The Second Night, "The Organization"

40 7 0
                                    




"Nona muda Cayena, tolong, ampuni saya. Saya mengaku bersalah, tolong beri kesempatan sekali lagi, saya mohon."

  Aku menatap tajam orang di depanku, dia terduduk, memohon-mohon, kondisinya buruk.

  "Kau tahu sendiri akibat mengkhianati kami, tidak ada jaminan kau tidak akan mengulanginya." Aku berkata dingin. "Ada kata-kata terakhir?"

  "Tolong beri saya kesempatan sekali lagi, saya—"

CRAAT

  Ucapannya terhenti, tubuhnya ambruk ke jalanan, darah keluar dengan deras, orang itu mati seketika. Aku segera minggir agar sepatu yang kupakai tidak terkena darah, lalu menepuk-nepuk rok sekolahku yang terkena sedikit debu, lantas bersembunyi di balik bayangan agar orang yang berlalu-lalang tidak melihatku.

DRRT DRRT

   Ponsel disaku seragam sekolah berdering.

   "Ya halo ada apa?" Aku bertanya, mengangkat telepon.

  "Sudah kau bereskan dengan baik?" Suara khas laki-laki dewasa terdengar dari seberang sana.

  "Sudah, aparat mungkin sekitar sepuluh menit lagi menyadari kejadian di gang sempit ini, aku harus keluar dari tempat ini secepatnya." Aku berbicara sembari mengamati keadaan di luar.

  "Pastikan tidak ada satupun jejak yang tertinggal Cayena."

  "Baik." Aku mengangguk, lalu mematikan telepon.

  Setelah kupastikan tidak ada jejak sedikitpun yang tertinggal. Aku keluar dengan santai dari gang sempit itu. Tentu saja orang yang berlalu-lalang tidak akan menyadarinya, aku terbiasa dengan ini, gerak-gerik yang kulakukan normal, terlebih lagi gang sempit itu sempurna gelap, mereka jelas tidak akan mengetahuinya kecuali masuk ke gang itu.

  Aku memasang earpods, berjalan menjauhi gang sempit. Matahari mulai tenggelam, lampu-lampu jalanan mulai nyala satu-persatu, beberapa anak kecil dan temannya berlari-lari riang di taman yang kulewati. Malam ini adalah malam festival musiman yang diadakan setiap tahun. Taman dipadati orang-orang yang mulai berdatangan. Mereka yang perempuan rata-rata memakai yukata, lampu warna-warni dan hiasan untuk festival dipasang rapi di sepanjang area festival. Food truck mulai dibuka, aroma makanan tercium pekat, kembang api menghiasi langit malam berbintang.

  Terdengar suara ping! pelan di ponselku. Aku mengecek pesan yang masuk. Tidak penting juga. Belum sempat aku menyimpan kembali ponsel disaku seragam sekolah, seseorang lebih dulu meneriaki namaku,

  "HEI CAYENA!" Orang yang memanggil namaku berteriak dari kejauhan, berlari ke arahku.

  Aku menoleh.

  "Apa?" Aku menatapnya yang sedang tersengal.

  "Astaga, di sini kau rupanya. Aku mencarimu sejak pulang sekolah." Dia mengusap rambutnya. Aku ber-oh pelan. "Kemana saja dari tadi?"

  "Lucelence memintaku membereskan sesuatu." Aku menjawab.

  "Setidaknya beri tahu aku dong, aku mencarimu sejak tadi tahu." Dia mengomel.

  Aku kembali menatap anak laki-laki di depanku ini.

  "Heh blasteran, memangnya untuk apa aku memberitahumu?"

  "Yah, tidak apa-apa sih," Dia tersenyum tipis. "Mau taiyaki? Karena aku hari ini sedang baik aku akan traktir semua yang kau mau di festival ini."

  "Terserah." Aku melambaikan tangan, tidak peduli.

  Kami berkeliling melihat-lihat festival selama setengah jam. Aku hanya mengikuti si blasteran itu, membiarkan dia mencicipi semua makanan yang ada di festival.

NoctisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang