Saehee berkacak pinggang. Itu kotak terakhir yang ia pindahkan dan sekarang ia harus mengaturnya dengan baik. Sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan. Ia melihat kearah Kimchi yang sudah terlelap di salah satu kotak kardus yang tersusun rapi di ruangan itu. Pindahan memang bukan hal yang mudah, bahkan kucing pun dengan cepat kelelahan karenanya.
Yup. Saehee pindah.
Ia meninggalkan apartemen lamanya pagi ini, tepat 10 menit setelah Jungkook pergi ke kampusnya. Ia tak ingin pria itu mengetahui kepindahannya kali ini. Ia benar-benar bertekad untuk mengusir Jungkook secara paksa dari hidupnya dengan cara menjauh dan membuang semua hal yang berkaitan dengan Jungkook, termasuk tak ingin lagi tinggal diunit apartemen yang sama dengannya. Sudah cukup.
Jimin masuk dari pintu depan dengan membawa beberapa kantong plastik berisi barang-barang yang Saehee minta.
"Sudah semua?" tanya Jimin sambil meletakkan belanjaanya di atas meja ruang tamu.
"Iya, sudah semua. Dan sekarang aku bingung harus memulai darimana." Saehee menatap segala barang-barang yang cukup banyak itu. Jimin ikut berkacak pinggang disamping Saehee seraya menatap kotak kardus itu.
"Bagaimana kalau kau mengatur pakaianmu terlebih dulu," kata Jimin sambil menunjuk koper merah super besar yang berisi pakaian Saehee.
"Baiklah." Saehee mengangguk, lalu menyeret koper itu. Ia cukup kewalahan menangani koper yang berukuran lebih besar daripada ukuran tubuhnya.
Jimin terkekeh lalu segera membantu Saehee dengan koper super berat itu. Mereka membawanya ke ruang ganti. Jimin telah mengosongkan beberapa tempat untuk pakaian Saehee. Jimin bahkan sempat 'membuang' beberapa pakaiannya kepada Taehyung agar ia bisa menyisakan banyak tempat untuk Saehee. Yang Jimin tahu, wanita memiliki banyak koleksi pakaian sehingga ia harus menyisakan tempat ekstra untuk Saehee dan pakaiannya.
"Woah, tak kusangka oppa adalah orang yang rapi," puji Saehee sambil melihat kearah pakaian yang tertata rapi di hadapannya. Jimin tersenyum malu. Saehee hanya tak tahu kalau Jimin barusaja merapikan tumpukan pakaiannya kemarin.
"Susunlah pakaianmu, aku akan mengatasi sisanya."
Saehee mengangguk. Ia dengan segera membuka koper besarnya dan mulai menyusun pakaiannya.
Jimin tersenyum tipis lalu meninggalkan Saehee dan pakaiannya di ruang ganti. Ada banyak kotak kardus di ruang tamu yang menunggunya untuk minta dirapikan.
*
Jungkook bersenandung kecil saat menaiki tangga menuju apartemen Saehee. Tangannya penuh menenteng kantung plastik belanjaan berisi banyak bahan yang ia beli di supermarket sepulang kuliah tadi. Ia melihat isi kulkas Saehee hampir kosong pagi ini. Sebagai 'pacar' yang baik, tidak ada salahnya jika ia ikut membantu Saehee untuk hal-hal kecil seperti itu.
Langkah Jungkook melambat, diiringi dengan tatapan heran saat melihat wanita tua pemilik apartemen keluar dari apartemen Saehee. Jungkook buru-buru menghampiri wanita tua berambut sebahu itu. Ia segera membungkuk sopan dan menyungging senyum saat berhadapan dengan pemilik apartemen itu.
"Annyeonghaseyo," sapa Jungkook sopan. Ia mencoba menyembunyikan rasa ingin tahunya yang super besar dihadapan wanita itu.
"Kau penghuni baru ya?"
"Iya. Dan, kalau boleh aku tahu, kenapa kau datang ke apartemen pacarku? Apakah dia belum membayar uang sewa bulan ini?" tanya Jungkook mengungkapkan rasa penasarannya.
Wanita itu mengernyit sebentar, lalu menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat di belakangnya.
"Gadis itu pacarmu?" tanya wanita itu heran.
"Iya," jawab Jungkook cepat dengan senyum super lebar di wajahnya.
"Dia pindah pagi ini. Dia sudah mengangkat semua barangnya. Apa dia tidak pamit padamu?"
