Chapter 20 Bagian 3 "Za mog brata"

239 71 0
                                    

*Putar lagu di atas buat tema part ini.

POV Muhamed

Pagi hari pukul setengah tujuh, aku turun dari kereta yang kugunakan untuk pergi menuju Kota Bandung di Stasiun Bandung lalu menunggu kedatangan kereta dalam kota yang mengarah ke Stasiun Cikudapateuh selama sekitar empat puluh lima menit yang mana stasiun tersebut berada cukup dekat dengan Jalan Jenderal Ahmad Yani yang merupakan ruas jalan utama yang dapat kugunakan untuk pergi menuju gedung pengadilan tinggi yang berada tepat di belakang Gedung Volksraad Kota Bandung.

Saat kereta menuju Stasiun Cikudapateuh tiba, aku masuk ke dalam bersama dengan penumpang lain yang membawa peralatan demonstrasi seperti payung, di antara mereka ada yang memakai masker dan bahkan kacamata hitam untuk menyembunyikan identitasnya. Ya, sama seperti Kota Sucilangkung, demonstrasi juga dilakukan oleh sebagian besar rakyat Kota Bandung yang sudah muak dengan partai Neo-NSB beserta kebijakan-kebijakan buatan mereka yang menindas rakyat RIS.

Berdasarkan berita yang aku baca, demo hari ini diperkirakan akan berlangsung pada pukul setengah sembilan pagi dan benar saja, sesekali saat aku melihat suasana jalanan dari jendela kereta, aku melihat banyak mobil berjejer berjalan lambat karena terjadi kemacetan.

Saat aku turun dari kereta di Stasiun Cikudapateuh, aku mencoba melihat google maps untuk memeriksa jalan mana saja yang diblokade dan setelah aku periksa, Jalan Jenderal Ahmad Yani yang merupakan jalan utama yang dapat dilalui untuk menuju gedung pengadilan tinggi di blokade, demikian pula Jalan Surapati yang merupakan jalan alternatif ke gedung pengadilan tinggi melalui Gedung Sate dan Museum Geologi Bandung juga ditutup. Tidak ada cara lain, kalau aku tak bisa melalui jalan utama karena diblokade maka aku akan mencoba mencari jalan tikus sekalipun harus melewati gang sempit, za mog brata.

Aku memasang roda roller blade di kedua sepatuku, memakai tas ranselku yang berisi dokumen bukti kegiatan penerimaan uang suap yang dilakukan oleh para hakim dan jaksa penuntut umum di bagian depan tubuhku, membaca basmalah lalu menggerakkan kedua kakiku, meluncur keluar dari area stasiun menuju Jalan Surapati. Sesampainya di perbatasan menuju Jalan Surapati aku dapat melihat kendaraan yang berbaris dan berjalan lambat diarahkan oleh para polisi yang sedang memasang blokade untuk pergi melalui jalan lain. Aku tidak peduli dengan itu, aku mencari jalan masuk menuju celah-celah gedung dan gang sempit berusaha tetap dekat dengan Jalan Surapati.

Terkadang aku salah mengambil jalan sehingga aku harus memutar, terkadang aku merasa aku tersesat hingga sesekali aku harus mencari tempat sembunyi yang aman untuk sejenak waktu dan melihat posisiku ada di mana di google maps sebelum aku melanjutkan perjalananku, sialnya adalah sekarang sudah pukul delapan lewat lima belas menit, tersisa waktu lima belas menit lagi sebelum demonstrasi dimulai dan aku bahkan belum setengah jalan sampai ke gedung pengadilan tinggi sehingga aku berhenti sejenak dan mencari celah-celah gedung untuk bersembunyi.

Dari kejauhan aku mulai mendengar suara sorak sorai massa yang berjalan bersama melalui jalan-jalan kecil yang tidak diblokade untuk bisa sampai ke Gedung Volksraad. Aku tidak ingin berjalan bersama rombongan mereka sekalipun tujuanku searah dengan mereka karena aku tidak ingin berada ditengah-tengah mereka saat mereka ricuh dengan aparat Schutterij dan benar saja, setelah sekitar setengah jam, aku yang masih berusaha mencari jalan yang benar untuk sampai ke gedung pengadilan tinggi tiba-tiba mendengar suara teriakan dan letusan senapan pelontar gas asap.

Dari celah-celah gedung tempat aku bersembunyi, aku melihat para aparat Schutterij bentrok dengan massa yang tidak ingin mundur dari posisinya. Melihat ini membuatku tidak ingin keluar dari tempat persembunyianku karena aku tidak ingin ditangkap, aku harus menyerahkan dokumen yang berada di dalam tas ranselku yang mana dokumen tersebut berisi bukti kegiatan penerimaan uang suap dalam bentuk Bitcoin yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum dan para hakim yang mengadili Karim dalam sidang kasus yang menimpanya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang