Bagian 19 : Hadzihi Fitnah!

3.8K 209 22
                                    

Ada bulir bening yang tiba-tiba saja menetes di pipi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada bulir bening yang tiba-tiba saja menetes di pipi. Rasanya hangat dan sedikit pedih. Terutama hatiku tatkala tahu sepenggal cerita tentang siapa Reyhan dari Radhia. Rupanya hanya aku yang tak tahu. Sebab kata Radhia sebagian besar santri pondok sudah mengetahuinya.

Radhia menceritakan apa yang diketahuinya tentang Reyhan di masa lalu itu. Jujur hatiku mencelos mengetahui bahwa dulu Reyhan dan Umi Aira pernah punya hubungan. Bahkan bukan hanya sekedar ada hubungan saja. Reyhan katanya pernah melamar umi Aira.

"Aysha, kenapa kamu diam aja? Kamu sedih, karena ceritaku, ya? Maafkan aku, Aysha," kata Radhia menyesal.

Aku menarik sudut bibirku menatapnya, sambil menyeka ujung mataku yang basah.

"Ah, tidak kok. Makasih, ya, Radhia. Karena lo udah mau ceritain itu ke gue."

Aku tahu pasti Radhia merasa tak enak setelah menceritakannya padaku. Tapi aku bersykur karena aku diberitahu, sehingga aku tak perlu mengira-ngira sendirian.

"Em, aku ragu banget mau cerita. Tapi, mungkin kamu harus tahu itu, Aysha."

"Ya, emang setelah gue denger itu dari lo, gue jadi berpikir. Gue yakin, umi Aira itu beneran masih ada rasa sama Reyhan," ucapku mengambil sedikit kesimpulan.

"Tapi menurutku gus Rey udah gak ada rasa sama perempuan itu," sahut Radhia. Dia kelihatan yakin dengan pendapatnya itu.

"Kenapa lo bisa mikir gitu? Bukannya kata lo, dulu bahkan Rey pernah ngelamar dia?"

"Iya, tapi sewaktu di aula tadi, aku melihat tatapan gus Rey yang sangat tajam pada Umi Aira, dia kelihatan marah, sedangkan Umi Aira hanya tertunduk dibalik cadarnya."

Aku pun terdiam. Aku belum pernah melihat tatapan kebencian yang ditunjukkan Reyhan itu.

"Aysha." Radhia memegang tanganku. "Kamu harus menegakkan kebenaran. Kamu yakin, kan, kalau suami kamu tidak melakukan tindakan yang dituduhkan itu?"

Aku mengangguk cepat. Aku sangat yakin, Reyhan tidak mungkin begitu. Sewaktu mereka berbicara berdua, aku menyaksikannya dengan mata sendiri, dia memberikan jarak dengan wanita bercadar itu.

"Kalau gitu kamu udah siap ke aula sekarang? Hukumannya akan segera dijatuhkan setelah kamu datang."

"Apa? Setelah gue datang?"

"Iya, tadi umi Fatimah meminta aku menjemput kamu. Karena kamu istri gus Reyhan, dan kamu harus ikut menyaksikan."

Jantungku berdebar kuat. Sambil meremas telapak tangan, aku memegang dadaku gelisah.

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang