"Oh boleh silahkan.(hahahaha apasih yang tidak untuk mantan teman?)" Jawab Vee setengah membatin.
"Ah iya terima kasih. Btw udah mesen?" Tanya pria itu.
"Udah."
"Oh... Btw lo udah kuliah ya? Kelihatan gaya lo kece sih."
"Apa saya setua itu? Saya masih SMA." Bales Vee sinis membuat pria di depannya terkejut.
"A-ah itu maaf gue ga maksud bilang gitu asli. Sorry sorry."
"Hm. Udah pesen?" Tanya Vee tidak menatap pria di depannya dan kembali fokus ke handphone nya.
"Udah tadi. Btw belanjaan lo banyak banget."
"Diem anda mengganggu saya. Cukup diam dan menunggu pesanan anda." Sarkas Vee tajam membuat pria di depannya menelan saliva gugup.
'Setelah menghilang akhirnya anda muncul. Tunggu pembalas saya...' batin Vee dan melirik sekilas ke arah pria di depannya.
"Permisi ini pesanan atas nama nona Victoria. Silahkan di nikmati. Permisi." Pelayan lalu meletakkan pesanan Victoria di meja lalu pergi.
Vee berdehem dan memakan pesanannya itu terlebih dahulu ia berdoa. Dia mengacuhkan pria di depannya yang terus meliriknya.
Vee makan dengan cepat karena perutnya yang lapar namun terkesan elegan. Vee menatap pria di depannya yang memanggilnya.
"Gue bisa minta tolong? Jagain waist bag gue sekalian hp gue ya gue sebentar ke toilet."
Setelah Vee berdehem, pria tadi ke kamar mandi dengan langkah tergesa-gesa. Vee yang melihat itu tersenyum miring lalu melirik sekitarnya sebentar dan mengambil ponsel pria itu lalu menyambungkan ponsel pria itu dengan ponselnya atau bisa dibilang ia menyadap ponsel pria di depannya itu.
' Daffa Sentani saya tunggu raut memohon anda, penghianat dan mantan teman.' batin Vee dan dengan cepat merapikan semuanya seperti semua dengan ia yang berantaki tadi dan kembali ke kegiatan awalnya.
Daffa, pria tadi datang kembali ke meja dengan wajah leganya.
"Makasi ya. Btw kenalan ga?" Tanya Daffa sambil kembali duduk.
Vee menaikkan alisnya sebelah dan menyeringai kecil. Lalu terkekeh pelan, "Tentu."
"Kenalin gue Daffa Sentani. Anak SMA 107 kelas 11. Lo?" Tanyanya mengulurkan tangannya.
"Victoria Grey Kennedy. Sudah kembali makan." Balas Vee menyambut tangan Daffa tegas seperti mengadakan kontrak dengan sedikit meremas tangan Daffa. Lalu melepasnya dengan sedikit menyentak.
Lalu mereka lanjut makan dengan Vee yang sambil memegang ponselnya dan Daffa yang sesekali melihatnya.
Vee selesai makan dengan sendok dan garpu menyilang di atas piring dan mengelap mulutnya menggunakan tisu. Dan hendak pergi, namun tangannya di cegah Daffa, ia sedikit muak lalu menetralkan wajahnya.
"What?" Tanya Vee tanpa melihat Daffa.
"Boleh minta id line lo? Atau nomor WA?" Daffa melihat Vee sambil melepas tangannya.
'Menjijikkan seperti bangkai adalah sifatmu yang telah berdarah-daging Daf.'
"Privasi. Kalau anda bertemu saya sekali lagi disitu saya akan memberinya permisi."
Tanpa melihat Daffa, Vee mengambil semua belanjaannya tak lupa membayar bill makanannya di kasir lalu keluar dari mall itu menunggu taksi online jemputannya di lobby.
Vee sekarang telah berada di dalam taksi onlinenya yang sedang terjebak kemacetan. Ia yang sudah lama menunggu pun keluar dengan mengambil sebuah baju dari paperbagnya dan menggulungnya membuatnya ke perut.
"Misi, ini ada apa ya?" Tanya Vee pada orang-orang disana.
"Ini dek ada penyerempetan. Dua remaja laki-laki itu adu jotos. Ga ada yang berani lerai."
Tunjuk seorang ibu-ibu dari jendela mobilnya mengarahkan dua orang yang bertarung dengan ganas. Vee mengangguk lalu berjalan ke arah mereka dengan santai.
"Aduh-aduh Tuan-tuan bisa tidak minggir, saya mau melahirkan ini. Awsshh"Vee memegang perutnya bulatnya yang ia tambah kain dengan muka yang sedikit terpaksa akting kesakitan.
Kedua pria itu menghentikan perkelahiannya lalu melihat Vee yang kesusahan dengan bingung lalu tersadar dan dengan cepat berjalan ke arah motor masing-masing.
"Aduh maaf mbak sini ini saya pinggirkan." Ucap seorang lelaki meminggirkinkan motornya diikuti lelaki satunya.
"Sini saya bantu mbak. Maaf banget saya ngga tau." Lalu pria satunya merangkul Vee membawa Vee ke taksi onlinenya.
"Terima kasih. Pak Jalan." Vee lalu menutup kacanya dengan wajah datar membuat lelaki tadi mengernyit heran. Nahan sakit mungkin, batinnya.
Vee bernafas lega ketika ia sudah sampai di depan mansionnya dan dengan cepat ia menyuruh bodyguardnya membawa beberapa barangnya ke kamarnya.
Vee masuk tanpa melihat ketiga orang yang sibuk menikmati makan malamnya. Ia menyelonong begitu saja ke arah lift.
"Darimana aja kamu?!" Tanya Roy menatap Vee tajam yang dibalas lebih sengit dari Vee.
"Mind your own business, old man." Lalu dengan berjalan layaknya model ke arah lift dan tersenyum merendahkan lalu lift tersebut pun tertutup.
Brugh!
Vee menghempaskan tubuhnya ke ranjangnya setelah selesai menata belanjaannya lalu ia melihat jam dari ponselnya menuju pukul delapan malam.
Vee pun bergegas mandi lalu setelah mandi ia ke dapur bawah untuk membuatkan dirinya kopi dan membawa beberapa jenis makanan ringan. Lalu terkejut melihat orang di belakangnya yang tiba-tiba muncul lalu segera menetralkan wajahnya kembali datar.
Dengan cepat ia pergi melewati pria di depannya ini dengan membawa nampan. Dan dengan cepat juga Owen menahannya, ya pria yang di depannya tadi adalah Owen.
"Lo mau kemanain itu makanan?"
Tanpa membalas pertanyaan Owen, Vee menghentakkan sebelah tangannya kasar menatap tajam Owen sebentar dan kembali berjalan ke arah kamarnya.
Dan memakan snacknya santai dengan beberapa barangnya berserakan di depannya.
Semalaman itu Vee menyiapkan semua yang ia butuhkan untuk besok sekolah dengan baik. Tak lupa ia menghubungi seseorang untuk dengan cepat mengantar motornya besok pagi-pagi sekali.
'Bersiaplah... Vee yang baru akan datang. Tidak ada kata Nerd lagi....'
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Transfer of Souls V
Random"Hiks... Tuhan, saya lelah hidup di dunia ini... Saya tau saya salah dan saya masih banyak dosa. Tetapi saya sudah benar-benar tidak sanggup Tuhan... Vee rindu Mama...Izinkan saya untuk bertemu dan menghapus rindu dengan-Mu... Maafkan saya..." Setel...