Renjun merentangkan kedua tangan nya, dua jam duduk membuat seluruh badan nya pegal. Eksperimen kali ini adalah membuat ramuan pemikat, yang mana jika si target meminum sesuatu yang sudah tercampur dengan ramuan ini atau meminumnya langsung maka mereka akan jatuh cinta dengan orang yang pertama mereka lihat.
"Sekarang tinggal nyari Jaemin dimana, terus kasih deh." Kaki kecil itu melangkah pergi ke luar dari Lab, melewati koridor sambil bersenandung gembira. Namun wajah senang nya dengan cepat terganti saat melihat pujaan hatinya sedang memasuki mobil secara buru-buru.
"Eh loh loh, mau kemana? Sialan, ramuan nya belum gue kasih!" Renjun segera berbalik arah menuju Lab, saat membuka pintu betapa terkejut nya Renjun ketika menemukan Jeno disana dengan gelas yang berisikan ramuan pemikat di tangan nya sudah berkurang setengah.
"Renjun?"
"Bajingan, lo minum itu—"
Bruk!
Renjun membeku, masih berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Jeno tiba-tiba memeluknya dan meremas jaket putih miliknya.
"Kamu cantik banget hari ini, Ren." Bisik Jeno tepat ditelinga Renjun.
"Anjir lo beneran minum itu?!" Renjun mencoba memberontak, tapi Jeno malah semakin mempererat pelukan nya pada pinggang Renjun.
"Iya, kenapa? Saya kira itu teh." Jawab Jeno seadanya, ya lagian warna nya emang mirip banget sama teh.
"Lepasin."
"Gamau, nanti kamu kabur."
"Janji deh kaga kabur, lepasin dulu." Perlahan Jeno melepas pelukan nya, Renjun mengambil nafas dalam lalu duduk di kursinya.
"Jen, itu eksperimen gue tau ga. Namanya ramuan pemikat, tapi serius target gue bukan lo."
"Terus siapa kalau bukan saya?" Jeno mendekat kearah Renjun, mengusap surai hitam dan putih itu.
"Jaemin, g—gausah elus elus begitu, geli tau!" Renjun menepis tangan Jeno yang makin lama merambat ke lehernya.
"Tapi Jaemin sudah ada pacar loh, kamu juga harus tanggung jawab."
"Hah?! Siapa pacarnya?! Tanggung jawab apaan, gue ga ngehamilin anak orang."
"Direktur, nama nya Mark Lee." Di dalam hatinya Renjun sudah mengeluarkan semua kata kotor dari berbagai bahasa yang ia ketahui.
"Kamu juga harus tanggung jawab, karena ramuan yang kamu buat itu." Jeno menggantungkan kalimantan, mendekatkan mulutnya ke telinga Renjun.
"Saya jadi suka sama kamu."
Cup!
Jeno mengecup pipi Renjun sebelum pergi dari Lab, meninggalkan Renjun yang diam mematung dengan muka merah padam seperti tomat rebus. Tangan nya meraba pipi kanan nya yang baru saja disentuh oleh bibir milik Jeno.
"Sialan, jantung gue kok jadi lebih kenceng detak nya!?!"
★ ✰ ★
"Muka lo asem banget kenapa si Jun?" Haechan memandang heran Renjun yang baru saja datang.
"Lo tau ramuan yang gue bikin? Yang aslinya buat Jaemin." Haechan mengangguk, menunggu Renjun melanjutkan perkataannya.
"Malah Jeno yang minum itu ramuan anjing!" Kopi yang baru saja masuk ke mulutnya menyembur keluar dengan cepat.
"Demi apa anjir? Kok bisa?" Renjun mulai menceritakan bagaimana kejadiannya dari awal, yang mana mengundang tawa Haechan.
"Kok lo malah ketawa sih?!"
Haechan masih tertawa lepas, mengambil nafas nya perlahan. "Lo nya juga goblok, barang penting begitu ditinggal gitu aja, mana warna nya mirip sama teh. Lagian lo kan bisa sambil bawa itu benda waktu mau nyamperin Jaemin."
Iya juga, Renjun baru terpikirkan hal itu sekarang. Harusnya Renjun membawa ramuan itu bersamanya saat ingin menemui Jaemin. Andai waktu bisa berputar.
"Terus gimana dong chan?"
Haechan menyeruput kopi nya santai. "Ya gatau, terima aja nasib lo yang bakal digelayutin Jeno. Lo sendiri yang bilang itu ramuan efek nya tinggi loh Jun."
Renjun mengacak-acak rambutnya frustasi, benar juga. Tujuan nya adalah membuat Jaemin tergila-gila padanya, tapi sekarang yang akan tergila-gila padanya adalah Jeno.
Ponsel nya bergetar, menandakan sebuah pesan baru saja masuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Chan gua pulang duluan ya, Jeno udah nunggu tuh diluar." Mengabaikan siulan menggoda dari Haechan, Renjun segera mengemasi barang nya dan berlari keluar.