51.Awal kerusuhan

112K 11.9K 1K
                                    

Tembus 1 K SPAM COMENT lanjotttt😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tembus 1 K SPAM COMENT lanjotttt😚

**
Saat ini, Kenan sudah berdiri di depan sebuah mansion Mewah Keluarga Nixon, di sampingnya terdapat Devan yang tak pernah sedikit pun menghilangkannya binar bahagia di matanya.

Kedua lelaki berbeda generasi itu pun berjalan beriringan menuju ke dalam. Ketika memasuki ruang tamu, dapat Kenan lihat di sana terlihat sepi karena mungkin semua orang di mansion itu sudah tidur.

Ketika menaiki tangga, tiba-tiba keduanya tidak sengaja berpapasan dengan seorang wanita setengah baya yang sepertinya ingin mengambil air ke dapur. Hal itu dapat dilihat dari sebuah cangkir gelas kosong yang ada di tangan wanita itu.

“Eh, Mas Devan baru pulang?” tanya wanita itu kepada Devan.

“Iya,” jawab Devan dengan nada yang sedikit dingin. Ingat kan, kalian? Jika Thomas sekeluarga sangat tidak menyukai sanak-saudaranya itu. Jadi, tidak heran kalau Devan berbicara dingin seperti itu.

“Oh, dan ini siapa?” tanya wanita itu lagi seraya menatap Kenan dari atas sampai bawah seakan-akan menilai.

Kenan yang ditatap seperti itu sudah terbakar emosi. Bagaimana tidak? Seorang Kenan yang biasanya selalu ditatap kagum, kali ini ditatap dengan tatapan remeh seperti itu. Sungguh, harga diri Kenan merasa terinjak.

“Anak aku,” ucap Devan yang mampu membuat wanita setengah baya itu melotot tidak percaya.

“Bag–”

“Maaf, tapi sepertinya kami harus beristirahat terlebih dahulu, permisi,” ucap Devan memotong ucapan dari wanita itu. Kemudian, Devan menarik tangan Kenan membawanya pergi dari hadapan wanita itu.

Sedangkan wanita yang ditinggalkan oleh Devan dan Kenan itu langsung menggerutu kesal karena ucapannya dipotong oleh Devan.

“Cih! Apa-apaan itu! Baru memimpin Perusahaan Nixon selama beberapa saat saja sifatnya sudah sangat angkuh! Awas saja kau Devan, kujamin perusahaan itu tidak akan bertahan lama di tanganmu dan suamikulah yang akan menggantikan posisimu,” gumam wanita itu seraya menatap tajam punggung Devan dan Kenan yang sudah mulai menjauh.

Sedangkan di sisi lain, saat ini Devan dan Kenan sudah memasuki kamar Devan. Yah, rencananya ayah dan anak itu malam ini akan tidur seranjang.

Awalnya, ide itu langsung ditolak oleh Kenan karena cowok remaja itu beralasan ia geli jika harus tidur dengan lelaki. Bahkan, untuk tidur seranjang dengan saudaranya pun ia sering terlihat enggan, kecuali saat mereka masih kecil.

Mendengar penolakan dari Kenan tak mampu membuat Devan putus asa, lelaki dewasa itu terus saja membujuk Kenan agar cowok remaja itu mau tidur satu ranjang dengannya. Karena jujur saja Devan sangat ingin merasakan tidur bersama dengan anaknya.

Kenan yang sudah lelah dengan bujukkan dari Devan pun akhirnya menyetujuinya dengan syarat Devan harus mempertemukannya dengan teman Devan yang juga merupakan YouTubers dari kelas senior. Devan yang mendengar syarat dari Kenan pun langsung menyetujuinya karena baginya itu sangatlah mudah ia lakukan.
Kembali lagi ke Kenan, saat ini cowok remaja itu terus saja menggerutu mengenai wanita yang baru saja mereka temui tadi.

