Taga menunggu Tiera di depan kelasnya semenjak tadi. Dia selalu mengecek jam tangannya dan kadang bergumam sendiri mengenai keterlambatan Tiera. Hingga akhirnya Taga menemukan sosok yang dia cari - cari.
"Tiera! Kenapa lama sekali keluar kelasnya?" tanya Taga begitu sampai di depan Tiera.
"Bu Lily menyuruhku melakukan banyak hal. Aku harus membantunya," ucap Tiera sebelum menatap ke arah lain. Dia tidak suka menatap seseorang yang sedang marah.
"Baiklah, ayo ke teater. Kita harus latihan," ucap Taga sambil menarik tangan Tiera keluar sekolah. Mereka segera pergi ke gedung teater.
Sesampainya mereka di teater, Taga pun segera duduk di piano bersama dengan Tiera. Taga pun segera menunjukkan lagu yang akan dia mainkan bersama Tiera. Sementara Tiera hanya mendengarkan secara saksama. Sebelum akhirnya tertawa.
"Ada apa?" tanya Taga sambil mengernyitkan dahi. Tiera yang menatapnya berubah takut dan menggelengkan kepalanya. Lalu membiarkan Taga bermain sampai selesai.
"Seperti itu permainannya. Kamu mengerti?" tanya Taga sambil menatap Tiera. Namun Tiera menggeleng tidak mengerti dan membuat Taga terkejut.
"Bisakah kau berikan not lagu ini? Aku akan coba mainkan. Aku bukan pengingat yang baik," ucap Tiera sambil menatap Taga dengan degup jantung yang kencang dan keringat dingin di tangannya.
"Baiklah. Sambil aku perhatikan ya?" ucap Taga dan dibalas oleh anggukan Tiera. Lalu Tiera mulai memainkan lagu itu.
Tiera memulainya dengan awal yang manis. Perlahan mulai mengalun dengan suasana dan berhasil membuat Taga tersenyum. Namun di pertengahan, Tiera mulai berhenti sejenak. Menatap pianonya dan merasa ada yang salah. Lalu memainkannya lagi secara perlahan sampai ke akhir.
"Kenapa kamu berhenti di pertengahan?" tanya Taga sambil mengernyitkan dahi.
"Aku hanya merasa salah tadi. Tidak usah dipikirkan, Taga," ucap Tiera sambil tersenyum.
"Baiklah, itu sebenarnya adalah bagianmu. Aku akan memainkan bagianku nanti.... di sebelahmu," ucap Taga dengan wajah memerah. Sementara Tiera hanya mengangguk mengiyakan.
"Kenapa tidak kita mainkan bersama - sama saja saat ini? Ayo coba!" ucap Tiera sebelum bergeser untuk memberikan Taga tempat duduk. Taga pun mengangguk dan segera memainkan bagiannya bersama Tiera.
"Wow! Aku tidak tahu kita akan selancar ini di hari pertama," ucap Taga sambil tersenyum. Tiera hanya mengendikkan bahu sambil tertawa kecil.
"Aku yakin kita akan menghadirkan pertunjukkan musik yang bagus," ucap Taga dan dibalas oleh anggukan Tiera.
"Apa kau menemukan jawabannya?" tanya Tiera sambil menatap Taga lamat - lamat. Sementara Taga mengernyitkan dahi tidak mengerti.
"Bagaimana dua hati dari dua orang yang berbeda saling bertautan membentuk cinta?" ucap Tiera mengulang sebuah pertanyaan yang sedang mereka cari tahu bersama - sama. Hal itu membuat Taga menghela nafas.
"Kau tahu, aku belum menemukannya sama sekali. Tapi melihatmu penasaran, mari membuat hipotesisnya," ucap Taga sambil menatap Tiera.
"Menurutku, itu semua hukum alam. Memang pada dasarnya, manusia akan mencintai dan begitu pula sebaliknya, dicintai. Jika hukum alam itu tidak berlaku, manusia akan jatuh kesepian. Juga susah menganggap sesuatu sebagai rumah mereka. Karena pada akhirnya, rumah mereka ada pada seseorang yang mereka cintai," ucap Taga sebelum menatap piano di depannya. Tiera pun mengangguk mengerti akan hal itu.
"Hipotesis yang baik. Tapi kita akan segera mencari tahu jawabannya," ucap Tiera dengan antusias. Dibalas oleh anggukan Taga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bond in Piano (Complete)
RomanceTiera selalu terjebak dalam pemikirannya. Tidak memperhatikan sekitar menjadi keunikannya. Bahkan dia tidak hafal teman sekelasnya yang hanya berjumlah 20 orang. Namun datanglah seorang pemuda. Yang mengenalkannya pada keindahan dunia lewat permaina...