Yuhuu, soree guys!
OMP update yess, maaf yaa lama :(
Gimana kabar kalian? Puasanya lancar?
[mulmed : Shafira Nancy Kahraman]
°•° Happy Reading °•°
Setelah makan malam, mereka bertiga menonton televisi bersama. Kirana dan Sita duduk di sofa, sedangkan Daffa duduk di lantai dekat meja sambil memakan camilan.
Sita berniat menceritakan kejadian yang dia lalui di kantor tadi siang. Sebelum mengeluarkan suara, Kirana telah mendahuluinya. “Kak, tadi gimana interview nya?”
“Alhamdulillah lancar Bun, tapi...”
“Tapi apa, kak?” tanya Daffa yang kini penasaran dengan kelanjutannya.
Sita menghela napasnya agar tak terlalu gugup.
“Jadi gini, Bun, dek, sewaktu kakak mau pulang, kakak melihat arwah di kantor. Awalnya kakak cuek aja, tapi lama-lama kakak merespons arwah itu. Arwah itu minta tolong sama kakak buat bantu dia biar nggak gentayangan lagi. Terus—” belum selesai Sita menceritakan tapi sudah dipotong oleh Bundanya.
“Bunda nggak mau kamu terlibat sama arwah gentayangan itu. Kalau arwah itu mendatangi kamu lagi, kamu pura-pura saja nggak melihatnya. Pokoknya Bunda nggak izinin kamu buat bantuin arwah itu.”
Selesai mengucapkan itu, Kirana beranjak dari tempatnya dan pergi ke kamarnya. Dia juga menutup pintu kamarnya dengan kencang dan membuat kedua anaknya terheran-heran dengan tingkahnya.
“Bunda kenapa, Daff?” tanya Sita yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Daffa.
Ketika hendak menyusul Bundanya, Daffa menarik tangan kakaknya dan menyuruhnya untuk tetap duduk di tempatnya. “Mungkin Bunda butuh waktu sendiri kak. Nanti kalau udah lega, pasti Bunda bakalan cerita sama kita,” kata Daffa.
“Tapi Daffa, Bunda nggak pernah kayak gini sebelumnya. Kakak khawatir kalau Bunda kenapa-napa.”
“Kakakku sayang, kalau kakak khawatir sama Bunda, yang harus kakak lakukan yaitu memberi Bunda waktu. Kita hanya perlu menunggu sampai Bunda siap buat cerita. Oke?” bujuk Daffa.
“Fyuh, iya deh iya. Eh btw, kamu semakin kesini kok makin dewasa sih Daff, pemikiran kamu. Kakak aja kalah sama kamu.” Heran Sita.
“Siapa dulu dong? Daffa gituloh,” ujarnya dengan bergaya sok keren.
Menonyor kepala sang adik, “Dih, sok ganteng kamu.” Akibatnya Daffa sedikit terhuyung ke belakang. Dan terjadilah perang gelitikan diantara keduanya. Sita menggelitiki Daffa di bagian lehernya, sedangkan Daffa menggelitiki Sita di bagian samping perutnya. Mereka tertawa dengan keras karena merasa geli. Tak ada satu pun diantara mereka yang mau mengalah terlebih dahulu.
Pyar!
Suara itu membuat kegiatan Daffa dan Sita terhenti. Mereka saling pandang untuk sesaat. Kemudian, Daffa bangkit dari duduknya terlebih dahulu dan diikuti oleh Sita di belakangnya. Sita berpegangan pada kaos yang dipakai adiknya. Mereka berjalan mengendap-endap menuju dapur.
Tepat di depan kulkas, lampu dapur mati dan terdengar suara pecahan piring lagi.
Pyar! Hal itu membuat Sita refleks memeluk adiknya dari belakang. Daffa dapat merasakan ketakutan kakaknya lantas mengusap-usap tangan kakaknya, “Tenang kak, ada Daffa disini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Primadona
Terror[Sebelum dibaca, harap follow terlebih dahulu] Nama, tempat, dan penokohan dalam cerita ini hanyalah fiktif. Apabila ada kesamaan, mohon dimaafkan. Sekian dan terima kasih. ««« "A...Ayah," ucapnya terbata-bata. "Iya Nak, ini Ayah. Maafkan Ayah yang...