[3]

300 78 16
                                    

riki dengan langkah kaki enteng menuju tempat dimana kendaraan roda duanya terparkir rapih

berniat segera beristirahat dan bergegas ke rumah, namun

"emm halo"

riki tersentak, bukan. ini bukan jumpscare di film film horror

"eh? k-kak narya?"

ini jumpscare versi romantis! seperti di film romantis!

raut wajah sanarya berubah "kamu.... tau namaku?"

riki mencaci maki dirinya dalam hati, kenapa reflek sekali menyebut nama begitu.

"a-anu itu... sering dengar, kak"

anggukan kecil diberikan oleh sanarya "kamu yang tinggal di sebelah rumahku, kan?"

riki mengangguk cepat "iya kak, betul"

senyuman manis diberikan oleh si lawan bicara "aku boleh... pulang bareng kamu??"

"hah?" riki dengan volume keras yang tiba tiba itu membuat sang lawan bicara ikut tersentak

ini terlalu tiba tiba! riki tidak siap.

"eh? kenapa? enggak boleh, ya?"

riki menggeleng cepat "b-boleh kak, tapi naik sepeda nggak apa apa?

"engga apa apa kok" gelengan pelan diberikan oleh yang lebih tua "ah iya, aku belum tau nama kamu"

"riki"

"oke riki! bisa pulang sekarang?"

"i-iya kak sekarang"

jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, kendaraan roda dua yang disebut sepeda itu kini juga ditempati oleh sang pujaan hati, persis seperti film romantis.

tapi akan lebih romantis jika tangan mungil milik sang pujaan hati itu terlingkar di—

matanya terbuka lebar, ia tersentak.

ia pikir mungkin dirinya sedang berada di alam mimpi, tangan mungil itu benar benar terlingkar sempurna di pinggangnya.




























(𝗦𝗔𝗡𝗔𝗥𝗬𝗔)






























"terimakasih riki! eum... enggak mau mampir dulu?"

gelengan diberikan oleh riki "eng-engga usah kak, mau langsung istirahat"

sanarya tersenyum manis hingga matanya menyipit "ahh yaudah" sedetik kemudian senyuman manis itu pudar "eh kamu keringatan banget, capek ya bonceng kakak? kakak berat ya?" bibir kecilnya mengerucut lucu dengan kepala yang sedikit menunduk

sang lawan bicara menggeleng cepat, ah dia lemah kalau begini, alasan keringat ini sebenarnya karena ia gugup dan jantungnya yang berdegup kencang. bisa meledak jantung riki kalau dekat kak narya terus, batinnya

"engga kak, g-gak berat kok,, kalo gitu saya duluan ya kak" dengan cepat, si lebih muda pamit dan menuntun sepedanya ke arah rumah yang tepat berada di samping rumah sanarya, lebih tepatnya tempat tinggalnya

melihat sang adik tersenyum sendiri bak orang gila sejak pulang sekolah tadi, si sulung mengerutkan alisnya bingung "heh kamu kenapa sih? gila ya?"

"hah? aku kenapa?"

harry memutar bolamatanya malas "kamu senyum sendiri kayak orang gila"

"riki jatuh, kak" sang adik melanjutkan acara tersenyum 'gila' nya

raut wajah si sulung berubah menjadi panik "hah?! jatuh dimana?! kenapa?! mana yang sakit?! duh riki nanti kakak kena omel mama kalau kamu luka sedikit"

masih dengan senyuman aneh, riki meletakkan tangan kanannya di dada "jatuh cinta kak, jantung riki mau meledak"

harry mendengus kesal, mendorong bahu riki "pergi aja gih dek, sebelum kakak lempar pakai sendal."




























Harry Hildandar ; 황현진

Harry Hildandar ; 황현진

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















***




vote comment nya jangan lupa!





Sanarya - SunkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang