Panas. Gerah. Kusut. Tiga kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan seorang cewek yang baru memarkirkan sepedanya sembarangan, masuk ke dalam toko dan langsung berdiri tepat dibawah pendingin ruangan merasakan hembusan sejuk dari benda itu. Dia sama sekali ngga peduli pada tatapan orang-orang yang memperhatikannya dengan pandangan aneh. Bukan Rindy namanya bila peduli dengan pikiran orang tentang dirinya. Seragam SMA yang dia pakai sudah terlihat kumal dibeberapa bagian dan sedikit basah akibat peluh yang membasahinya. Dia mengambil tissu basah dari dalam ranselnya dan mengelap wajah juga lehernya. Beberapa kali dia terdengar mendesah kecil dan mengibas-ngibaskan rambut ikalnya saat merasakan sejuknya angin dari pendingin udara mengenai wajah dan lehernya yang baru terkena sapuan tissu. Merasa seperti bintang iklan yang sedang beraksi didepan kamera.
"Rindy!!!!!sampe kapan lo mau disitu? Malu-maluin tau!!" Devi merasa tingkah Rindy mulai kelewatan. Teman sebangkunya itu sering bertingkah seperti ini ditempat umum dan lagi-lagi dia yang harus menghentikannya.
"Apaan sih Dev? Gue masih kepanasan tau." protes Rindy waktu Devi menarik tangannya dan mengajaknya ke deretan rak yang dipenuhi oleh boneka-boneka berukuran besar.
"Lo pikir cuman lo yang kepanasan? Gue juga. Tapi otak gue masih normal, dan lebih baik nahan panas daripada bertindak konyol kayak lo. Ayo cepetan, kita pilih bonekanya. Baru kita cari minuman dingin, gue haus." Rindy mengedarkan pandangannya kesepanjang rak yang memajang beraneka bentuk benda berbulu lembut beraneka warna itu. Pilihannya jatuh pada boneka kucing berwarna kuning yang terlihat sangat lucu karena dia memang penyuka kucing. Dengan sedikit melompat, dia akhirnya bisa menyentuh boneka itu. Hanya menyentuh, tanpa sempat menariknya karena sebuah tangan lain sudah mendahuluinya mengambil boneka itu.
"Punya gue nih!!" matanya bertemu dengan mata sipit seorang pria yang juga balas memandangnya. Tangan cewek itu masih berusaha menggapai bonek incarannya itu. Kakinya sudah terangkat sebelah diatas kaki pria itu, jaga-jaga kalo aja pria itu menolak memberikan bonekanya dan melakukan perlawanan.
"Gue yang duluan ngambil. Ini milik gue!" pria itu memeluk bonekanya dengan erat, persis anak kecil.
"Buat gue ya Om? Om ganteng deh!" Rindy mengalah demi boneka yang dia inginkan. Dia berusaha merayu pria itu dengan mata genitnya.
"Ini pilihan pertama gue. Enak aja lo manggil gue Om. Sejak kapan gue kawin sama tante lo?"
Waaah..nyolotin ini orang. Dibaikin malah ngelunjak. Pikir Rindy dalam hati. Kaki yang sudah ia siapkan langsung dia injakkan ke pria itu.
"Heh!!!" pria itu membersihkan sepatunya yang baru diinjak Rindy dengan sapu tangan yang dia keluarkan dari sakunya. Rindy memperhatikan penampilan pria itu dari atas sampai bawah. Dari ujung kepala sampai kaki, rapi. Rambut pendeknya disisir kebelakang dengan gel yang membuatnya terlihat berkilau. Wajahnya bersih dari minyak juga jerawat. Dan dia memiliki wajah oriental yang sempurna. Kemeja yang dia gunakan licin dan senada dengan celana yang dia kenakan beserta dasinya. Nampak sekali dia bukan pegawai kantoran biasa. Barang yang dia gunakan bermerk. Rindy akui, dia terpesona oleh pria didepannya ini.
"Apa? Marah? Siapa suruh ngga mau ngalah sama gue?"Rindy kembali dari keterpesonaannya. Pria itu masih membersihkan sepatunya saat Rindy merebut boneka itu dari tangannya yang satunya.
"Jangan ngerebut apa yang sudah ada ditangan gue." memalukan memang berebut boneka untuk pria seumurannya. Tapi itulah yang terjadi sekarang. Mereka benar-benar memperebutkan benda itu dengan sekuat tenaga. Rindy memeluk bonekanya dengan erat saat pria itu kembali berusaha mengambilnya. Dia juga sempat menancapkan kukunya ditangan pria itu. Benar-benar sama kekanak-kanakannya. Devi yang sedari tadi cuma diam melihat mereka, merasa harus bertindak sekarang sebelum mereka berdua mulai melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan membuat keributan ditempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomansaBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...