Aruna memperhatikan Hyoga dan teman-temannya yang seperti bersiap ingin berperang. Lelaki yang memakai tutup diwajahnya serta bersurai putih itu terus-terusan mengasah ujung tombak. Aruna nampak heran, pasalnya ia tidak diberi tahu jikalau akan ada penyerangan.
Kendati bertanya pada Hyoga, Aruna memlilih masuk dan bertanya langsung pada Tsukasa. Mereka tidak akan bertindak jikalau tidak diperintah Tsukasa. Matanya menelisik mencari keberadaan sang primata terkuat. Namun nihil, melihat wujudnya pun Aruna tidak.
"Mencari Tsukasa?"
Sebuah pertanyaan dilontarkan padanya, Aruna menoleh dan mendapati pria bertopi kuning kecoklatan dengan anak panah dibelakang punggung, terlihat ia juga menyunggingkan senyum manis. Surai putihnya tertutupi oleh sebuah topi.
Dia, Ukyo.
"Kau tahu dimana dia?" Tanya Aruna cepat, dirinya memperhatikan Ukyo yang terlihat berpikir namun masih meninggalkan senyum. Kepalanya menggeleng pelan, Aruna menghela nafas dan siap meninggalkan Ukyo.
"Kalau tidak salah, ia sedang keluar jalan-jalan."
Penyataan yang Ukyo tuturkan membuat gadis disana menyerngit heran, tidak biasanya primata terkuat keluar hanya untuk berjalan-jalan. Atau kah Tsukasa punya kesibukan lain? Setelah mengangguk dengan cepat Aruna keluar dari sarang tempat Tsukasa, lupakan tentang Tsukasa. Ia bisa bertanya nanti.
"Hyoga!" Aruna berteriak keras memanggil pria terkuat dua setelah Tsukasa.
Hyoga berbalik, matanya yang sipit makin menyipit setelah tahu siapa yang memanggil. Ia tersenyum dibalik masker tanpa diketahui Aruna. "Ada apa?" Tanyanya pelan, sembari menaruh tombak kesayangannya disalah satu bebatuan.
"Kau akan menyerang desa itu?" Tanya Aruna cekatan, dirinya benar-benar tidak ingin berbasa-basi, apalagi Ia dan Hyoga tidak terlalu dekat walau lelaki itu mengenalnya duluan.
Hyoga dan sikap tenangnya harus diwaspadai, pasalnya ia sangat kuat dan hampir setara dengan Tsukasa. Apalagi dirinya yang begitu tenang namun diam-diam menjadi mematikan. Selama berada di kerajaan Tsukasa, Aruna selalu memperhatikan mereka semua. Tidak ada yang lepas dari penglihatan serta pengataman gadis cerdas tersebut.
"Hanya memastikan apakah Senku telah mati."
Alis Aruna bertautan mendengar alasan Hyoga, raut mukanya berubah menjadi serius dengan mata yang langsung menatap manik didepan. Helaan nafas terdengar, tentu bukan dari Hyoga, melainkan Aruna.
"Apakah kau tidak mempercayai Gen?"
Hyoga diam, namun Aruna tahu jika lelaki itu tersenyum, entah meremehkan atau memang ia tidak percaya sama sekali pada Gen. Pasalnya, lelaki setengah perempuan itulah yang memberi kabar tentang matinya Senku. Sedangkan Aruna selama ini yang tahu Senku masih hidup hanya menutup mulut, dari mereka tidak ada seorang pun yang tahu jikalau Senku dan Aruna dulunya teman sekolah.
"Gen itu licik Aruna, ia bisa memainkan peran layaknya pemain inti." Ucap Hyoga dingin. Tidak berlaku kasar, hanya saja dirinya memang tidak bisa mempercayai orang lain bahkan walaupun teman sendiri, terkecuali gadis berambut pink yang sangat setia pada Hyoga.
Belum sempat Aruna membalas, Hyoga telah berlalu pergi meninggalkan ia sendiri. Aruna mendengus kesal, rasanya benar-benar kesal karena ia diabaikan, kembali masuk kedalam, Aruna mengambil jubah yang belum lama ini ia pakai untuk membunuh (Y/N). Sayangnya gadis drama itu masih hidup, hingga membuat Aruna harus kembali memutar otak untuk membunuhnya.
Ia menutupi dirinya serta wajah anggun dengan jubah tersebut, berjalan keluar tanpa diketahui orang lain. Aruna tidak sadar, jika sedari tadi sepasang manik hijau zambrud sedang mengawasinya dari kejauhan, tepatnya diatas pohon dengan senyum seperti biasa.
Langkah kaki Aruna begitu tergesa-gesa, seolah ia membatasi diri agar tidak berlama-lama diluar. Lagi-lagi matanya menangkap Hyoga dan teman-temannya, terlihat mereka mengintai tepat dihadapan desa. Aruna mendengus, apakah Hyoga itu bodoh?
