Sepanjang jalan pulang, Durahman dan Nur Lela kembali lagi dalam suasana canggung. Meskipun sedari di toko mereka cukup banyak berbincang, ternyata ketika hanya berdua sembari ditemani sekaleng cat yang dibawa Durahman. Mereka benar-benar jadi sepasang gagu, suluruh topik pembicaraan hilang entah kemana.
Sampai akhirnya Durahman mulai dengan sebuah pertanyaan.
"Benar tak apa meminta mereka mengantarkan kayunya, padahal aku bisa membawanya sendiri. Kalau begini kau kan jadi harus membayar biaya transport?"
"Aku tak enak terus merepotkanmu dur, kau itu sudah banyak membantu. Lagi pula kayunya cukup berat kalau kau harus membawanya sendiri"
"La kau jangan sungkan-sungkan kalau butuh bantuan kitakan..." Durahman berhenti sejenak. Ia menghela napas panjang, lalu tersenyum sembari melihat Nur Lela yang menundukkan kepala. "Kitakan teman, kau sudah kuanggap seperti sahabatku sendiri La"
Nur Lela seketika mengangkat kepalanya dan melihat Durahman yang sedang tersenyum menatapnya. Ia diam sejenak. Lalu mulai menangis.
Durahman terkejut seketika melihat Nur Lela yang tiba-tiba menangis. Ia langsung meletakkan kaleng cat diatas tanah saking bingungnya. "La aku salah apa, aku salah bicara ya? Maaf La maaf".
Durahman bingung harus bagaimana, kedua tanganya ingin menyentuh bahu Nur Lela tapi ia ragu. "La aku benar-benar minta maaf, aku lancang memangganggap kita sebagai teman bahkan sahabat" Durahman menundukkan kepalanya.
Sampai akhirnya Nur Lela menyeka air matanya dan bilang
"Aku tak tahu harus mengekpresikan diriku bagaimana. Aku bingung, ini benar-benar pertama kalinya setelah belasan tahun. Aku benar-benar senang sampai bingung harus bagaimana. Aku senang, sebab setelah Mak Sedah, Mbah Wangso dan Asta akhirnya aku punya teman baru. Bahkan kau menganggapku sahabatmu. Terlepas dari banyaknya isu yang menimpaku. Akhirnya ada orang lain yang berpihak disisiku. Aku senang" Nur Lela menatap Durahman dengan senyum yang lebar.
Kata-kata Nur Lela tersebut berhasil membuat Durahman mengangkat kepalanya dengan wajah keterkejutannya. Belum habis rasa terkejutnya tiba-tiba Nur Lela memeluknya dengan hangat.
"Terimakasih Dur, kau selalu membantuku selama ini. Aku senang"
"I-iya La aku juga senang" Durahman membalas pelukan Nur Lela. " Kalau banyak hal yang membuatmu tertekan kau bisa ceritakan semuanya padaku" lanjut Durahman, sembari menepuk-nepuk pelan punggung Nur Lela.
Hari ini benar-benar hari yang luar biasa bagi Durahman. Bagaimana tidak, baru kali ini ia tahu sisi lain dari Nur Lela. Selama ini yang ia tahu bahwa Nur Lela adalah perempuan yang keras kepala dan bisa melakukan apapun sendiri. Ia tidak tahu kalau Nur Lela punya sisi yang selembut dan serapuh ini. Ternyata sisi keras kepalanya, menyembunyikan seluruh beban yang ia punya.
Hari ini ia benar-benar melihat Nur lela yang sebenarnya, Nur Lela yang apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar
RomanceSegala jenis lelaki pernah ia tolak. Dari duda kaya raya di desa. Hingga yang terparah adalah lelaki tampan dari desa seberang bernama Durahman.