Pagi hari yang sangat cerah menyambut Syana yang baru bangun pukul 5 pagi setelah tadi dia tidur pukul 3. Dia terbiasa tidur jam 10 malam, bangun jam 1, tidur lagi jam 3, dan bangun jam 5 pagi untuk salat subuh dan bersiap-siap untuk sekolah.
Hari ini adalah hari Senin. Kebetulan dia harus piket. Jadi, dia berangkat lebih awal dari biasanya. Setiap hari dia berangkat ke sekolah naik motor. Saat sampai, motor itu dititipkan di sebuah warung dekat sekolahnya. Karena sekolah tidak menerima parkir untuk siswanya.
Seragam sudah dipersiapkan. Setelah salat, dia belajar 30 menit untuk menyiapkan diri menghadapi ulangan harian mapel matematika. Dia sangat gemar belajar matematika daripada fisika atau kimia.
Sekarang Syana sudah siap untuk berangkat sekolah. Dia mematikan listrik di kamarnya, mengunci dan pergi bersekolah.
Sampai di sekolah, Syana disambut oleh Dara dan juga Lana. Mereka sedang mengobrol bersama teman yang lainnya. Topik obrolan mereka adalah guru baru mereka yang baru saja menikah kemarin. Dan mengatakan bahwa istrinya sangat cantik, bahkan ada yang ingin mendekatinya. Sangat gila, bukan?
"Jangan salah, mereka itu aku denger-denger dijodohin."
"Ah masa, sih? Kamu tau darimana?"
"Aku denger guru tadi pagi."
Syana hanya menyimak saja tanpa melontarkan kalimat apapun. Dia sebenarnya bisa saja diajak ghibah, tapi dia jelas tidak mau kalau topiknya adalah gurunya sendiri. Dia takut karma.
Dia membuka ponsel miliknya dan mendengarkan lagu yang sedang dia sukai. Sambil membuka beranda Instagram. Sampai Dara dan Lana menghampiri ia pun tetap saja melakukan aktivitas itu.
"Eh, Dar! Kamu lagi PDKT sama temennya polisi yang kamu kagumi itu, ya?" Tanya Syana tiba-tiba yang membuat Dara terkejut.
"Serius, Sya? Wah, paruyyy! Dara ganas, ya!"
"Ya kan Bang Javas nya deketnya sama kamu, Sya.. Masa kita mau rebutan? Jadi ya aku sama temennya Bang Javas aja."
"Serius, Dar? Parah, Sya! Diem-diem kamu ngincer polisi, ya!"
"Heh! Sembarangan! Aku itu enggak suka sama Pak Javas! Malah benci! Kamu itu mulutnya lemes banget, sih, Dar. Pengen aku potong terus dijadikan sate."
"Ehhh, langsung nge-date loh, Lan! Sumpah."
Syana mencubit lengan Dara. Dia sangat kesal karena Dara tidak bisa menjaga rahasia yang harusnya jangan sampai ada yang tahu. Bahkan Lana sekalipun. Karena Lana pun tidak jauh berbera dengan Dara. Suka keceplosan.
"Serius? Kemana woy?"
"Restoran **. Gila, sih. Gilaa!"
"Eh, diem nggak!"
"Aku juga lagi deketin polwan," Timpal Lana.
Mata Syana dan Dara bertemu. Terdiam sementara dan mencerna apa yang baru saja Lana katakan. Setelah 15 detik, mereka baru tertawa
"Heh, masa yang tua ceweknya!"
"Bercanda. Aku mau jadi polisi aja ah! Biar banyak yang suka sama aku."
"Eh. Tapi kalo kamu jadi polisi jangan karena alasan itu, deh, Lan. Kalo kayak gitu, jadi artis aja. Karena polisi kan tugàsnyà banyak, dan berat juga. Emang kamu sanggup? Pendidikannya juga katanya berat."
"Kalian rela nggak aku tinggal pendidikan polisi nanti?"
"Ya aku rela-rela aja. Asal nanti pas udah jadi polisi, nggak lupa sama kita."
"Lana! Aku juga mau jadi polisi! Kamu tau kan aku pengen jadi tentara dari kecil?"
"Sumpah. Nggak nyambung banget, sih?! Lana kan maunya jadi polisi bukan tentara! Kamu tau nggak itu beda?"
YOU ARE READING
DESTINY
RandomSenja dan gunung menjadi saksi bahwa perjalanan kita baru dimulai. Ketika dua hati saling menghasilkan kampa berirama. Mengantarkan kita untuk menikmati indah dan sedihnya alam cinta. Walaupun kita tahu, banyak sekali rahasia yang tersembunyi dianta...