Polisi mengayomi masyarakat.
Itulah yang orang katakan selama ini. Namun ia tak pernah menyukai gagasan itu lagi. Ia tau kata-kata itu hanyalah bualan semata tanpa melihat faktanya.
Shiroiwa Ruki, itulah nama yang telah diberikan oleh ibunya sejak ia lahir ke dunia, nama yang akan ia sandang seumur hidup dengan segala doa baik menyertai nama tersebut. Ayahnya telah meninggal sebelum ia lahir karena kecelakaan pesawat. Namun ia bersyukur tak pernah kekurangan kasih sayang baik dari pihak ibu ataupun kakak perempuannya.
Dulu ibunya sering mengatakan bahwa dirinya adalah anak sopan, sangat aktif, periang, pintar dan menggemaskan. Sungguh sebuah kehormatan mendengarkan ia berbicara dengan nada bangga, bahwa anaknya tumbuh begitu sehat. Namun semua itu telah berakhir setelah ibu dan kakaknya meninggalkannya, terpisah alam yang berbeda.
Saat Ruki berusia 8 tahun ia harus menerima kenyataan pahit kehilangan semua keluarganya, ia harus bertahan hidup sendiri dengan semua harta benda yang ditinggalkan. Mungkin orang lain akan menganggap itu sempurna, hidup dengan semua kekayaan berlimpah. Nyatanya tak seperti yang dibayangkan.
Ruki remaja sering berfikir untuk mengakhiri hidupnya saja, frustasi dengan kehidupan belum lagi trauma yang ia alami. Apa guna semua harta benda tapi semua keluarganya meninggal? Ia membenci hal ini.
Beberapa dokter mengatakan pada versi remaja dirinya untuk bangkit dari keterpurukan, percaya bahwa sebuah kenangan hanya akan menjadi kenangan dan tak akan terjadi dua kali. Jangan terus menyesali kenangan yang terjadi, tatap masa depan dengan senyuman karena akan ada cerita baru untuk kehidupan baru.
Bohong. Mereka hanya bisa mengatakan itu tanpa pernah mengalami yang ia rasakan. Mereka hanya pandai berbicara yang terkesan sia-sia, jika kata-kata manis itu tak berhasil cukup berikan obat penenang.
Selama ini ia berusaha kuat menjalani hidup, berpura-pura semua baik-baik saja seolah tak terjadi hal mengerikan. Ruki hanya perlu tersenyum saat orang bertanya, tertawa ketika orang berusaha membuat tertawa. Dunia ini bagai panggung sandiwara baginya, tak ada tempat dan orang yang dapat dipercaya.
Sejujurnya jauh di lubuk hati terdalam Ruki menyalahkan dirinya sendiri, karena ia belum bisa menjadi kuat untuk melindungi keluarganya. Ia adalah laki-laki, sudah tugasnya melindungi wanita. Namun saat itu ia hanya bisa menangis lalu berlari dan membiarkan hal itu terjadi. Pengecut.
Semua orang mengatakan bahwa wajar jika ia diam karena dirinya masih kecil, namun harusnya ia bisa setidaknya memberikan perlawanan dengan apa saja agar keluarganya selamat. Ia sangat membenci dirinya.
Namun. Se benci apapun ia membenci diri sendiri ada yang lebih ia benci di dunia ini.
Polisi.
Dengan menyebutkan namanya saja membuat ia mual, jijik melihat mereka dengan seragam kampunga itu. Ia marah saat polisi mendapat sambutan dan tepuk tangan masyarakat. Mereka hanyalah kumpulan orang tak berguna yang menghabiskan uang rakyat. Mereka hanya berpura-pura bijak. Karena merekalah semua kejadian naas ini terjadi pada keluarganya.
Sekarang Ruki mengerti kenapa ia masih hidup, supaya ia dapat membalaskan dendam ini pada mereka,tentu saja Tuhan sangat mendukungnya.
Secepatnya. Mereka akan hilang selamanya.
***
"Jadi, kapan kakakmu menjemput pulang?" Tanya seorang anak laki-laki pada teman sebayanya. Keduanya tengah duduk di teras depan rumah, menatap langit yang mulai berwarna oranye dengan masing-masing memegang es krim.
Anak yang ditanya menoleh dari es krim yang ia pegang, beberapa detik terlihat berfikir sebelum kemudian mengangkat bahu tak tahu.
"Entahlah, mungkin sebentar lagi" ucapanya sambil menjilati es krim rasa vanila yang ia dapatkan dari ibu temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal Case
FanfictionTrauma yang dialami semasa kecil membuat Shiroiwa Ruki membenci polisi, dendam yang makin menumpuk tak dapat terbendung hingga menjadi sebuah petaka saat ia dewasa. Ketika Ruki memutuskan untuk memusnahkan kumpulan munafik itu, setidaknya jika takdi...