*Different 21

1.4K 297 34
                                    

Dua tahun lebih bersama. Tidak terasa mereka sudah berpacaran dua tahunan. Nyatanya hubungan mereka masih manis, bahkan semakin manis sejak Raka sakit dua bulan lalu.

Mereka jarang bertengkar karena memang Raka lebih banyak mengalah menghadapi kejutekan kekasihnya yang masih ABG ini.

Raka sering main ke rumah keluarga Rika juga bergabung dengan lingkungan permainan Rika, pria itu tidak nampak tak nyaman meskipun kadang Rika nongkrong dengan teman seusianya, atau di ajak berbelanja membeli aksesoris rambut atau pakaian. Raka juga tidak pernah keberatan menunggui Rika di Saloon saat ia sedang tidak bekerja.

"Dan di situ dia masalahnya Nesha..." Ucap Rika mendesah lalu telungkup memeluk boneka Teddy Bear besar hadiah Raka. Ya pria itu selalu membelikannya hadiah dan apapun yang Rika mau.

Jam tangan ber- merk, kalung emas putih, cincin, anting, handphone, tas, baju, sepatu, sendal dan banyak hal lagi yang bahkan Rika tidak pernah minta satupun selalu dibelikan Raka, apalagi jika Rika minta, ya pasti langsung dibeli oleh Raka. Secara punya pacar dokter dan mapan...

Purwandi bahkan menegur Rika agar tidak menerima barang-barang mahal dari Raka, karena memang tidak satupun barang yang dibelikan berharga murah.

Takut berhutang budi, misal gak jodoh jadi terbeban. Tetapi bukan Rika, malah Raka yang meyakinkan Purwandi dia ikhlas memberikan semua pada Rika, bahkan jika Purwandi tidak keberatan ia ingin membiayai semua kebutuhan Rika seolah Rika adalah bagian tanggung jawabnya.

Akhirnya Purwandi mengalah, ia biarkan Raka memanjakan putrinya tetapi tidak membiayai semua kebutuhan Rika. Dengan nasehat, Wandi tak mau putrinya jadi manja materi. Mau apa ada. Raka harus menahan diri agar mental Rika tidak boros, dan Raka pun menyanggupi daripada dianggap calon menantu durhaka.

"Masalah apaan si calon istri pak Dokter?"

"Ya itu Nes... Dia terlalu dekat sama keluargaku, dia tahu lingkunganku juga teman-teman ku, dia paling ngerti aku, manjain aku banget dan itu ngebuat aku jadi mulai ketergantungan sementara aku nggak tahu apapun soal dia, terakhir ketemu Papi nya dua bulan lalu, tapi bukan dikenalkan khusus, melainkan karena kebetulan ketemu di apartemen kak Raka."

"Lah... Rika... Rika... Kamu nggak tahu atau nggak mau tahu sebenarnya? Yakin pengen dikenalkan dengan keluarganya? Pengen tahu lingkungan dia seperti apa? Bukannya kamu yang selalu bilang, males ah, nggak nyaman kak, aku bingung ngobrol apa nanti... Setiap dia ajak kamu, Hmmm???"

Rika terdiam mendengar pernyataan Garnesha. Ya, hanya pada sahabatnya ini ia bisa bercerita panjang lebar. Sama Mommy Aning juga sih, tapi kan Mommy nya kasihan kalau apa-apa dia curhat meskipun Ibu nya itu tak pernah keberatan.

"Bingung juga sih Ges. Satu sisi aku pengen dekat dan tahu gimana kak Raka, seperti dia yang selalu tahu dan ngerti gimana aku. Tapi sisi lain aku juga bingung gabung dengan lingkungan dia yang rata-rata orang dewasa. Dia juga nggak pernah ajak aku ke acara undangan teman-temannya." Ucap Rika sedih.

"Ya kan acaranya selalu malam, di atas jam 10 an. Terus kalau ada acara nikahan kamu nggak mau diajak, kamu bilang canggung banyak para orangtuanya. Kamu maunya gimana sih?"

Rika terdiam lagi dengan wajah kusut, larut dengan pertanyaan Garnesha.

"Apa sih yang kamu cemasin? Oke, masalah perbedaan usia kalian, lingkungan, juga kebiasaan memang beda jauh. Tapi kamu lihat Kak Raka, dia sayang banget sama kamu, apapun dia kasih dan lakukan. Bahkan dia udah bilang mau nikahin kamu habis lulus sekolah kan? Kurang yakin apa lagi? Kalau menurut aku sih, cuma masalah waktu aja"

Rika mengangkat kedua bahunya. Ada perasaan was-was yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.

"Sebenarnya dua bulan ini kak Raka sedikit beda sih menurut aku. Agak lebih sibuk dari biasanya. Dia nggak pernah nolak aku sebelumnya kalau minta ditemenin, kalau di telpon langsung angkat, tapi belakangan ini dia seperti membuat alasan."

Infused LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang