Gadis kuning pastel itu ketakutan. Dia sungguh ketakutan. Bisa selamat walaupun terluka parah sudah cukup baginya.
" Mi-Mizaki-kun... " Gumamnya nyaris berbisik.
" Beraninya kau menyebut nama Miki dengan mulut kotor mu " Bentak Linzy menampar kuat pipi Yurin.
" Aah, jangan emosi begitu sepupu manis ku " Seru laki-laki bertopi hitam itu tertawa. " Setidaknya lakukan dengan perlahan. Biarkan jeritan nya menghiburku "
Ya pemuda itu begitu menikmati raut ketakutan Yurin. Terlebih saat kuku nya bersentuhan dengan wajah Yurin.
" Jauhkan tangan mu dari nya " Teriakkan lantang itu mencuri perhatian mereka.
Kilatan biru kian banyak di matanya. Dengan emosi yang membabi buta Mizaki mendatangi laki-laki yang di panggil Ryutame tadi.
" Kau membuatku menunggu lama. Dari Clyer-san " Serunya merenggangkan tangannya
Tiba-tiba Laki-laki berambut hitam ikal itu sudah ada di hadapan Mizaki. Dia menendang perut Mizaki dengan lutut, menyikut punggungnya. Ya laki-laki itu terus menyerang laki-laki surai aqua tanpa memberi kesempatan untuk melawan.
" Oi, oi, oi yang benar saja kenapa kau jadi lambat segini... " Serunya begitu tersenyum puas.
" Berisik " Seru Mizaki mengelap darah ditepi bibirnya
Saat si rambut hitam itu berpaling dan menjauh. Seketika Mizaki melayangkan kaki mengincar kepala dalam sekali tendangan samping.
Namun hal itu di sadari oleh pemuda surai hitam. Secepatnya dia menahan kaki Mizaki dan dengan satu ayunan kuat membanting Mizaki.
" Kenapa kau menjadi pengecut seperti ini " Serunya menatap hina Mizaki.
Bergegas kedua gadis itu menghampiri Mizaki yang babak belur. Namun semuanya di kagetkan saat sebuah tamparan mendarat di pipi laki-laki surai hitam itu.
" Hanya kerena kau kuat bukan berarti kau bisa menindas yang lemah dari mu seenaknya. Ryutame-san " Omel Yurin.
Laki-laki itu terdiam sambil menyentuh pipinya yang di tampar Yurin. Dia menatap Yurin yang tak gentar sedikit pun.
" Jadi ini yang di namakan tamparan ya, tidak terlalu sakit tapi membuatku amat kesal " Serunya seketika sudah mengunci Yurin dalam rangkulan nya
" A-apa ini " Seru si kuning pastel panik
" Akan ku buat kau menderita makhluk hina " Katanya menyamakan kasar rambut Yurin.
Melihat hal itu perlahan Mizaki bangkit dengan aura pembunuh darah dingin yang pekat. Matanya telah berubah menjadi biru safir seutuhnya bahkan bagian putihnya juga. Semua Clyer yang melihat nya perlahan berjalan menjauh. Karena pada tahap ini seorang Clyer sangat kuat, ganas dan tak terkendali bak binatang buas.
" Ejiro, bukankah sudah ku bilang- " Serunya
" Ah kupikir mode ini hanya mitos -"
" Jauhkan tangan mu dari nya brengsek " Teriak Mizaki tiba-tiba menendang perut Ejiro hingga terpental
Semuanya terjadi terlalu cepat. Yang bisa di tangkap mana Yurin hanyalah kilatan cahaya biru neon berpindah-pindah. Kelas rusak parah dan gelap. Suara gaduh itupun beransur hilang.
*****
Gadis itu seketika kaget saat tahu dia menggenggam tangan Mizaki dari tadi.
" Eeeh " Serunya malu
Satu kilatan cahaya membuat wajah Yurin kian merona. Ya dia cepat-cepat melepaskan genggam tangan nya saat sadar ada kedua sahabat nya
" Aah coba saja aku bisa seperti itu dengan Takayuki nii-sama " Seru Hana sambil memegang kameranya
"A-apa yang kalian lakukan? " Katanya gelagapan.
" Justru itu yang ingin kami tanyakan Miharu-dono " Goda Hana
" Maaf " Seru Gina Tiba-tiba.
" Gina-chan ada apa? " Tanya Yurin tersenyum
Gadis itu berpaling dengan raut wajah menderita. Yurin seketika menarik tangannya dan mendekap erat gadis surai abu-abu pendek itu.
" Padahal aku tepat di samping mu tapi tidak bisa berbuat apa-apa " Rintihnya perlahan menangis
" Sudah-sudahlah Gina-chan. Lagi pula itu sudah terjadi " Serunya menepuk-nepuk punggung Gina dengan tangan kanannya yang di perban entah kenapa. Entahlah dia tidak tahu.
" Ternyata Gin-chan bisa menangis juga ya " Seru Hana menggoda gadis itu
" Berisik " Seru Gina menyembunyikan wajahnya yang masih berlinang air mata.
Hari itu terasa begitu panjang.Pihak sekolah benar-benar di buat kerepotan akibat aksi teror komplotan Ejiro. Hingga siswa pun di liburan seminggu.
Awalnya Yurin bersorak ria saat tahu akan libur namun sekarang gadis kuning pastel itu hanya berbaring malas di ranjangnya seharian karena perban di tangan kanannya.
" Haaah booossssaaaaan " Serunya menatap kesal alasan tidak di izinkan dia keluar rumah.
Tanpa sengaja dia menjatuhkan berkas dokumen. Walaupun benci hal-hal rumit dan membingungkan Yurin tetep membaca salinan dokumen yang di berikan Mizaki tempo hari.
" Ya terserah lagi pula aku juga senggang " Serunya
Baru membaca setengah halaman lembar pertama saja Yurin langsung menyerah. Gadis itu menghamburkan salinan dokumen itu hingga bertebaran di atas nya.
" Ternyata memang sebaiknya tidak kubaca-" Serunya pasti
Namun satu lembaran dokumen itu menarik perhatian nya. Lebih tepatnya sebuah kalimat di lembaran tersebut.
" Apa maksudnya ini? " Gumam Yurin kesal
*****
Laki-laki surai aqua itu sedang tidur dengan wajah kelelahan. Matanya sayu menatap langit-langit kamarnya. Tak lama berselang ponselnya berdering. Laki-laki itu tersenyum dan mengangkat pangilan itu
" Mizaki-kun " Rengek gadis di seberang sana.
" Aduh, apakah begitu cara menelpon yang di ajarkan keluarga Miharu? " Katanya tertawa
" Moo, oh iya ngomong ini artinya apa ya? 'Saat Clyer terus termakan biru safirnya yang tersisa hanyalah kutukan sampai akhir' "
Senyum laki-laki surai aqua itu lenyap seketika. Dia terdiam beberapa saat yang membuat Yurin kembali rewel.
" Ah, maaf aku hanya kesulitan menjelaskan nya ada gadis pendek bodoh ini " Ledek nya
" Dasar Mizaki-kun bodoh " Teriaknya lalu sambung terputus.
Tangannya diangkat setinggi mungkin seolah mencoba menggapai langit-langit kamarnya. Tak peduli seberapa keras dia mencoba tetap tidak bisa dia jangkau.
"Aku tahu itu. Aku tahu tapi. Aku hanya tidak ingin kehilangan mu Yurin " Katanya menutup matanya dengan lengan. " Bodoh ya. Aku. Kau. Kita semua. " Gumamnya frustasi
KAMU SEDANG MEMBACA
light in the darkness
FantasyYurin Miharu si rambut kuning pastel nan ceria dan ceroboh. Siswi SMA periang yang kehidupannya berubah setelah bertemu siswa pindah nan misterius.