“Ish, apa-apaan itu? Rasanya aku ingin sekali mencongkel mata yang berani menatap rendahku itu! Awas saja kau Nenek Lampir, wajahmu sudah kumasukkan ke dalam lis untuk korban dalam kontenku,” gerutu Kenan. Sedangkan Devan, lelaki itu hanya tersenyum melihat tingkah Kenan.

Entahlah, dengan adanya Kenan di kamarnya ini, membuat kamar Devan terasa lebih hangat, tidak seperti biasanya dan Devan sangat menyukai itu. Ingin rasanya Devan menghentikan waktu agar waktu saat ini tidak berjalan dengan cepat.

Setelah lelah terus-menerus menggerutu, Kenan langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur king size milik Devan.

“Kenan, sebelum tidur ayo cuci muka dan kaki terlebih dahulu,” ucap Devan seraya melepaskan bajunya dan menggantinya dengan baju tidur.

“Ah Babu, tolong biarkan aku tidur sebentar, otak dan tubuhku butuh istirahat sejenak,” ucap Kenan dengan mata yang masih tertutup.

“Kenan, please don’t call me Babu, tapi panggil Papa,” ucap Devan.

“Iya-iya,” ucap Kenan yang tidak terlalu merespons ucapan dari Devan karena matanya saat ini sudah sangat berat.

Setelah mengatakan itu tidak lagi terdengar suara. Devan yang heran karena tidak mendengar apa pun dari Kenan, langsung menolehkan pandangannya dan terlihatlah Kenan yang sudah tertidur dengan sangat pulas.

Diam-diam Devan tersenyum melihat Kenan, kemudian Devan berjalan menghampiri Kenan dan mengelus kepala Kenan dengan lembut.

“Semoga kamu dan saudara-saudaramu kelak menjadi lelaki yang setia dan bertanggung jawab, tidak seperti Papa yang hanya bisa menyakiti wanita yang kucintai,” gumam Devan masih dengan mengelus kepala Kenan.

Setelah mengatakan itu, Devan ikut berbaring di sebelah Kenan dan ikut tenggelam di alam mimpinya.

***

Di Mansion Kaisar, saat ini tengah terjadi keheningan karena hampir semua anggota keluarga itu masih tertidur di sofa.

Yah, setelah kepergian Devan dan Kenan, mereka tidak langsung kembali ke kamar masing-masing, tetapi malah tidur di sofa dengan Arjune yang masih tidur dengan berbantalkan paha Cesya dan Cesya yang tidur dengan punggung yang bersandar dengan sofa di belakangnya, yang artinya Cesya dan Arjune tidur di atas karpet berbulu di mansionnya itu.

Di sofa panjang belakang Cesya, ada Kenzo yang tertidur dengan tengkurap. Sedangkan di sofa depan Cesya dan Arjune, ada Karel dan Keano yang masing-masing tidur di sofa single dengan punggung yang disandarkan dan kepala menghadap ke atas.

Terakhir di samping Cesya dan Arjune, ada Kairan yang ikut tertidur di atas karpet berbulu dengan posisi tidur yang tengkurap.

***

Tidak ada anggota keluarga itu yang mau bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Para maid dan bodyguard di sana pun tidak ada yang berani membangunkan tuan-tuan dan nyonyanya itu karena sebagian dari mereka tahu bagaimana tuan-tuan dan nyonyanya itu harus bangun di jam dini hari.

Tetapi tidak dengan seorang gadis yang kini sudah berdiri di hadapan keenam orang itu seraya melipat tangannya di dada dan menatap mereka semua dengan pandangan yang sulit diartikan.

Beberapa detik kemudian, muncul senyuman manis yang sayangnya terlihat mengerikan bagi para maid dan bodyguard di sana.

Gadis itu pergi meninggalkan ruangan keluarga dan menuju suatu tempat lalu beberapa saat kemudian, dia kembali lagi dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

Ngiiing!

Tiba-tiba saja mansion itu menjadi bising karena suara alarm peringatan keadaan darurat yang dihidupkan, disusul dengan suara teriakannya.

“Aghhh, kebakaran tolong!”

Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang