkan pukul sebelas malam. Lantas menyipitkan mata pada Yoona yang terpaku ditempatnya seperti melihat hantu. Tetapi Kim tak peduli. Satu-satunya hal yang ia pedulikan adalah bagaimana bisa wanitanya itu tidur bersama dirinya ketika dirinya tidak ada.
Hal tersebut sungguh membuatnya naik pitam.
"Jadi kau sudah terbiasa tidur bersamanya dikamar ini?" tanya Kim lagi, menjepit kedua rahang Yoona dengan jemarinya yang kokoh. Membuatnya menengadah dengan wajah yang tegang sebab ia merasa telah melakukan suatu kesalahan. Dalam ketegangan itu Yoona memaksa otaknya untuk memikirkan satu jawaban atau respon. Mungkin mencoba tertawa sambil menangis adalah ide yang bagus, untuk sekadar memperlihatkan bahwa ia sama gilanya dengan pria didepannya.
Tapi raut wajah Kim jelas bukan jenis raut wajah yang bisa diajak bekerjasama saat ini. Yoona berpikir jika ia berbuat satu kesalahan saja, tidak menutup kemungkinan dirinya yang akan jadi sasaran.
Jadi ia menggenggam jemari Kim tanpa ingin menjauhkannya, "aku selalu bersamamu setiap waktu. Aku menunggumu kembali."
Agaknya jawaban itu sedikit menyentuh hati sang master, karena setelahnya ia melepas cengkeraman tangan dengan sendirinya. Tetapi lalu Kim membawanya keluar dari kamar Namjoon dan menuju pada play room. Menghempaskan tubuhnya diatas ranjang beludru yang dingin.
Entah berapa lama Yoona tidak berada didalam ruangan serba merah tersebut. Ada perasaan aneh yang menjalari setiap persendian manakala hawa kelam menyambutnya saat ia menginjakkan kaki, memeluk setiap bagian dari tubuhnya hanya untuk menyadarkan Yoona bahwa disanalah seharusnya ia berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionKim Namjoon, pria tangguh yang dihormati semua rekan seperjuangannya atas jasanya menyelamatkan suatu tragedi, hanyalah orang yang berjuang untuk memperbaiki dirinya sendiri. "Dia mantan agen NIS yang kacau! Bisakah kau menjauhinya, Yoong?" Yoona me...