Mengetuk pintu kayu dihadapannya, gadis berambut cerah itu menghela nafas. Perasaannya sudah bercampur aduk semenjak dua pekan terakhir. Dan sampai saat ini, hanya dirinya sendiri yang mengetahui kegelisahan hatinya.
"Oh? Luna? Masuk! Kau pasti ingin mengantarkan obat pesanku, kan?" William mengintip dari jendela rumahnya yang terbuka.
Menurut, gadis itu melangkah memasuki rumahnya. Memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di bangunan kayu itu. Rumah William memang seramai biasanya.
"Waahhh... Aku benar-benar terselamatkan. Hampir seminggu ini badanku pegal-pegal semua..." William langsung menghampirinya. Meraih kantong yang terbuat dari daun kering yang Luna bawa.
"Dosisnya benar-benar rumit. Boleh aku jelaskan dengan rinci?" Gadis itu tersenyum.
Pandangan William yang sebelumnya cerah berubah menjadi lebih serius. Di telinganya, ia bisa mendengar dengan jelas maksud kalimat yang ingin gadis itu katakan padanya. 'Ada hal pribadi yang ingin ku sampaikan'. Begitulah yang dia dengar.
William kembali tersenyum. "Tentu! Masuk saja ke ruangan ku. Disini terlalu berisik."
Luna menurutinya. Melangkah memasuki ruangan yang berada di sisi timur rumah William. Ruangan itu adalah ruang kerjanya. Berisi data-data desa beserta catatan penting penduduk.
Gadis itu harus menunggu terlebih dahulu sampai William meluangkan waktunya dan cukup untuk mendengarkan penjelasannya.
Suara pintu tertutup terdengar beberapa saat kemudian. Ia bisa melihat William datang dengan dua cangkir minuman hangat di tangannya. Meletakkan salah satunya di hadapan Luna.
"Tentang pemulangan Arthur... Kau melakukannya mendadak, bukan?" William bertanya sambil mendudukkan tubuhnya di hadapan gadis itu.
"Eung. Karena saat itu... Aku melihat seseorang yang terus memandanginya dari luar toko. Jadi lebih baik kalau melepaskannya saat itu. Orang itu... Kelihatannya juga bukan tipe yang mudah menyerah. Aku takut dia justru mengikuti kami saat pulang ke desa." Luna meraih cangkir kayu di hadapannya. Menyeruput sedikit minuman itu.
"Kau yakin dia mengenal Arthur? Bagaimana kalau ternyata dia salah orang? Arthur bisa mendapatkan masalah, kan?"
Meletakkan cangkir di tangannya, Luna menghela nafas panjang. "Arthur terlihat senang saat bertemu mereka. Orang-orang itu juga sudah mencari Arthur beberapa bulan. Jadi ya sudahlah aku biarkan mereka pergi setelah menghipnotis mereka."
"Aahh... Kau menggunakan air sari akar pohon raksasa?"
"Eung. Setelah itu menghasutnya untuk melupakan desa." Gadis itu memegang erat-erat tali tas selempang yang ia bawa.
"Ahaha! Keadaannya sekarang pasti orang bodoh." Pria itu meneguk teh hangat yang dibawanya. Lalu menghela nafas lega.
Tindakan Luna selama ini memang tak pernah mengecewakan dirinya maupun pasukan. Itulah kenapa William memasrahkan banyak hal pada gadis itu. Memberinya prioritas diatas dirinya sendiri.
"Lalu? Kau ingin membicarakan tentang apa? Katakanlah! Sekarang kita benar-benar sendiri disini." Pria itu tak dapat melepaskan senyumannya saat berhadapan dengan Luna. Rasa bangganya bercampur dengan kasih sayang setelah merawatnya hingga sebesar itu.
Diantara kesatria putih yang lain, Lunalah yang membuatnya begitu bahagia walau hanya dengan melihatnya.
"Kalau kesatria putih melakukan pelanggaran... Apa hukuman untuknya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Empress | CIX
FanfictionCover image : @all_need_is (twt) Ada satu suku di negeri Ecestarias dimana tak ada satu orangpun yang buruk rupa di antara mereka. Terkenal dengan kulit putih pucat kemerahan dan juga rambut pirangnya. Semakin terang warna rambut dan semakin cerah k...