Bayangan Winter telah menghilang di ujung koridor, Kevin mulai memahami apa yang harus ia lakukan sekarang ini.
Apa yang di ucapkan oleh Winter ada benarnya juga, apa salahnya untuk mencoba menjelaskan semuanya dulu? Selama ini ia dan sang ayah tidak pernah bisa berbicara lama, bahkan lima menit saja tidak sampai. Mungkin kali ini Tuhan memberikan Kevin waktu untuk berbicara tentang semuanya kepada Daniel.
Daniel, ayahnya, drop karena terlalu kelelahan mengurus bisnis. Mau tidak mau ia harus di rawat dan meninggalkan semua pekerjaannya.
Kevin hendak berdiri dari kursi, sebelum ia menemukan sebuah botol minum milik Winter yang tertinggal.
Antar tidak ya? Biarin atau antar?
Berlari dengan langkah lebar, Kevin membawa botol tersebut sambil berlari menuju keluar rumah sakit ini.
Semakin dekat dengan pintu keluar, ia memelankan langkahnya, tampak Winter yang masih berdiri di depan sana sedang menjulurkan tangannya agar mengenai air hujan.
"Win!"
Kevin memanggilnya, tetapi Winter tidak mendengar. Gadis tersebut membuka dan memakai payungnya, lalu berjalan melewati hujan.
Derasnya hujan sejujurnya membuat Kevin ketakutan terlebih ia tidak mempunyai payung, degup jantungnya tengah memompa kencang, wajahnya mulai banjir keringat dan panik.
Di sisi lain, Winter melintasi hujan. Berjalan perlahan dan santai, tidak takut jika pakaiannya basah, karena ia menggunakan payung.
Palingan cuma kaki doang, batin Winter dengan santai.
Beberapa anak kecil bermain hujan, sampai-sampai orangtua mereka kewalahan. Winter hanya tertawa pelan melihat itu, ia juga ingin bermain hujan, tapi dirinya sedari tadi bersin, tidak enak badan.
"Win.. Winter!"
Seseorang menepuk pundaknya, Winter berbalik dan langsung menarik orang itu agar meneduh di payungnya.
"L-lo?" Tanya Winter.
Dirinya terkejut melihat Kevin, orang yang memanggilnya barusan. Cowok itu tampak agak basah terkena air hujan, terdengar deru nafasnya entah karena berlari atau ketakutan?
"Bo-botol minum lo ketinggalan.." Ucap Kevin sambil memberikan botol yang ditemukannya tadi.
Winter menganga heran. "Kenapa lo terobos hujan cuma buat balikin ini, bukannya lo takut?!"
"Padahal kan bisa lo kasih di sekolah aja, Vin.." Lanjutnya.
"Gak papa tau lo butuh.." Balas Kevin dengan canggung.
"Ya udah, sini gue anterin lagi ke dalam rumah sakitnya, entar lo basah kuyup." Ajak Winter.
"E-enggak usah.. Hati-hati.."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut Kevin kembali berlari menerobos hujan deras, entah mengapa rasanya menyenangkan.
Kevin tidak merasakan panik yang lagi, ketika satu persatu rintik hujan mengenai tubuhnya justru ia merasakan kebebasan dan kesenangan.
Walaupun dirinya hanya sebentar menerobos hujan tersebut, ia seperti kembali merasakan keseruan mandi hujan saat ia masih kecil.
Di bawah atap Kevin mencoba untuk menjulurkan tangannya di mengenai air hujan, seperti apa yang dilakukan oleh Winter tadi.
Menyenangkan, sejuknya air hujan yang menetes tidak semenakutkan dulu.. Kevin telah berani melawan rasa takutnya.
⚛⚛⚛
KAMU SEDANG MEMBACA
GENG BRANDAL [END]
Teen Fiction[Sedang tahap revisi] Di pertemukannya kelima orang murid dalam keadaan tak terduga, yang pada akhirnya membuat mereka berhubungan dekat satu sama lain. Menceritakan tentang persahabatan antara Winter, Kevin, Arthur, Rian dan Joanne yang membentuk G...