11. Marah?🗣️

2.8K 120 67
                                    

Vote? Wajib!!


Komen? Harus√

Selamat membaca!!
_______________________

Bella memasuki kamar dengan sangat hati-hati. Langkahnya sengaja ia perlambatan. Dalam hati Bella terus berdoa agar Azka sudah terlelap. Karena ini memang sudah jam satu pagi.

Jika waktu bisa diputar kembali, pasti Bella akan sangat beruntung. Ia tidak akan pergi bersama teman biadab nya itu. Dan apakah Bella akan menyesalinya? Tentu tidak, ia hanya takut jika Azka mengadu kepada orang tuanya. Hanya itu saja.

Ketika akan membuka kenop pintu, Bella memejamkan matanya sekejap. Mulutnya tidak berhenti membacakan doa-doa apa saja untuk membuat dirinya selamat. Bahkan doa mau makan pun ia baca.

Ceklek!

Namun kali ini keberuntungan tidak memihak Bella. Lampu kamarnya masih menyala, itu tandanya Azka belum tidur. Ternyata lelaki itu masih sibuk di depan laptop. Entah apa yang dikerjakan. Mungkin tentang kuliahnya.

Azka tau jika itu Bella, siapa lagi jika bukan orang yang berstatus sebagai istrinya malam-malam datang ke kamar? Tidak mengetuk pintu pula.

Bella tetap memasuki kamar dengan langkah pelan. Semua pikiran buruk nya ia tepis dulu sementara waktu. Ia tidak berani menatap Azka. Begitupun dengan Azka yang sama sekali tidak memperdulikan kehadiran Bella.

Setelah meletakkan Sling bag nya di atas meja rias, Bella segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Mungkin setelah ini, masih ada kesempatan untuk berbicara dengan Azka. Meminta maaf setidaknya.

Selesai di kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piama pendek, Bella berjalan ke arah Azka. Walaupun takut tetapi harus tetap ia lakukan. Sampai sekarang Azka juga sama sekali tidak melirik Bella.

Saat Bella sudah duduk di samping Azka,
"Azka-" Azka malah menutup laptopnya dan beranjak meninggalkan Bella sendiri disofa. Lalu mulai menaiki ranjang.

"Azka gue-"

"Tidur, besok sekolah." Ujar Azka tanpa melihat wajah Bella. Tugas Azka hanyalah mendidik Bella agar menjadi seseorang yang lebih baik lagi, jika yang didik tidak mau ya sudah.

Bella menundukkan kepalanya, menatap karpet bulu yang sedang ia pijak. Mungkin besok Bella akan berusaha bicara.

Karena Azka sudah mematikan lampu, terpaksa Bella beranjak dan mulai berbaring di samping Azka. Saat Bella mengubah posisinya menghadap Azka, Azka malah berbalik memunggungi Bella. Membuat Bella merasa bersalah.

•••||•••

Matahari mulai menerobos masuk lewat kaca jendela, yang memang sudah terbuka. Mungkin Azka yang membukanya.

Bella mengeliat dan mulai membuka matanya. Mengangkat kedua tangannya ke udara, untuk merenggangkan ototnya. Sebelah ranjangnya sudah kosong. Memang selalu seperti itu, pasti selalu Azka dulu yang bangun.

Bella sedikit terkejut ketika melihat jam dilayar hp. Sudah hampir jam tujuh. Tetapi Azka tidak membangunkannya.

"Tumben Azka nggak bangunin Gue." Lalu sedetik kemudian Bella teringat akan kejadian malam tadi. Azka benar-benar marah. Dengan cepat Bella bergegas memasuki kamar mandi. Hari ini hari Senin, tidak mungkin kan harus dihukum di awal hari. Ralat, mungkin saja jika itu Bella.

Tidak butuh waktu lama bagi Bella untuk membersihkan diri dikamar mandi. Bella hanya butuh lima menit saja. Biasalah, Bella suka mandi bebek. Mukanya doang yang di guyur.

Setelah selesai, Bella keluar kamar dan mulai menuruni tangga. Sedikit gugup karena sudah pasti ia akan terlambat.

Pandangan pertama yang ia lihat adalah seorang lelaki yang sedang duduk di meja makan. Bella mendekati lelaki itu. Namun tetap sama seperti kemarin malam, Azka masih tetap diam. Azka memang tipekal cowok yang lebih suka diam. Tapi ini berbeda dari biasanya. Ya, Bella tau jika Azka masih dalam mode marah.

Karena Azka masih tetap diam, lebih baik Bella segera berangkat sekolah. Toh, jika minta diantar pun pasti Azka tetap diam seperti patung hidup.

"Gue berangkat."

•••||•••

"Huhft akhirnya selesai." Bella mengusap pelepisnya yang sudah dibanjiri keringat. Sepuluh puturan sudah Bella lalui. Sudah ia duga pasti akan terlambat. Apalagi tadi Azka tidak mengantarnya, mana cari taksi nggak neku-nemu. Terpaksa kan Bella harus desak-desakan di dalam angkutan umum.

Rasanya hampir pingsan, terik matahari yang sejak tadi memancar kepalanya membuat Bella pusing.

Bella segera bergegas mencomot tas nya dan berjalan menuju kelas. Banyak pasang mata yang menatapnya, namun Bella hiraukan. Sudah biasa bagi Bella. Maklum, seleb sekolah.

"Duhh capek yaa? Kasian banget."

Bella memutar kedua matanya malas. Malas sekali jika harus berdebat dipagi hari. Apalagi dengan bocah.

Mentang- mentang sudah kelas sebelas, Syerlin mulai berani sama Bella. Mungkin Syerlin dendam, Karena dulu waktu kelas sepuluh ia sering sekali di buli oleh Bella.

"Ups sorry nggak sengaja." Dengan seenak jidat, Syerlin menumpahkan jus jeruk di rok Bella bagian belakang. Kelihatan seperti bocah ngompol.

Bella menggeram marah lalu menarik kerah kemeja Syerlin. Sehingga membuat Syerlin terjinjit. "Mau Lo apa hah?!"

Syerlin mendorong tubuh Bella. Lalu tertawa sinis. "Biasa aja kali nggak emosi."

"Nggak usah emosi Lo bilang?! Rok Gue basah gini nggak usah emosi?!"

Syerlin berbalik lalu meninggalkan Bella sendiri. "Itu sih derita Lo."

Tidak terima, Bella menjambak rambut Syerlin dari belakang sehingga membuat langkah cewek itu terhenti.

"Awh." Ringis Syerlin.

"Lo apa-apaan sih hah?!" Syerlin membalas menjambak rambut Bella.

Kini keduanya tengah berada di suasana yang memanas. Pertengkaran nya semakin menjadi. Tidak ada orang yang memisahkan Bella dan Syerlin karena saat ini koridor sangat sepi. Karena memang masih jam pelajaran.

"Brengsek Lo ya!" Umpat Bella mendorong bahu Syerlin hingga terhempas ke lantai.

"Bella!" Tiba-tiba datang seseorang dari arah yang berlawanan. Cewek itu membantu Syerlin berdiri.

"Lo nggak papa?" Tanya Selina.

Syerlin menggeleng dan menatap tajam ke arah Bella. "Nggak papa kak."

"Cih. bilangin sama adek Lo, nggak usah cari gara-gara kalo nggak mau celaka."



Tbc

See you next part🙌

Spam next yok!!







BellazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang