Tiga

609 51 4
                                    

Sore itu aku dan Kak Khadijah memilih untuk duduk santai di ayunan yang berada di teras depan rumah. Kami berdua memang sering duduk di situ setiap sore. Melihat anak-anak bermain, tertawa, berlarian, bersepeda. Pada kenyataannya itu mampu menghibur kami berdua. Rumah Bunda memang menghadap ke arah taman bermain yang cukup luas di area perumahan kami. Jadi sudah pasti banyak anak-anak yang bermain saat menjelang sore hari.

"Nis! Kak Khadijah punya dua kejutan buat kamu," katanya yang membuatku berpaling dari kerumunan anak-anak dan segera menoleh ke arahnya.

Aku yang menaikain sebelah alis langsung bertanya kepadanya "Kejutan apa yang Kakak maksud?"
Aku yang begitu penasaran dan berantusias untuk mengetahui apa yang ingin dia beritahu.

"Kejutan pertama, jadi Doa kita berdua terkabul, Nis! Khususnya Doa Kak Fahri." seru Ka Khadijah yang membuatku semakin penasaran.

"Doa yang mana sih, Kak. Jangan buat Anisa semakin pesaran deh ..."

"Doa buat dapet ponakan cewe!" seru Ka Khadijah yang membuatku langsung kegirangan.

Beberapa bulan yang lalu sejak mengetahui kehamilan Kak Khadijah, aku memang ingin sekali kalau anak Mereka perempuan. Enatah kenapa, rasanya lucu saja jika punya ponakan cewek. Bisa di rias sesuka hati seperti boneka barbie dengan pernak pernik yang mencolok, dan pakaian yang lucu-lucu.

Mungkin karena aku tidak memiliki seorang

"Asiik ...! Kakak serius, kan?"

"Iya, Kakak serius, udah tiga kali USG hasilnya tetap sama."

Aku yang kegirangan pun langsung memeluk ka Khadijah, "Alhamdullilah! Akhirnya aku bakalan punya keponakan cewe. Yang pasti gak akan nyebelin kaya Bang Fahri," ucapku yang berakhir candaan.

"Terus kejutan keduanya apa, Kak?"tanyaku melepaskan pelukan.

"Kejutan keduanya masih rahasia, donk!"

"Akh Kakak ...! Nyebelin ikh," ucapku menyilangkan kedua tangan dengan bibir di monyongkan.

Ka Khadijah melihat kelakuan ku yang terkadang masih kekanak-kanakan hanya bisa menahan tawanya sembari menggelengkan kepala. Sampai akhirnya dia memilih masuk ke dalam rumah untuk segera mandi karena suaminya sebentar lagi akan pulang kerja.

Jangan heran jika aku sering bersikap manja kepada keluarga, karena memang mereka terlalu memanjakanku dalam hal kasih sayang. Tapi di luar itu semua, aku terkenal wanita yang mandiri dan dewasa di hadapan teman-temanku.

Aku yang masih ingin bersantai memilih untuk memutar shalawat dari ponsel miliki ku. Setelah itu menyandarkan tubuh di ayunan dengan mata terpejam.

Selang beberapa menit ku dengan ada suara anak kecil yang sedang menyerukan namaku dengan lantangnya. "Ka Anisa! Ka Anisa!"

Aku yang menyadari itu langsung membangunkan tubuh dan mencari asal suara tersebut. Benar saja aku melihat seorang anak kecil yang sedang berdiri di depan pagar. Dia adalah Dimas, anak seberang rumah.

"Dimas, mau ngapain sayang?" tanyaku menghampiri anak tersebut.

"Ini buat Kak Anisa!" ucapnya mengulurkan sepucuk surat berukuran kecil.

"Apa ini?" tanyaku bingung.

"Dimas juga gak tau itu apa. Tadi ada Kakak-kakak cowo minta tolong sama Dimas buat kasih ini sama Kak Anisa," jelasnya yang membuatku menaikan sebelah Alis.

"Terus orangnya mana?" tanyaku sembari mencari orang yang di maksud oleh dimas.

"Tadi ada di situ, sekarang gak ada," jawabnya polos.

Semua Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang