3. Pasar Malam

21 4 0
                                    

|My bro my suffering:
|18.30
ChaRa, hari ini gue gak pulang jadi Lo di rumah sendiri. Kunci kamar, kunci rumah, bangun pagi bikin sarapan sendiri.u

I believe you can, my little sist😘

18.35|
Lu tega banget sumpah bang🙃
Mana cuma ngasih duit 50k.
Lo pikir cukup haaa?!?!🤬

Pesanku centang satu. Aku yakin di sana sedang tidak ada sinyal. Biasanya jika kak Eun Woo pulang malam Haechan lah yang bertugas menemaniku. Seharusnya sekarang juga begitu. Tapi, tadi Haechan sedang marah. Kalau ditilik dari ego nya sudah pasti anak itu sedang tidak peduli dan tidak akan mau bertemu denganku.

Aku memutuskan menelepon Jess. Teman 'paling baik' ku itu bersedia datang asal aku menceritakan soal bagaimana aku bisa berteman dengan Jaemin. Dasar Jess tukang kepo, tukang gosip, berisik. Tapi cuma Jess orang yang benar benar bisa kuanggap sebagai teman. Meski lebih banyak mengesalkan daripada menyenangkannya.

"Mau gue bawain jajan?"

Oke aku tarik pemikiran tadi. Jess adalah teman yang menyenangkan dan baik hati.

"Seblak, roti bakar, sama keripik kentang."

"Cod apa transfer?"

"Ha?"

"Ongkirnya sama kaya jnt aja 14 rebu."

"What the f*ck Jess, gue pikir Lo udah lancar BAB mau beliin gue jajan."

Dari seberang telepon Jess tertawa keras, sampai tersedak, syukur:).

"Serius amat hidup Lo Ra. Yaudah gue tutup. 30 menit lagi ngontel ke rumah Lo."

Kalau kalian pikir Jess bercanda kalian salah. Dulu anak itu pernah membelikan permen karet seharga 2000 dan memasukkan namaku dalam buku utang dengan nominal 5000. Hebat sekali aku bisa berteman dengan anak se freak Jess.

Aku pergi ke dapur membuat jus apel kesukaan Jess dan merebus telur yang tadi kubeli di ind*maret. Tadi setelah Jaemin pergi Jess yang tiba tiba penepuk pundakku benar benar membuatku kaget. Untung aku tidak berteriak sehingga Jaemin tidak menyadari keberadaanku. Kan malu sekali semisal anak itu melihatku bersembunyi.

Ting Tong... Tok tok tok

Eh... Jess sudah datang?

Tidak mungkin! Ini baru 10 menit sejak teleponnya berakhir.

Siapa? Apa Haechan?

Baiklah mungkin sekarang aku baru tau kebiasaan melihat hal yang seram dan psyco itu tidak baik untuk kehidupan. Tanganku tremor memegang gagang pintu.

Orang di balik pintu mengetuk lagi tiga kali. Heyy kenapa tidak bersuara sih! Jelas bukan Haechan jika begitu. Bukan juga Jess yang akan langsung masuk dan berteriak 'tuan putri sudah tiba'.

Kak Eun Woo juga tidak mungkin. WhatsApp ku saja belum dibalas lo. Kuputuskan mengunci pintu daripada membukanya. Aku tidak mau bersuara karena jelas suaraku akan terdengar kalau aku sedang ketakutan.

Tubuhku terlonjak ketika gadget yang ada di saku Hoodie bergetar. Ada telepon.

Sebuah nama yang terpampang di layar membuatku mengucek mata berkali kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan dan GerimisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang