Arctophile - 19

676 55 75
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

SABAR YA GAIS, NANTI ADA WAKTUNYA JENNIE NYESEL. SEKARANG WAKTUNYA KITA YANG KESEL SAMA JENNIE

HAHAHA TAWA JAHAT:))
_______

Kesal dan emosi, Hal yang tengah dirasakan oleh lelaki yang masih lengkap dengan setelan jas ditubuhnya. Rasa lelah selepas mengurus satu masalah ternyata semakin membuat emosinya memuncak menatap pesan yang dikirimkan oleh salah satu anak buahnya.

Duduk dengan tegas di kursi kerja berwarna hitam yang ada didalam ruangannya, lelaki itu mengeraskan rahangnya masih memandangi foto yang ada ditangannya. Bagaimana bisa wanita itu menemui lelaki lain disaat keadaan rumah tangganya bahkan sedang tidak baik-baik saja. Apa mungkin ini salah satu alasannya menjauh?

Dia tahu siapa lelaki yang ada didalam foto itu, tapi emosinya memuncak karena posisi yang diambil oleh anak buahnya. Mungkin memang dia tidak tahu dengan jelas apa yang terjadi, tapi lelaki itu seperti tengah memeluk wanitanya.

Jongin memukul meja kaca dihadapannya dengan keras menimbulkan dentingan karena beradu dengan jam tangan Rolex miliknya. Ia bangkit dengan emosi yang memuncak, tangannya tidak berhenti memainkan ponsel untuk menghubungi jennie. Tapi tidak ada jawaban dari wanita itu, membuat emosinya semakin bulat. Jongin pun berjalan keluar dari dalam ruang kerjanya yang ada didalam restoran melupakan pekerjaan yang seharusnya ia urus, karena baginya ada hal yang jauh lebih penting untuk di bicarakan.

Keluar dari restoran dengan langkah tegas, jongin tidak memedulikan beberapa karyawan yang bertanya dia mau kemana. Dia hanya memilih untuk terus berjalan dan menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Hanya itu.

Jongin juga berkendara dengan cepat tanpa memedulikan puluhan klakson yang mungkin sedari tadi menegur keganasannya membelah jalanan ibu kota. Masa bodo, jongin tidak bisa menahan emosinya untuk tetap diam tanpa suara.

Dia harus menyuarakan kekesalannya saat ini juga pada istrinya.

.
.

Matahari mulai terbenam dengan semburat kemerahan, bersamaan dengan itu jongin keluar dari mobilnya dan membanting dengan kasar pintu mobil. Berjalan dengan kasar menuju kamar, ini sebenarnya sangat jauh dari sikap asli lelaki itu. Tapi sepertinya cemburu menutup matanya dari semua sikap lembut yang dia miliki.

"Appa" Langkah jongin terhenti, dia menarik nafasnya lembut untuk menetralkan wajahnya agar Bre tidak melihat wajah yang dipenuhi emosi.

"Kenapa, honey?" Tanya jongin menoleh ketempat dimana Bre berada, gadis kecil itu tersenyum dan berlari memeluk kaki ayahnya.

"Tumben Appa dan Eomma tidak pulang malam, berarti nanti kita makan malam bersama kan?" Tanya Bre dengan antusias, Jongin tidak berniat menjawab karena takut melanggar janji itu. Siapa yang bisa menjamin jika nanti setelah dia berdebat dengan jennie, dia masih ada dirumah ini tanpa emosi saat melihat wanitanya itu.

Tapi tidak, jongin akan mengusahakan itu semua.

"Appa tidak janji sayang, sekarang appa ke kamar dulu, okey?" Bre mengangguk kencang dan melepas pelukan pada ayahnya, lalu kembali bermain seorang diri.

Kembali melanjutkan langkahnya hingga tiba didepan pintu bercat putih yang menjadi penghalang antara kamar dan posisinya berdiri saat ini.

klek..

Bunyi knop pintu yang dibuka terdengar, jongin masuk kedalam kamar dan langsung disambut dengan jennie yang menatapnya dari arah sofa. Tidak ada sapaan diantara keduanya, bahkan jennie menatap suaminya dengan kejam tanpa takut. Hal itu membuat jongin menyeringai kesal melihat respon wanitanya.

Arctophile (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang