| 3 |

5 1 0
                                    

Mustahil meminta kepada Tuhan untuk mencabut nyawa seseorang, apalagi kalau belum ajalnya. Untung-untung kalau dikabulkan. Kalau justru malah berbalik kepada yang memohon? Amit-amit.

Jadi, otak cerdas Aruka akhirnya menemukan jalan keluar terbaik.

Menculik seorang Raya Abercio. Ya, culik sebelum berita hoax itu tersebar luas. Memikirkannya saja sudah membuat Aruka merinding.

"Em, ada yang bisa jelasin?" Lilia menoleh pada satu per satu temannya.

Alan mengangkat bahu, lelaki itu lebih memilih menunggu yang bersangkutan menjelaskan secara langsung. Sementara Damar, dia tidak pernah suka dengan orang baru. Belum apa-apa saja dia sudah memberi tatapan benci pada Raya.

"Mata lo santai aja," Aruka melotot pada Damar.

"Ini kenapa gue dibawa ke semak-semak gini?"

Perasaan tadi dia sedang dalam perjalanan menuju gerbang sekolah untuk pulang saat tiba-tiba saja Aruka menarik lengannya lalu membawa Raya ke bukit belakang sekolah-tempat mereka biasa berkumpul- yang terlihat lebih seperti semak-semak.

"Semak-semak," Lilia tertawa pada satu kata itu.

Dalam waktu sepersekian detik, suara tawa itu sampai di telinga Raya, mengundangnya untuk menoleh lalu mengerjap, "Wow..."

Penampilan Lilia berhasil membuat mata Raya membulat, fisik yang serba putih mulai dari ujung rambut hingga kaki. Baru kali ini dia melihat manusia albino secara langsung.

"Cantik," ucap Raya tanpa sadar.

Lilia buru-buru menutupi wajah dengan kedua telapak tangan, gerakan spontan yang selalu dia lakukan tanpa sadar saat ada yang melihat penampilannya dengan begitu teliti.

Alan segera menutupi Lilia dengan tubuh besarnya, menghalangi tatapan Raya. Lilia tidak suka diperhatikan dan Raya harus paham akan hal itu.

Melihat seorang lelaki tiba-tiba menghalangi keasikan seorang Raya, membuat dia cepat sadar, Raya lantas membuang muka ke arah lain, "Sorry..."

"Mending lo jelasin deh ke nih anak satu," Aruka langsung masuk pada tujuannya.

"Ha?" balas Damar bingung namun tetap tidak mengurangi kesinisan pada nada bicaranya.

"Soal kejadian kemarin lah anj*ng!"

Hampir saja bola mata Lilia dibuat copot saat mendengar perkataan Aru barusan, "Ru! There's someone else here!"

"Dia udah tau ya?" Alan menaruh curiga.

Aruka mengangguk pasrah, "Tapi, dia salah paham banget soal gue,"
"Makanya, mending lo jelasin ke nih anak, kalo gue gak hamil!" Teriak Aru pada Damar.

"Lo hamil???" Lilia melebarkan mata.

"Wow" Alan bergumam.

"Ya engga lah anj*ng!"
"Emang dasar punya temen juga sama-sama gak ada yang bener,"

"Oh, jadi lo gak hamil?" Kali ini Raya angkat bicara.

"Ya engga lah!"

"Terus? Lo ngegugurin kandungan?"

"Otak lo isinya cuma hal-hal bejat ya ke gue?" sungut Aruka.

"Terus apa?"

Tanda Titik KomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang