Sekarang kami sedang berada di ruang keluarga seraya berbincang setelah selesai makan malam yang di awali dengan pertengkaranku dengan Gavin-perihal memilih menu makan malam-yang berakhir Juan yang memesan juga membayarkan makanannya-memalukan.
"Jadi. Kau dan Juan itu pernah tinggal di Jakarta ya? Pantas saja kalian fasih berbahasa Indonesia." Ujarku seraya meminum teh.
"Well...saat aku kecil. dad mengajak kami-mom, dad, aku dan Juan-tinggal sementara di Jakarta kerena urusan bisnis. hingga saat Kakak ku yang kaku ini lulus sekolah menengah atas. barulah kami kembali ke LA. That's why... aku mengenal si pendek dan mau tidak mau aku menjadi temannya karena yeah... mom and dad mengenalkannya pada kami."ujar Julie terkekeh geli pada Gavin yang di balas dengan delikan tajam-ahhh...alih-alih seram pria itu terlihat imut.
"begitu rupanya. ku kira kalian kursus bahasa Indonesia saat kalian akan datang kemari."
"Sebenarnya. kami memang memiliki darah Indonesia." Ujar Juan.
"My grandfather. Bali." Tambah Julie dan seketika senyumnya mengembang.
"benarkah? Pantas wajah kalian tidak seperti kebanyakan orang-orang di LA. aku juga baru menyadari jika wajah kalian seperti orang Asia."
"Dasar bodoh." Perkataan Gavin yang tiba-tiba saja mengalun di telingaku.
Kesal dengan ucapan seenaknya itu. lantas ku layangkan tepukan sayang ku padanya.
Plak
"Kau bisa diam tidak?! Tidak usah banyak berkomentar!" Ucapku diiringi dengan delikan tajamku padanya.
"Aku hanya mengatakan fakta." Balasnya seraya mengusap bibirnya yang tadi sempat ku tepuk sayang.
"Kau?!-" Perkataan ku tertahan.
"Apa? Apa?" Gavin mulai menunjukkan wajah menyebalkannya.
"Sudahlah vin. Judith. kau tau tidak? jika dia. sudah bertemu denganmu. sifat pendiamnya akan hilang iya kan Julie?" Juan terkekeh pelan seraya menunjuk Gavin dengan dagunya.
Wahhh...pria ini seperti malaikat!
Seketika tawa Julie pecah."kau benar!"
"Cih. Pendiam apanya?! Dia ini tidak bisa sekali saja tidak mengomel padaku!"
"Karna kau begitu bodoh dan berisik."
"Mana ada! Aku tidak bodoh dan berisik!"
"Perempuan mana yang tidak tau caranya memasak? Dan siapa yang hampir setiap jam berteriak memanggil namaku?"
"Kakek tua mana yang meminjam barangku lalu menaruhnya di sembarang tempat. hingga saat barang itu hilang membuatku berteriak-teriak? huh?" Ujarku seraya melipat kedua tanganku di depan dada.
Saat Gavin akan membalas perkataanku. Julie segera melerai-lebih tepatnya membelaku.
"Sudahlah pendek! kau akan kalah melawan gadis yang sedang datang bulan. Percayalah. Jika kau terus melawannya kepalamu akan dipenggal." Julie terkekeh.
Mendengar apa yang di lontarkan Julie aku pun menatap Gavin dengan angkuhnya karena mendapat pembelaan. Sedangkan Gavin hanya bergidik ngeri dan menggeser posisinya sedikit menjauh dariku.
"Uwahh...beruangku berubah menjadi psikopat. Menyeramkan!"
"Astaga pria ini."
Aku akan memukulnya tapi dia lebih dulu beranjak dan pergi ke kamar bawah yang berada tak jauh dari tempat kami duduk- diiringi dengan tawa kedua Kakak beradik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
T R I S T I S || DALAM TAHAP REVISI ||
RomanceWarning !! Ada beberapa chapter yang tidak berurutan. Akan di revisi setelah selesai. Semoga kalian suka and happy reading y'all (^-^)/ . . Aku hanya ingin hidup seperti apa yang aku inginkan, seperti apa yang aku impikan, seperti apa yang selalu ak...