Jungkook mematung, mencoba menerjemahkan kata-kata sang pemilik di sistem otaknya yang seketika melambat. "Pindah?" tanyanya dengan suara pelan, mencoba memastikan kalau dia tidak salah dengar.
"Iya. Dia pindah. Aku ke sini untuk mengecek kamar ini, ada penyewa baru yang akan menempatinya minggu depan."
Jungkook terdiam. Hening. Ia hanyut dalam pikirannya. Pindah? Kata itu terus bergema di telinganya.
"Sungguh? Dia ... pindah? Di-dia ... pergi?" tanya Jungkook gelagapan. Ia bahkan menjatuhkan kantong belanjaannya ke lantai. Seketika tulang dan sendi di tubuhnya melemah, juga hati dan pikirannya yang ikut lumpuh hanya dengan sebaris kalimat yang diucapkan pemilik apartemen itu.
"Telpon lah dia. Tadi pagi dia tidak mengatakan apapun padaku. Dia hanya mengemasi barangnya dan pergi."
Wanita itu berdehem lalu melangkah pergi, meninggalkan Jungkook yang masih hanyut dengan pikirannya.
Jungkook dengan tergesa-gesa masuk ke apartemen itu. Kosong. Tak ada apapun yang tersisa. Benar-benar hilang tanpa jejak. Padahal, baru tadi pagi ia dan Saehee berbincang-bincang. Tak ada yang aneh. Gadis itu masih meladeninya dengan ucapan ketus dan acuh tak acuh serta beberapa pekikan bernada tinggi saat Jungkook menggodanya.
Tubuh Jungkook melemas. Ia terduduk di lantai, seolah gravitasi menarik tubuhnya 100 kali lipat lebih besar dari biasanya. Jantungnya berdegup kencang, juga adrenalin yang tiba-tiba memancing keringat dingin muncul di tubuhnya.
Hening.
Jungkook masih dalam proses untuk mencerna kejadian ini. Ia masih berharap ini mimpi buruk dan saat ia terbangun, Saehee masih ada di sini, di tempat kosong yang entah kenapa membuat dada Jungkook sesak.
Jungkook mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Saehee. Namun sayangnya, nomor itu sudah tidak aktif. Saehee mengganti nomor ponselnya pagi ini. Jungkook tak patah semangat, berharap ada keajaiban yang membuat ponsel Saehee bordering. Aneh sekali. Tiba-tiba kerinduan menyergap hatinya. Ia sangat ingin mendengar suara Saehee, tak peduli jika itu suara lembut atau suara lengkingannya yang biasa ia lakukan saat ia tengah kesal. Ia merindukan wajah gadis itu yang lebih sering menampakkan raut wajah kesal di hadapannya. Ia merindukan Saehee, Kang Saehee-nya.
Jungkook memucat, kali ini ia benar-benar kehilangan akal. Dengan amarah memuncak, ia melemparkan ponselnya dengan keras, membuat benda pipih itu hancur berserakan di lantai, persis seperti perasaannya saat ini. Ia mengacak rambutnya frustasi. Tak ada kata-kata yang bisa ia ungkapkan saat ini, kebungkamannya cukup untuk menjelaskan semuanya.
Ia tak tahu harus mencari Saehee kemana. Gadis itu hilang tanpa jejak. Usaha Jungkook selama bertahun-tahun untuk menemukannya berbuah pahit. Ia berakhir dengan di campakkan oleh gadis itu. Sosok yang selama 4 tahun lebih menghantui setiap malamnya. Gadis yang ia perjuangkan dengan susah payah, bahkan harus dengan menumbalkan perasaan gadis lain . Kang Saehee gadisnya, kini hilang.
Jemarinya menyentuh jam tangan yang sejak beberapa hari setia melingkar di pergelangan tangannya. Tatapan sendu itu muncul saat Jungkook menatap kearah jam tangan itu. Ia jadi teringat saat Saehee memberikan jam tangan itu, juga membuatkan sarapan istimewa untuknya. Senyum getir itu muncul. Bodohnya ia. Harusnya ia curiga dengan sikap manis Saehee tempo hari. Namun sayang sekali, kebahagiannya membuat Jungkook lupa untuk mempertanyakan alasan di balik perubahan sikap Saehee itu. Ia tak menyadari bahwa itu adalah perpisahan manis dari Saehee. Ah ... dan juga ucapan selamat tinggal waktu itu, Saehee tak salah mengucapkannya. Bukannya mengucapkan sampai jumpa, Saehee memberikan kode halus yang mengisyaratkan kepergian dirinya dari hidup Jungkook.
Pukul 9.15 malam, Jeon Jungkook di campakkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...