Disana ada Senku, sangat sulit melawannya karena otaknya yang terlalu cerdas. Bahkan Aruna harus banyak belajar agar bisa menyamai Senku, namun tetap saja. Ia kalah saing dari pujaan hati. Walau sering kalah dalam kecerdasan bahkan kepintaran, tidak membuat Aruna membenci atau menganggap Senku saingan.
Diawali dari rasa kagum lalu berubah menjadi cinta. Bahkan Aruna rela tidak tidur semalaman agar dapat nilai bagus, berusaha keras hingga ia jatuh sakit. Mati-matian mengejar nilai sempurna agar Senku meliriknya. Berharap agar lelaki itu, sedikit saja menyadari perasaannya. Namun, setelah ribuan tahunpun Senku juga tidak kunjung membalas perasaan Aruna. Lelaki itu lebih memilih gadis drama yang bahkan menurut Aruna sangat bodoh.
(Y/N) selalu mendapat nilai rendah selama dibidang akademik. Ia selalu menempati peringkat 20 keatas, benar-benar berbeda jauh dengan Senku yang selama hidupnya selalu menjadi juara kelas. Tapi, bagaimana mungkin mereka bisa sangat dekat? Bahkan seolah mempunyai hubungan spesial.
"Hah.."
Aruna menghela nafas, ia tidak boleh memikirkan hal lain sekarang, lupakan tentang Senku dan (Y/N), perjuangan nya selama ini sangat sia-sia. Percuma saja ia belajar dari pagi hingga malam, sebab.
Tidak akan ada yang mempedulikan Aruna.
Mata tajamnya kembali mengarah kedesa, betapa terkejutnya Aruna kala melihat Hyoga sudah mulai menyerang desa, dirinya makin bersembunyi dibalik pohon, takut ketahuan sedang mengintip oleh yang lain.
DOR!
Bunyi nyaring membuat Aruna sadar, jikalau itu adalah sebuah pistol. Tapi, bagaimana mungkin dijaman batu ini? Tidak. Itu bukan pistol sungguhan, Senku hanya menggertak agar mereka pergi menjauh. Cukup menarik, pasti Senku membuatnya dari bubuk mesiu.
Fokus Aruna tidak sampai disana, Hyoga terlihat kaget karena ledakan tersebut, dirinya dan teman lainnya memilih pergi, namun pasti. Mereka akan kembali dengan rencana baru. Biar Aruna tebak, Hyoga akan kembali saat badai datang, karena disaat itu, pistol milik Senku pasti tidak berguna.
"Apa yang kau lakukan, Aruna?"
Aruna tersentak kala mendengar pertanyaan yang lagi-lagi mendebarkan jantung. Kepalanya dengan cepat menoleh serta mata yang melotot sempurna.
"Ukyo!" Pekik Aruna namun tidak terlalu keras.
Ukyo, lagi-lagi pria itu kembali mengejutkan Aruna. Apa yang ia lakukan disini? Jangan-jangan ia membuntutinya? Pikiran negatif terus bertebaran kesana-kemari tentang pria dihadapan mata. Alis Aruna menekuk dengan mata menajam.
"Kau mengikuti ku?" Tanya Aruna sarkas.
Ukyo lantas membalas tatapan tajam, ia yang duluan bertanya mengapa malah gadis ini yang balik bertanya? Salah satu tangannya di gunakan untuk memegang busur serta anak panah, bersiap memanah siapa saja yang menjadi musuh.
"Aku bertanya lebih dulu." Jawaban singkat dengan senyum yang terbit diwajah tampannya tidak membuat Aruna tergoda.
Sejak awal, hatinya hanya untuk Senku.
"Aku hanya memastikan keadaan Hyoga dan yang lain." Bohong, Aruna memang berbohong. Dan ia harap pria dihadapannya ini tidak akan curiga.
Ukyo mengangguk dengan mata yang menatap desa Ishigami. "Kalau begitu ayo kembali, Tsukasa telah pulang." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Ukyo berlalu pergi meninggalkan Aruna sendiri. Lagi-lagi gadis itu hanya bisa mendengus kesal.
Sebelum Aruna melangkah untuk pergi, dirinya melihat Senku yang tengah memegangi tubuh (Y/N) yang terlihat lemah, ia jatuh bersimpuh. Tanpa sadar, tangan Aruna terkepal erat, matanya memanas dengan dada yang ikut memanas juga. Benar, semakin didiamkan gadis itu makin melunjak. Dan itu membuat Aruna makin-makin ingin menghilangkan (Y/N).
Seringai licik terukir diwajah cantiknya saat menyadari ada yang janggal dari (Y/N). Tidak, Aruna tidak salah dan ia yakin itu.
"(Y/N)...Hamil?"
TBC.
Gimana? Ada tanggapan untuk Part yang satu ini?
Sangat membagongkan atau meresahkan? 😭Aku mau tanya dong, gimana pendapat kalian kalau aku jodohin Aruna dan Ukyo? 😳
Apakah para istri sah merestui? 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
Короткий рассказSenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...