21|-pesanan bunda

19 3 0
                                    

Entah kenapa rasanya hari ini semuanya terasa melelahkan! Badannya pun terasa sangat lemas dan, sedikit pusing. Mungkin efek hujan-hujanan kemarin.

Kosong.

Begitulah keadaan kelasnya sekarang. Ah! Karena tidak memperhatikan sekitar Gracia tidak pokus, sampai-sampai tidak menyadari jika teman sekelasnya sudah pada pulang.

Tidak ingin berlama-lama di kelas yang sudah sepi, akhirnya Gracia mengemas alat tulisnya dan segera beranjak dari tempat duduknya.

Sepertinya Gracia harus segera pulang.

Eh! Saat Gracia berada di luar kelasnya dia terkejut karena mendapati Albern yang sedang bersandar pada dinding dengan tangan di lipat di atas perut.

Sedang menunggu siapa cowok ini? Bukankah keadaan kelas sudah sepi, dan. Hanya ada dirinya.

Tidak mungkin Albern menunggu nya, bukankah kemarin-kemarin mereka bersikap seolah tidak saling mengenal?

Ah, sudahlah lebih baik Gracia segera pergi.

"Tunggu."

Gracia menghentikan langkahnya. Dia sedikit terkejut karena ternyata Albern sedang menunggunya.

"A-apa?" tanya Gracia.

"Hari ini lo ga ada jadwal?"

"Jadwal apa?" tanya Gracia bingung.

"Jalan sama cowok?"

"Hah? Maksudnya?" Gracia sedikit tak paham dengan ucapan Albern.

"Ck! Hari ini lo ikut gue."

"Kemana?"

Tanpa banyak kata lagi Albern mendahului Gracia dan mau tak mau akhirnya gadis itu harus mengikuti langkah Albern.

Sesampainya di parkiran Albern langsung menyuruh Gracia menaiki motornya.

"Albern sebenarnya kita mau kemana?" Gracia sedikit berteriak agar Albern bisa mendengar suaranya yang terbawa angin.

"Rumah gue."

"N-ngapain?" Gracia merasa sifat Albern berbeda dari biasanya. Kenapa?

"Nanti juga lo tau," ujar Albern sedikit ketus. Sial! Ada apa dengan dirinya?

Tanpa mau bertanya lagi Gracia memilih diam.

Setelah mencapai tujuan Albern segera menghentikan motornya.

"Bunda mau ketemu sama lo." Baru juga Gracia turun dari motor Albern sudah berucap.

"Ayo masuk." tanpa menoleh ke arah Gracia, Albern sudah lebih dulu berjalan masuk.

Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Seperti ada yang aneh dengan tingkahnya.

"Loh, Al titipan bunda mana?" tanya Gina--bundanya Albern.

"Itu di belakang."

"Yaampun anak ini!" Gina ngenghela nafas karena sifat Albern."Sini Gracia masuk." Melewati, Albern. Gina segera menghampiri Gracia yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Titipan ko anak orang." Albern tak habis pikir dengan bundanya yang meminta Albern agar membawa Gracia ke rumah. Kalo di pikir, bunda baru sekali bertemu dengan, Gracia tapi sudah sedekat itu. Aneh!

"Tante apa kabar?" tanya nya, basa-basi. Gracia merasa canggung sendiri berada di rumah ini.

"Tante baik. Bagaimana kabar kamu?"

"Aku juga baik."

"Tante yang suruh Al buat ajak kamu kesini, soalnya Tante lagi bosen sendirian di rumah sekalian kamu di sini Tante mau ajak kamu masak buat makan nanti malam mau kan?"

Mana mungkin Gracia menolak tawaran impiannya ini! Sedari dulu dia ingin sekali bisa merasakan sosok ibu yang mengajarkannya banyak hal.

"Iya aku mau," ujar Gracia bersemangat.

Senyum di bibir manis wanita paruh baya itu merekah.

****

"Tante ga nyangka, ternyata selain cantik kamu pinter masak juga yah. Pasti orang tua kamu selalu ngajarin masak."

Gracia hanya tersenyum miris saat mendengar pujian dari bundanya Albern.

"Satu lagi." Gina membawa piring terakhir dari dapur dan meletakan nya di atas meja makan." Selesai."

Sekarang sudah banyak jenis hidangan di atas meja itu, jujur saja Gina merasa cocok dengan Gracia yang sangat telaten ketika di dapur.

"Tante masih ga nyangka loh, kamu pinter banget masaknya," puji Gina lagi.

"Gracia masih jauh dari Tante yang benar-benar ahli memasak."

Mengingat pujian bundanya Albern, Gracia sempat berpikir, bagaimana bisa Gracia makan bila tidak masak sendiri? Kalaupun ada banyak pembantu di rumahnya tetap saja di sana dia juga di perlakukan sama seperti itu, bahkan mungkin lebih rendah dari para pembantu yang ada aldi sana.

"Nah, baru juga mau di panggil udah nongol duluan." Gina berucap kepada Albern yang sedang berjalan ke arahnya.

Sejenak, Gracia melihat ke arah Albern. Namun, tak lama gadis itu memalingkan wajahnya.

"Ayo makan! Grace ayo duduk kita makan bareng. Al kamu ngapain berdiri terus ayo duduk! Kapan lagi makan bareng gini biasanya kamu jarang pulang ke rumah.

Albern hanya mengangguk dan duduk di sebelah Gracia.

Eh! Ngapain di sebelah Gracia?!

Hening, semuanya sibuk dengan makanan masing-masing. Namun tak lama Gina berucap.

"Grac kamu tau ga Al pernah bilang, masakan kamu sama rasanya kaya masakan bunda, sama-sama enak. Bahkan katanya masakan kamu jauh lebih enak."

Uhuk uhuk.

BUNDA JANGAN BUKA KARTU!

ingin rasanya Albern mengumpat!

__Game of destiny__

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang