01 : BERMAIN KASAR

8.9K 420 69
                                    

SEBELUMNYA, SAYA UCAPKAN SELAMAT DATANG UNTUK PARA PEMBACA ❕

SELAMAT BERIMAJINASI DALAM CERITA INI.

SELAMAT BERIMAJINASI DALAM CERITA INI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di sebuah lorong rumah sakit, banyak pasang mata memusatkan perhatiannya pada dua orang remaja gang berjalan cepat. Seorang remaja laki-laki menyeret paksa tangan seorang gadis yang mengikuti langkahnya dengan langkah cepat.

"Sakit Zra…"

Namun sepertinya cowok itu menghiraukan segala ringisan gadis di belakang. Ia tetap menyeret sampai tiba di samping mobil hitam yang terparkir. Tangan gadis itu di lepas dengan cara di sentak. Kemudian ia mencengkeram dagu kecil itu dengan tangannya yang besar.

"Maksud lo apaan, hah? Gue telfonin nggak di angkat, ternyata malah berduaan sama cowok lain di rumah sakit. Bagus lo, kayak gitu!?"

Suara keras milik Ezra membuat gadis di hadapannya terkejut. Pelupuk matanya sudah tergenangi oleh air, yang sebentar lagi akan meleleh.

"JAWAB!"

Beruntung saat ini kondisi parkiran tergolong sepi. Tidak banyak orang yang berada di sini. Ezra terus menajamkan matanya. Sementara gadis itu perlahan mulai menangis.

"Sakit…" Ezra melepaskan cengkeramannya di dagu gadis itu dengan kasar. Lalu ia berkecak pinggang.

"Aku tadi keserempet motor." Gadis itu berkata tanpa menatap wajah garang kekasihnya. Kaki kanannya masih terasa nyeri, akibat kecelakaan tadi.

"Alesan! Bilang aja lo pengen berduaan sama cowok tadi, kan!?"

Gadis tadi mendongak menatap wajah marah Ezra, lalu menggeleng. "Enggak, Ezra. Beneran. Dia cuma nolongin aja, nggak lebih."

Membuang nafas marah, Ezra menyuruh gadisnya memasuki mobil. Setelah pintu di tutup, keheningan mulai menyelimuti mereka. Sampai pada akhirnya suara deringan ponsel membuyarkan keterdiaman kedua pasangan tersebut di tengah perjalanan. Cowok itu memasang airpods di telinga kanannya.

"Ya. Ntar gue nyusul. Hm." Kurang lebih begitulah kata-kata yang Ezra keluarkan saat sedang mengobrol barusan.

Sesampainya di depan gerbang yang besar juga tinggi, Ezra menghentikan mobilnya. Lalu menoleh ke kursi samping, di mana gadis dengan mata sembab sedang membuka seatbelt nya. "Lo masuk rumah sekarang. Jangan keluar. Kalo sampe gue liat lo keluar, abis lo, sama gue. Ngerti?"

Gadis itu hanya mengangguk pasrah. Ia membuka pintu mobil lalu menutupnya dengan hati-hati. Jika tidak, cowok itu akan marah, lagi. Seperti beberapa minggu lalu, saat ia tidak sengaja menutup pintu mobil Ezra dengan keras. Cowok itu memarahinya habis-habisan. Entahlah, mungkin memang sedang sensi.

Tanpa membuka kaca ataupun berpamitan, mobil Ezra kini langsung melesat dengan cepat.

Gadis itu kini berjalan dengan kaki sedikit pincang. Seorang satpam yang membuka pintu pun khawatir, tapi ia menjawab bahwa dirinya baik-baik saja.

Baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah, suara teriakan terdengar begitu jelas, memasuki telinga.

"SERENA!"

Itu suara milik Papahnya, yang berjalan tergesa-gesa menghampiri Serena. Matanya melotot lebar, saat mengetahui Serena baru saja pulang. "Kamu dari mana aja? Papah tadi telfonin kamu, enggak di angkat. Tadi papah tanya ke Ezra, katanya dia juga engga tau."

Pandangan Serena mulai terangkat. Ternyata dugaannya salah. Ia pikir Papahnya akan memarahinya habis-habisan saat dirinya pulang terlambat.

Belum sempat menjawab, Papahnya kini malah berjongkok dan memegang lutut Serena yang ter-perban. "Kamu habis jatuh? Mau cerita sama papah?"

Ardi; Papahnya, langsung membantu Serena berjalan sampai pada akhirnya mendudukkan putrinya di sofa. Serena merasa tersentuh saat melihat sikap Papahnya. Ardi sangat menyayanginya, dan Papahnya itu juga sangat mempercayai Ezra, bahwa lelaki itu bisa menjaga putrinya dengan baik.

"Kenapa bisa babak belur gitu kakinya, hm? Cerita sama papah, ya?" bujuk Ardi.

"Cuma keserempet motor aja, tadi. Tapi udah di obatin, kok."

"Terus, tanganmu bisa ruam gini, kenapa?" tanya Ardi sedikit menekan tangan Serena.

"Ashh … sakit."

"Itu kena gelang, Pah," lanjut Serena.

"Emang kamu nggak pulang sama Ezra? Kok bisa keserempet?"

Serena membuang nafas perlahan lalu tersenyum.

"Sama Ezra kok. Oh ya, Pah. Serena mau ke kamar dulu ya. Mau istirahat juga, hehe," ucap Serena yang tak sepenuhnya bohong. Ia memang lelah dengan hari ini dan butuh istirahat, selain untuk menghindari runtutan pertanyaan dari Papahnya itu.

Ardi memasang tampang khawatir, namun tak urung ia mengangguk. "Ya udah, kamu istirahat ya. Kalau perlu apa-apa panggil papah aja. Soalnya bibi udah pulang."

Serena tersenyum senang, kemudian berdiri, dan hormat kepada Papahnya. "Siap, komandan!"

Papahnya terkekeh. "Kamu ada-ada aja. Mau di bantuin ke atas ngga?"

"Enggak usah, makasih papah. Love you, my hero." Sebelum pergi, Serena menyempatkan diri untuk mencium kedua pipinya Papahnya.

"Love you too, my princess."

***

DEMI APA GUE KESEL BANGET SAMA EZRA!!! SANGAT DI PERSILAKAN UNTUK KALIAN MENYUMPAH SERAPAHI SAUDARA EZRA DI SINI❕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEMI APA GUE KESEL BANGET SAMA EZRA!!! SANGAT DI PERSILAKAN UNTUK KALIAN MENYUMPAH SERAPAHI SAUDARA EZRA DI SINI❕

GIMANA NIH❔ MASIH MAU NEXT NGGAK❔ VOTMEN BANYAK-BANYAK UNTUK MELANJUTKAN.

JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW natzyaa AGAR TIDAK TERTINGGAL INFO UPDATE ‼️

TERIMA KASIH SUDAH MENYEMPATKAN UNTUK BACA CERITA INI ❕

TOXICUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang