Beep
Beep
BeepSuara alarm yang berisik membangunkanku dan Belle dengan cepat. Aku bergerak melepaskan pelukannya dan mematikan alarm. Aku melakukan perenggangan kecil dan melihat Bella menatapku dengan jejak tangis di matanya.
"Aku pergi mandi duluan kau bisa menyiapkan pakaianmu dulu," ucapku menepuk kepalanya dengan lembut lalu pergi ke kamar mandi. Ini akan menjadi rutinitas normalku. Berbagi satu kamar mandi dengan dua orang.
Aku menyelesaikan mandiku dan pergi ke kamarku untuk bersiap-siap, aku melihat Belle sudah tidak ada di kamarku sepertinya dia sudah kembali ke kamarnya. Aku membuka lemari ku dan mengambil spaghetti crop top ku memakai nya dan memadukan nya dengan sweater rajut biru dan jeans biru yang tidak ketat, perpaduan ini jarang aku pakai di Phoenix.
Aku menatap diriku di cermin dan memutuskan untuk memakai sebuah syal hitam pemberian ibuku.
Buku-buku yang semalam aku sudah siapkan terlihat agak berantakan beberapa bagiannya terlipat meninggalkan bekas yang mengurangi tingkat kerapihan nya, tapi aku tidak ambil pusing. Ini akan baik-baik saja, selama guruku bukanlah seorang perfeksionis.
Setelah memakai sepatuku aku turun ke bawah untuk membuat sarapan, aku memutuskan membuat sandwich itu yang aku bisa buat dari bahan-bahan ini. Roti selada, ham, dan tomat.
Kami sudah berbicara dengan ayah soal uang belanja, pembersihan rumah dan mungkin memperhitungkan tanggung jawab untuk membayar pajak tadi malam. Dia dengan agak ragu-ragu menyetujui nya, fakta bahwa kami sangat mengerti mengenai pajak dan hal-hal rumah tangga membuat nya terkejut, beruntung karena Belle bisa mengalihkan pertanyaan yang akan di tanyakan ayah dengan hal lain, ayah menyetujui beberapa hal terkecuali bagian pajak itupun sebagian besar Bella yang memanipulasi ayah.
Aku menaruh piring-piring berisi sandwich itu di meja makan, ayah turun dengan lambat di tangga aku menyapanya dengan ringan.
"Hei dad."
"Hei nak."
Balasnya, tatapannya masih terlihat tak percaya bahwa aku ada di sini. Jelas-jelas aku selalu ingin liburan ke sini tapi kakiku dan ibuku sedikit mengkhawatirkan.
Ayah duduk dan mulai memakan sarapannya dia selesai tepat saat Bella turun, dia memberikan kami uang jajan dan pergi setelah meminta maaf karena tidak bisa lebih lama di sini. Kami sudah berulangkali mengatakan bahwa kami tidak keberatan dan dia juga berulangkali meminta maaf.
"Belle bisakah aku yang mengendarainya? Ayolah," ucapku hampir mengemis. Dia menatapku dengan tatapan berpikir sebelum menggeleng kan kepalanya.
"Tidak sis, kamu hanya perlu duduk santai di kursi pengemudi aku yang akan menjadi supirmu. Aku akan memikirkan nya besok untuk kamu mengemudikannya,"
"Baiklah, kau sudah janji. Jangan terlalu sering mengulang penggunaan kalimat 'aku akan memikirkan nya besok' besok, besok dan besok. Tidak bisakah kau membuat sesuatu yang lebih baik?" Ejekku sambil tetap menatap ke depan dengan pipi menggembung. Dia baru saja akan membantah sebelum aku memotongnya.
"Sudahlah diam, sekarang pikirkanlah orang-orang yang akan menatap kita seperti mainan baru yang mengkilap. Itu akan mengerikan. Aku harus menggunakan earphoneku." ujarku sambil menghela nafas berat.
"Apa hubungannya dengan earphonemu?" Wajahnya berkerut bingung, dia harus belajar lebih banyak cara menghindari percakapan canggung.
"Oh Belle, earphone milikku adalah hal yang berguna. Aku mencintai bahwa aku tidak ingin berbicara dengan orang-orang, mereka akan melihatnya di telinga ku dan mengetahui i don't wanna talk, leave me alone. Itu hal yang baik,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐋𝐃 𝐑𝐎𝐒𝐄 - CARLISLE CULLEN
Fanficૢ་༘࿐Apa yang terjadi jika seorang wanita muda berhasil melarikan diri ke realita twilight? Menjadi kakak angkat Isabella Marie Swan dan berhasil merusak struktur peran anggota keluarga Cullen karena fakta bahwa dia adalah pasangan Carlisle. Or In wh...